Saturday, December 29, 2012

Hyull Story Part 2





Saat ini aku bersama Siva, melepaskan kelelahan kami di kantin, di kantin yang pada saat ini keadaannya tidak begitu ramai, ya benar sekali, kalau ramai sudah pasti kami tidak berada disitu.

" nyantai  banget lu, jawab apa tadi lu? open book sih iya, tapi sama aja, jawabannya harus di karang, mana gw gak bisa mengarang. " saat ini aku tidak mendengarkan omongan Siva dengan baik, tetapi mataku terpaku kepada seorang lelaki yag sedang duduk dipojok, sendirian, sambil menikmati nasi goreng dan jus melon, ya, sepertinya jus melon.
" nah, ini nih yang gw malas, lu suka begini nih, gak dengarin gw, liat siapa sih lu? woy, liat sapa lu??? " Siva mendesakku sehinnga membuatku kaget.
" melon!! " ...?
" hah? melon? " Siva tidak mengerti atas jawaban yang aku berikan.
" ya, aku gak suka melon, ehehhe... " aku tahu, jawabanku tidak nyambung, tapi biarkan saja, yang penting aku menjawab.


" apa hubungannya? gw gak ada nanya melon! " Siva semakin frustasi, dia membanting meja! membanting kursi! membanting piring! gelas! membanting diriku, membanting dirinya! oh maaf, tadi hanya khayalanku saja.
" ya, memang gak ada hubungan. gw pulang duluan, Kyunn uda mau jemput, gw kedepan ya, babay..! " dengan cepat aku meninggalkan kantin, aku terus berjalan, langkahku terhenti ketika aku melewati lapangan basket, tim putra sedang latihan, baru ku sadari, dari awal pengumuman aku lolos masuk tim kampus, aku belum pernah latihan, sedikit rasa bersalah, tapi yasudah, tanganku kan sakit, aku juga baru sembuh dari sakit, aku kembali berjalan, kulihat banyak senior berdiri di pintu gerbang, aku memberanikan diri, tetapi langkahku kembali berhenti ketika aku melihat senior yang dulu pernah melukaiku, aku tidak berani menghadapinya, dengan pelan aku berbalik badan, oh tidak! senior itu melihatku dan sekarang mulai mendekatiku, bagaimana ini, aku benar-benar takut, bagaimana kalau dia mencoba untuk melukaiku lagi? aku terus berjalan seolah-olah tidak mendengar panggilannya, tanganku terusku genggam, ya, aku benar-benar ketakutan, aku tidak habis pikir kalau ia kembali..
" aww! " seseorang menarikku, ia terus menarikku ke arah parkiran sepeda motor, ya, seorang pria yang sepertinya kukenal, ya, sepertinya aku mengenalnya, dia... 
" lebih baik lu naik motor gw aja, nih, pakai helm, biar gak ketahuan. " Dave memberikan helm yang dulu pernah aku pakai, ya, Dave, kenapa dengan Dave? kenapa dia bisa tahu kalau aku sedang menghindari senior itu, tapi aku tidak sempat memikirkannya, lebih baik aku cepat-cepat meninggalkan kampus sebelum senior itu menemukanku. aku menaiki motornya, dia mulai menghidupkan motornya, dengan pelan ia melewati senior-senior yang berada di pintu gerbang, aku sedikit membungkukkan badan agar tidak terlihat dengan mereka, ya, kami berhasil keluar, saat ini kami di jalan, ya dijalan, hah dijalan? dia mau bawa aku kemana??
" kita mau kemana ya? " tanyaku sedikit berteriak dan mencondongkan kepalaku kedepan.
" lu mau kemana? " lho, bukannya tadi aku bertanya, kenapa dia malah nanya balik?
" hah? kok malah nanya balik sih? " nadaku semakin tinggi.
" ok, kalau gitu kita makan dulu, gw lapar. " apa, makan? 
" makan? "
" iya, kenapa, gak mau? gw lapar, gw gak bisa bawa motor dalam keadaan lapar. " aku pun hanya bisa menyetujuinya.
       Kali ini aku hanya diam dan duduk manis sambil memperhatikan jalan. RUMAH MAKAN SUNDA. ini, ini rumah makan kesukaanku, dia suka makan disini juga?
" kenapa? gak suka makan disini? " tanya nya sambil menyangkutkan helm di motornya.
" lu sering makan disini? "
" ya, gw selalu menyempatkan diri untuk makan disini, ini lestoran kesukaan gw. kenapa, lu gak suka? " dia kembali bertanya.
" tidak, gw suka sekali, gw juga sering kesini. " kataku sambil mengikutinya masuk ke dalam restoran, kami berjalan menuju kasir, memesan makanan terlebih dahulu lalu duduk menunggu pesanan tiba, tapi, kenapa aku gelisah, seperti ada sesuatu yang pernah terjadi di tempat ini, apa itu, aku terus berusaha untuk mengingatnya, aku tahu dave sedang memandangku, mungkin dikarenakan ekspresiku yang sedikit aneh, ya, disaat berpikir, mukaku akan terlihat berbeda, tidak, tidak aneh, tetapi terlihat manis, hahha, hanya sedikit membanggakan diri. ya, aku ingat, aku pernah menabrak seseorang yang sedang membawa makanan, makanannya terjatuh, dan aku kehilangan orang itu dikarenakan aku harus buru-buru ke toilet, siapa dia, ingin sekali aku meminta maaf kepadanya, huh.
" jangan terlalu dipikirkan, nanti jadi spesial buat lu.." kata Dave seakan mengerti jalan pikiranku.
" apa? maksud lu? spesial? " aku tidak mengerti akan perkataanya.
" hem.. lupakan saja. " sialan, dia selalu saja membuatku penasaran.
" kenapa? ayolah,penasaran gw.." tampangku memelas, berharap Dave mau menjelaskannya.
" ini pesanannya, silahkan dinikmati, selamat siang.... " makanan tiba.
" lebih baik kita makan saja. " dengan mengeluarkan senyumnya yang jujur banget aku tidak bisa berkata apa pun setelah melihatnya, lebih baik aku makan saja.
     Aku merasakan betapa penuhnya perutku ini, penuh dengan berbagai macam makanan, oh tidak, hanya nasi dan beberapa lauk pauk, tapi tidak dengan minuman, ya, aku tidak begitu banyak minum, yasudahlah, yang penting cacing perutku tenang. ternyata Dave mentraktirku, hum, lumayan gratis, setelah itu dia mengajakku ke sebuah toko aksesoris, katanya sih untuk keluarganya, aku pun dengan senang hati menemaninya, sekalian cuci mata, karena aku tidak pernah ke tempat seperti ini, aksesoris, aku bahkan tidak punya aksesoris, sudah cukup, tidak perlu dibahas.
" sebenarnya lu mau beli apa sih? untuk keluarga kenapa aksesoris? " sedikit penasaran.

" hem, sepupu gw seneng pakai aksesoris, anak gaul lah tepatnya... mereka pasti lebih senang kalau dibeliin aksesoris... tapi gw gak tau mereka sukanya yang seperti apa.. kalau gw tanya sama lu, lu pasti lebih gak tau. " Dave, kau terlalu jujur, tetapi tidak juga, walaupun aku rada tomboy, tapi aku tahu trend cewek feminim kok...!
" oh anak gaul (emang gw gak gaul!). biasanya mereka suka ini, klo gak ini, yang ini juga suka, yang penting full colour... " kataku sambil menujukkan jenis barangnya, Dave hanya tersenyum melihatku, ya, dia tersenyum kepadaku, apa! dia tersenyum kepadaku? kenapa? apa dia tertarik kepadaku, maklum saja, jarang sekali ada orang yang tersenyum kepadaku, dan kali ini, seorang Dave memberikan senyum terindahnya untukku? cukup.
" ok, gw pilih apa yang lu pilih. " katanya singkat tetapi pasti.
" ya? gak salah? "
" udah, cepetan pilih, biar cepat selesai. " ia kembali tersenyum, senyum maut yang membuat jantungku berdetak lebih kencang, lebih kencang disaat aku menantikan penampilan Super Junior di M-bank(acara k-pop), sungguh, oh tidak, Super Junior tetap no 1 di hatiku, cukup.
     Kami sudah selesai memilih, aku sedang menunggunya di depan toko, aku merasa bosan jika berlamaan disana, aku duduk di bawah payung besar yang memang disiapkan untuk pengunjung yang datang, nyaman sekali disitu, ku hirup angin yang kebetulan lagi kencang, sepertinya mau hujan, kulihat banyak orang yang yang sedang mengobrol dengan gembira, tapi tunggu, mau hujan?!! tanpa sadar tubuhku melemas, aku gemetar, mukaku pucat, dengan kuat ku genggam tanganku, ku naikan kakiku ke atas kursi, lalu ku peluk kakiku, sangat erat, aku benar-benar ketakutan, ya, aku phobia hujan, penyakit ini muncul di saat aku berumur 7 tahun, disaat itu hujan deras, aku sedang bermain dibawah derasnya hujan bersama Kyunn, tetapi sesuatu terjadi dengan Kyunn, ia tertabrak mobil di saat menyebrangi jalan, saat itulah, aku merasa hujan berbahaya, aku juga tidak berani menyebrang jalan, ya, aku tidak akan melakukan itu, tapi bagaimana ini, hujan mulai turun, apa yang harus kulakukan, aku takut sekali, apa yang akan terjadi padaku, sungguh, aku benar-benar takut.

" hyul? " Dave berada di depanku, mukanya sedikit cemas, mungkin dikarenakan keadaanku saat ini, aku hanya diam, aku tidak mampu bersuara, tubuhku gemetar, mukaku memucat.
" lu kenapa? lu sakit? " kupaksa mulutku berbicara, dengan mengalirnya air mata, aku menjawab pertanyaannya.
" aku takut. " ya, hanya itu yang mampu ku katakan, aku benar-benar ketakutan, kumohon Dave, mengertilah, bawalah aku pergi dari sini, aku sudah tidak tahan.
" takut? takut apa? " kulihat Dave mulai panik, kurasa dia pusing memikirkannya, apa yang aku takuti, mungkin ini sedikit memalukan, kenapa aku harus phobia dengan hujan! aku sudah tidak sanggup menjawab pertanyaannya, mulutku kaku, badanku semakin lemas, pandanganku kabur, kepalaku pusing, GELAP.
      kubuka mataku, nyaman sekali disini, semuanya serba putih, tapi, dimana aku sekarang? Surgakah? kucoba untuk duduk, tapi badanku belum sekuat itu, aku hanya terbaring dan berpikir.
" kamu sudah sadar? " tanya seorang dokter, cantik sekali dia, kurasa aku mengenalnya, dia... ya! dia kakaknya Dave.
" hem, sepertinya begitu, tapi, apa Dave membawaku kesini? " tanyaku sambil memperhatikan keseluruhan ruangan, tidak ada Dave.
" ya, dia yang bawa kamu kesini, dia sedang mencari bubur, hem... sepertinya untuk kamu. " dokter itu tersenyum lalu duduk di sampingku.
" kaulah satu-satunya wanita yang dibawanya ketempatku. " dokter itu kembali tersenyum.
" benarkah? " aku tidak percaya itu, mungkin ini hanya sebuah kebetulan.
" aku tidak suka berbohong, oh iya, kau harus membuang phobiamu itu, kau mengidap dua macam phobia, ombrophobia (takut hujan) dan Agyrophobia (takut jalan/menyebrang jalan), kurasa itu belum terlambat. " bisakah aku sembuh dari phobiaku ini, dokter itu mengatakannya dengan yakin, seakan penyakitku bisa disembuhkan.
" kurasa, jika kau mau berusaha, yasudah, aku mau menyambung pekerjaanku, kau istirahat saja, mungkin sebentar lagi Dave pulang. " dia meninggalkanku, aku kembali mencoba untuk duduk, dengan paksa aku berhasil melakukannya, kali ini aku mencoba berdiri, kulihat ada setumpuk buku diatas meja, kebetulan aku gemar membaca, ku ambil buku itu dan langsung kubaca, namun disaat aku membacanya, kepalaku pusing, aku terjatuh, oh, tidak, Dave datang seperti kilat lalu menangkapku.
" kenapa lu bangun! " apakah ia mengkhawatirkanku? Ia pun membantuku berjalan mendekati sofa.
" gw bosan, maab udah ngerepotin. " aku menundukkan kepala, dia hanya memandangku lalu duduk disampingku, ia memberikan semangkuk bubur ayam yang masih hangat, uhm... sepertinya itu enak, aku tersenyum, hari ini Dave baik sekali padaku, bubur ini sengaja ia beli untukku, apa artinya ini?
"  makan ini, selagi masih hangat. " ia memberikan bubur itu padaku.
" hem, makasih. " hatiku, kenapa ini, kenapa aku merasakan kenyamanan yang tidak pernah aku rasakan, Dave mempunyai semua itu, apakah Dave?
" kakak gw benar, lu harus melawan penyakit phobia lu itu, gw rasa masih ada waktu, lu harus berusaha untuk itu, lu gak mungkin terus-terusan mengindar dari hujan bahkan tidak menyebrang jalan bukan? " kata-katanya sangat dalam bagiku, penuh perhatian, atau, ini hanya sebatas... apa-apaan ini, bagaimana bisa aku memikirkan itu!
" ya, aku akan mencobanya, sekali lagi terima kasih, hari ini lu udah banyak bantuin gw, gw gak tau mau balasnya gimana.. " sambil makan, aku mangatakannya.
" lu mau balas kebaikan gw? " katanya tersenyum.
" itu sudah pasti, mungkin ada yang bisa gw bantu, anggap saja sebagai balas budiku. " aku semakin yakin.
" apapun itu, lu tetap mau lakukan untuk gw? "
" ehehm, karna lu udah baik sama gw. "
" benarkah itu? apa saja? "
" iya! " sangat yakin, bagiku kebaikan dia sudah terlalu besar dan patut dibalas.
" kalau begitu... "
" ya? "
" jadi pacar gw. " WHAT!!!!!!
" apa? " sepertinya aku mau mati, ups, jangan, nanti Super Junior akan kehilangan satu ELF, baik, aku hidup saja.
" kenapa? tadi bukannya lu bilang mau lakukan apa aja? "
" iya sih, tapi apa gak ada cara lain, lagian, kenapa harus gw coba? " muka manyunku pun keluar.
"  kalau begitu, jadi pacar bo'ongan, gmn, mau? "
" bo'ongan? " dari pada bohong, lebih baik beneran saja, oh tidak, aku tidak semudah itu.
" iya, gmn? " ia semakin meyakinkanku.
" ..... "  aku tidak menjawab apa-apa, sama sekali tidak mengerti dengan keadaan ini, aku hanya bisa terdiam sambil berpikir, sebodoh inikah aku.
 " hihi.. " dia tertawa? apa yang harus di tertawakan?
" kenapa lu, apa yang lucu? "
" sudah, gak usah dipikiran, gw tarik balik kata-kata gw td, sebenarnya gw cuma bercanda kali, lu nya aja yang seriusan, kenapa, lu pengen jadi cewek gw? " katanya sedikit mendekatkan mukanya padaku, apa, dia mengerjaiku! terus, apa maksud dia mendekatkan mukanya seperti ini, apa dia berpikir bahwa aku akan salah tingkah, aku akan luluh terhadapnya, oh tidak, tidak akan.
" oh, makasih atas candaannya.. " senyum mematikan kuberikan untuknya.
" tapi kalau gw serius, lu bakal jawab apa? " tatapannya, euh.. euh... ada panci, tampar gw dong, galau nih...
" ehm.... " aku berpikir, oh tidak, lebih tepatnya aku tidak tahu harus menjawab apa.
" ahahha.... " dave kembali tertawa.
" bercanda lagi? " sumpah, pengen gw  hajar ni anak, cuma sayang sama tu muka aja, terlalu aduhai.....
" lagian lu, ngarep? lu bukan selera gw kali... udah ah, gw tunggu didepan, klo uda siap, temui gw, keburu malam gk enak sama kluarga lu kalau lu pulang larut malam, lu sudah enakan kan? Bisalah bergerak.. benarkan? Oke, gw tunggu didepan " menghilang dibalik pintu, sungguh, dia tidak ada niat untuk membantuku berjalan? Kau ini benar-benar! Aneh!
"  come on, you expensive, expensive! "kataku dalam hati, galau.

    Ku telusuri setiap ruangan, kulihat pintu keluar, aku pun keluar, ahahha, itulah maksudku. tapi, jantungku, ada apa dengan jantungku, sepertinya hari ini dave biasa saja, tapi kenapa disaat aku melihatnya yang pada saat itu dengan posisi bersandar di samping motornya, jantungku, seperti menyadari bahwa dave benar-benar cool, oh! so cool....

" kenapa lu? senyum-senyum, gila lu? cepat dong, udah malam ini. " Dave membuyarkan semua pikiranku, setidaknya aku berhenti memikirkannya. kunikmati angin malam, hem... lumayan segar, dan... aih, sepertinya aku masuk angin, ihihhi... ingin kentut!

      Sepanjang perjalanan aku terus memperhatikan langit, sepi banget, bintang pada hangout kemana? Waduh, ini sih pertanda.

" dave, di langit gak ada bintang! aduh, gimana nih? " seruku panik.
" terus kenapa? masalah buat lu? " jawabnya sambil serius menatap jalan.
" ih bego deh lu, kalau gak ada bintang... biasanya mau hujan. "
" enggak, tenang saja.. "
" aduh.. udah deh berhenti aja di mana gitu, di kafe sebelah sana juga boleh, sudah dekat kok, keburu nih dave... "
" lu bisa tenang gak sih, lu tinggal duduk diam aja susah. "
" tolong dave berhenti, gw mau masuk ke kafe itu aja.. " aku terus menyuruh dave untuk menghentikan motornya, sekarang yang dipikiran aku hanya berlindung dari hujan.
" oke-oke! " aku langsung turun dari motor, saat ini jarak kami sedikit jauh dari kafe dikarenakan pada awalnya dave tidak menyetujuinya, tapi aku tidak memikirkan itu lagi, yang aku lakukan hanya berjalan menuju kafe tersebut tanpa mengacuhkan dave yang sedang berbicara kepadaku.
" gw yakin gak bakalan hujan, lebih baik kita lanjutkan perjalanan kita, lu dengar gw?? " ya aku dengar, tapi aku masih takut akan kemungkinan-kemungkinan yang bakalan terjadi di saat perjalananku kerumah, bagaimanan kalau hujannya turun secara tiba-tiba, oh tidak! lebih baik aq berlindung di kafe itu saja.
" hyull.. percaya sama gw, hujan gak bakal turun... " suara dave semakin keras dan semakin terdengar jelas di telingaku, dan... TTARRRRR!!!! namun suara petir lah yang mampu menguasai seluruh rongga kupingku. ada apa ini, tubuh ku, ada apa dengan tubuhku, tubuhku kaku dan sama sekali tidak bisa aku gerakkan, apa phobiaku kambuh lagi?
" hyull, lu kenapa? " kudengar suara dave dari belakang.
“ pusing, kepala gw pusing. “
“ buruan naik ke motor, kita ke kafe itu, cepat, sebelum hujan turun.” ucap dave, kesal melihat diriku yang tidak ada reaksi, dia langsung menarik tanganku lalu membantuku menaiki motornya, ia kembali menarik kedua tanganku lalu melingkarkan kedua tanganku dipinggangnya, agar tidak jatuh, ya sepertinya begitu.
      Segelas kopi panas dan beberapa kue yang membuat mulutku ingin menyantapnya, tapi tetap saja, disaat aku menyantapnya, lidahku tidak bereaksi, tak berasa. Bagaimana ini, sepertinya apa yang dikatakan kakaknya dave benar juga, aku harus berusaha untuk sembuh, aku tidak boleh terus-terusan menghindari hujan yang sebenarnya merupakan salah satu anugerah terbesar dari Tuhan. Bahkan banyak orang yang menunggu turunnya hujan, bukan sepertiku yang menantikan dimana hari tanpa hujan.

“ sebentar lagi supir gw datang, kalau tunggu hujan reda bakal pulang larut, kalau naik mobil lu gak bakal takut kan? “ kata dave setelah menelepon supirnya, ia memerintahkan supirnya agar segera  mengantarkan mobilnya, lalu ia menyerahkan motor kepada supirnya.
“ maab… “ aku menunduk, aku sudah terlalu banyak menyusahkannya, bagaimana ini?
“ ya? “
“ gw ngerepotin lu lagi, gw pulang sendiri saja, gw bisa pesan taksi atau menunggu kakak gw plg kerja.. “ kataku yang masih tertunduk.
“ huh, sudahlah, lu habiskan saja kopinya sambil menunggu supir gw. “ dave tidak menghiraukan kata-kataku.
“ dave, gw gak mau..”
“ sebentar lagi dia tiba, gw ke toilet dulu. “ dave berjalan menuju toilet, ada apa dengannya? Sikap yang baru saja ia tunjukkan mengingatkanku kepada seseorang, seseorang yang pernah mengisi hatiku, tapi itu dulu, hah, lupakan.

       Kulihat sedan biru memasuki parkiran yang kebetulan letaknya disamping tempat kami duduk, seseorang keluar dari mobil tersebut, pria tua dan sepertinya berumur 40 tahun. Apa itu  supirnya dave? Ya benar sekali, dave dengan lembut menarik tanganku dan membawaku menuju mobil biru tersebut. Supirnya tersenyum ramah kepadaku, ia membukakan pintu dan mempersilahkan aku masuk kedalam mobil, setelah itu ia berbincang-bincang sejenak dengan supirnya dan tidak lupa juga menyerahkan kunci motornya, sang supir kembali tersenyum kepadaku lalu berjalan menuju parkiran motor. Dave juga melontarkan senyuman ke supirnya dan setelah itu masuk ke dalam mobil.

      Dikarenakan naik mobil, perjalanan pun lebih nyaman, dave juga memutarkan lagu dengan volume maksimal agar suara petir sedikit tersamarkan. Oh Tuhan, kenapa kau pertemukan aku dengan sosok ini? Sosok yang dulu pernah mengisi hatiku dan sudah terlupakan olehku, tapi, tapi dikarenakan sosok baru ini, masa-masa itu kembali terlintas dipikiranku.. apa sebenarnya rencanamu Tuhan.. aku terus memandangi butiran air yang jatuh dari langit, walau aku tidak pingsan, tapi tubuhku tetap tidak bisa tenang disaat melihat rintikan hujan, salah satu indra ku seperti menolak keindahan dari hujan tersebut.

“ kenapa? “ pertanyaan dave membuyarkan pikiranku.
“ ya? aa, gak. “ kataku.
“ cobalah untuk memikirkan hal lain, hilangkan rasa takut lu itu..” getaran suaranya sangat nikmat untuk didengar, tatapannya juga berhasil memenuhi pandanganku saat ini, tunggu, dia dave, dia bukan..
“ sudahlah, gw sudah baikan kok, lu ngebut dong, lama banget. “ aku mencoba menghilangkan pikiran itu, itu tidak boleh, tidak, begitu susah aku melupakannya, aku tidak mungkin bisa dengan mudah memikirkannya lagi, lupakan!
“ ok “ oh tidak.. ini terlalu cepat, dave.. apa kau pembalap? Kenapa cara menyetirmu bisa sehebat ini, ini terlalu dave.. sepertinya aku salah berkata.

      Aku sudah tiba didepan rumah, kulihat Kyunn sedang menungguku didepan pagar sambil menempelkan handphone ditelinganya, aku lupa menghubunginya, ia pasti menungguku seharian, hah aku lupa, ini hari sabtu, dihari sabtu jadwal Kyunn tidak begitu padat.. uh, bagaimana ini..
“ gw akan menjelaskannya, turunlah.” Kata Dave seakan mengerti isi hatiku, ia mendekati Kyunn dan tidak lupa menyalaminya, mereka membicarakan sesuatu yang pastinya tentang diriku, setelah itu mereka kembali bersalaman dan Dave tersenyum kepadaku lalu masuk kedalam mobilnya. Ia sempat menekan klaksonnya sebagai tanda terimakasih dan perpisahan, ia pun menghilang dibalik bangunan-bangunan yang tersusun rapih itu.
“ masuklah, kamu harus istirahat.” Kyunn tidak memarahiku, apa yang mereka bicarakan sehingga Kyunn berubah seperti ini?
“ lu gak marah sama gw? “ aku benar-benar heran.
“sudahlah masuk, diluar sangat dingin, nanti kamu masuk angin”
“maafkan gw Kyunn, gw lupa kabari lu kalau gw..” hangat, pelukan ini berhasil menghangatkan tubuhku, aku merindukan ini, pelukan Kyunn yang sangat membuatku nyaman, Kyunn, kenapa dia memelukku?
“ kamu tahu? Sekarang yang kupunya hanyalah dirimu, jadi tolong, tetaplah bersamaku, jangan coba-coba untuk meninggalkanku, jagalah dirimu, jangan biarkan sesuatu menyakitimu, karna jika ada yang menyakitimu, ini, hatiku juga akan tersakiti. “ tetesan airmatanya menyadarkanku bahwa Kyunn sedang serius, aku kembali memeluknya dengan erat, angin malam pun memaksa kami untuk segera masuk kedalam rumah dan beristirahat.

Minguuu!

“ hyull…..bangun! temani aku bersepeda..” teriak Kyunn.
“ hah..? lu saja yang pergi, gw masih mau tidur..” mataku masih terlalu berat untuk dibuka.
“ tidak ada alasan, kamu sudah jarang berolahraga, apa kamu mau badanmu membesar? Ingat, kamu itu atlit basket, bagaimana jika nanti ada yang berniat meminta bantuanmu, tapi kau sendiri tidak bisa semaksimal dulu..” kata-kata itu pun menyadarkanku, aku langsung berlari kekamar mandi untuk cuci muka dan gosok gisi, setelah itu aku membuka lemari dan mengambil sepatu juga bola basket yang sudah lama tidak aku sentuh. Kupakai sepatunya dengan cepat dan aku langsung menemui Kyunn yang sedang melakukan pemanasan.

“ kalau itu maksud lu, ya bukan bersepeda, tapi latihan basket! Ah, gimana sih. “ aku langsung jogging menuju lapangan basket yang terdapat ditengah-tengah perumahan ini, dipertengahan perumahan ini terdapat sebuah taman yang luar biasa besar, termasuk didalamnya lapangan basket, futsal, badminton, volley, jogging track, dll.
“ hyull tunggu aku, ah kamu ini, aku kan gak bisa main basket, makanya aku ajak bersepeda..” Kyunn itu memang pintar didalam pekerjaan, tapi tidak dengan olahraga, dari segala macam olahraga, hanya bersepadalah yang ia bisa, ahahha…
“ cowok gak sih, olahraga saja pilih-pilih, buruan! “ kupercepat langkahku, Kyunn semakin kualahan mengejarku, hal hasil, aku duluan yang sampai dilapangan, bermain dengan pria-pria yang tak ku kenal, kami juga mencoba untuk melakukan game ringan, kami juga istirahat bareng, minum bareng sambil duduk santai dipinggir lapangan, dan kami juga sama-sama menyaksikan kedatangan Kyunn yang luar biasa lambatnya, kurasa ia beristirahat lebih banyk dari pada berlari mengejarku, OMAGA Kyunn… kami sudah selesai kamu baru tiba?
“ hyull, kenapa duduk, ayo main. “ ucapnya dengan nafas yang tidak karuan.
“ lu gak liat keringat gw? Uda selesai kali..” jawabnya santai sambil mengipas-ngipas badannya dengan handuk yang setengah tersangkut dilehernya.
“ yang benar saja? Apa aku selambat itu? “ mukanya sangat tidak baik untuk dipandang, ekspresi lelah dan kecewa bercampur aduk.
“ kyunn, lebih baik lu istirahat, tampang lu kyunn.. “
“ kenapa dengan tampangku? “
“ mengenaskan. minumlah, aku mau jogging sekali lagi. “ hyull bangkit dari duduknya dan kembali berlari, kali ini hyull di area Jogging Track, keadaan tidak begitu rame, lebih tepatnya hampir tidak ada orang yang jogging, mungkin hanya diriku, oh tidak, ada seorang wanita cantik yang sedang berjalan tepatnya didepanku, karena aku berlari, dengan cepat aku melewatinya, tapi aku penasaran dengan wajah wanita tersebut, lalu dengan kilat kusempatkan meliriknya sambil berlari, PRAKK!!
Aku terjatuh.
“ kamu tidak kenapa-kenapa? “ wanita itu mencoba membantuku berdiri, mukanya familiar.
“ terimakasih, saya tidak kenapa-kenapa. “ jawabku sambil terus memandang wajah wanita itu, benar-benar familiar bagiku, aku seperti mengenalnya.
“ kakimu lecet, harus segera dibersihkan, duduklah. “ tanpa perlawanan akupun mengikuti perintahnya, kami duduk direrumputan yang sepertinya benar-benar dirawat dengan baik, rumputnya hijau, sangat hijau, sehijau.. sehijau.. sehijau apa ya? ah… lupakan.
“ Cuma lecet biasa, aku sudah sering mengalami hal seperti ini, jadi tidak perlu dikhawatirkan. “ ucapnya sambil terus memperhatikan wanita itu, dia terus mencoba mengingat wajah yang menurutnya mirip dengan wanita ini.
“ ada yang salah dengan wajahku? ” wanita itu menyadari tatapan hyull.
“ apa kita pernah bertemu? “ Tanya nya singkat.
“ tentu saja pernah. “ wanita itu tersenyum sambil membersihkan lukanya.
“ benarkah? Kapan itu? “ hyull semakin penasaran.
“ kamu tidak mengingatnya? “
“ aku ingat, tapi aku lupa. “ hyull, itu bukan jawaban!
“ ahahha.. kamu lucu sekali, yasudah, setelah ini baiknya kamu minum obat antibiotik agar lukamu cepat menengering dan.. “
“ dave!! Iya, benar sekali, kamu kakaknya dave yang dulu pernah mengobatiku, ah.. daya ingatku begitu lemah! “ katanya sambil menggaruk kepala (hyull,kamu berkutu?)
“ bagaimana caranya kamu bisa mengingatku? “
“ karena kamu baru saja mengatakan obat-obatan, dulu kamu juga pernah mengatakan hal seperti itu kepadaku, ahahaa… “ ia tertawa lepas dengan membuka mulutnya selebar mungkin.
“ seandainya kamu bisa tertawa selebar itu disaat hujan.. “ kata wanita itu.
“ ah itu, aku juga berharap seperti itu. Oh ya, kamu, eh maksudku, kakak kesini sendiri doang? “
“ tidak, kakak kesini bersama Dave, dia sedang beli minuman.. “
“ Dave? “ wow, sepertinya Hyull kaget.
“ iya, kenapa? Kamu.. “
“ ah tidak, kalau begitu aku balik dulu ya kak, salam sama Dave.. “ aku pun berdiri dan kembali menemui Kyunn.

     Diseberang jogging track, terdapat sebuah food court yang menyediakan berbagai macam makanan juga minuman. Dave sedang asik memilih minuman yang akan ia beli, setelah mendapatkan minuman itu ia langsung kembali mencari kakaknya yang mungkin sudah kehausan akibat kelelahan berolahraga. Sebenarnya kakaknya itu tidak suka berolahraga, tetapi Dave memaksanya untuk berolahraga sambil sesekali menemaninya keluar bersama, karena walaupun mereka saudara kandung, tetapi mereka masih sangat sulit untuk bertemu, orang tua Dave yang sibuk mengurus pekerjaannya diluar negeri bahkan tidak pernah menghubunginya, bisa dihitung mungkin sudah 3 tahun lamanya. Sang kakak yang masih single juga sibuk dengan profesinya yaitu sebagai seorang dokter, awalnya Dave dan kakaknya tinggal bersama dirumah orang tuanya yang bisa dibilang luar biasa besarnya, namun dikarenakan jarak rumah dengan kantor kakaknya lumayan jauh, kakaknya pun memutuskan untuk pindah ke kantornya sendiri. Tinggallah Dave beserta pekerja-pekerja dirumah itu, syukurnya, tiga orang pekerja tetap disitu sangat menyayangi Dave bagaikan anak mereka sendiri, begitu juga dengan pekerja setengah hari lainnya, semua ini mungkin dikarenakan sikap Dave kepada mereka, Dave sama sekali tidak memperlakukan mereka sebagaimana seorang pesuruh, melainkan seperti keluarga.

“ mas, awas pohon! “ seseorang berteriak dari belakangnya.
PRAKK!!
“ aduh! “
“ yah, nabrak deh, kan sudah saya peringatkan tadi mas.. masnya sih melamun.. perhatikan jalan dong mas.. “ tukang sapu taman itu pun pergi sambil meninggalkan tawa.
“ aih.. malu banget, kok gw bisa nyundul pohon sih? Emang td gw mikirin apa? “ tanyanya sambil kembali berjalan, sesekali ia tempelkan botol minuman yang baru saja ia beli ke kepalanya, benturan itu lumayan keras, Dave… syukur kamu dianugerahkan dengan tampang yang mendekati sempurna, jadi, adegan tadi tidak terlalu memalukan untuk dilihat, tampangmu sudah memberi nilai plus. Saat ini ia benar-benar memperhatikan jalan agar tidak melakukan hal yang sama pula, loh itu kan….
“ hyull? “ wanita itu sedang berjalan mendekatinya, oh tidak, tepatnya berjalan melewatinya, ia sibuk mengelus lututnya sambil meringis kesakitan, dia bahkan tidak menyadari keberadaan Dave. Ada apa ini, ini merupakan pemandangan yang menarik, keduanya sama-sama berjalan berlawanan arah sambil meringis kesakitan, benar-benar menarik.
“ kamu lama sekali Dave! Kakak sudah kehausan.. apa kamu tahu itu? Hei Dave, kamu dengar kakak? Kamu melamun? “ tegur kakaknya setelah ia memberikan sebotol minuman namun tetap dengan muka tak berekspresi. Karena merasa tidak dihiraukan, si kakak pun memukul jidadnya.
“ aduh, kak, sakit tahu! “ untuk yang kedua kalinya.
“ kamu sih, kakak ngomong gak didengar.. sakit? Loh, jidad kamu kenapa? Kok merah begitu? Apa pukulan kakak terlalu keras? “
“ ah, tidak. Tadi aku tanpa sadar menabrak pohon.. “ jawabnya polos sambil terus mengompres jidadnya dengan botol minuman.
“ bagaimana bisa? Ahahha.. “ bukan khawatir, kakaknya malah tertawa.
“ tertawalah sepuasmu! “ ucapnya lalu berjalan meninggalkan kakaknya.
“ hei tunggu, kamu masih saja seperti dulu, cuek, pemarah, aneh, apa kamu memperlakukan semua orang seperti itu hah? “ Tanya kakaknya sambil berlari kecil mengejarnya.
Aduh!
Dave berhenti berjalan, hal hasil kakaknya tanpa disengaja menabraknya.
“ kenapa berhenti? Kamu sengaja? Dasar! “ kali ini kakaknya yang berjalan terlebih dahulu dari dirinya.
“ kata-katamu.. “ pikir Dave dan terdiam sejenak. “ kak, jangan berlari, kamu tetap terlihat seperti berjalan.. ahahha..” Candanya lalu berlari meninggalkan kakaknya.
“ kamu ini benar-benar! “ tidak, kakaknya tidak berlari mengejarnya, maklum, kakaknya tida suka olahraga, jadi berjalan saja sudah membuatnya kehilangan tenaga.
“ ah.. kakak terlalu lama, aku tunggu dimobil. “ katanya lalu hilang tertutupi pepohonan.

     Saat ini mereka dalam perjalanan menuju kantor kakaknya, tiba-tiba saja hp Dave berdering, tetapi setelah ia melihat dari siapa panggilan tersebut, ia malah mematikan hpnya. Setelah itu giliran hp kakaknya yang berdering, kakaknya pun menerima telepon tersebut walau terlihat seperti terpaksa, rona wajahnya langsung berubah menjadi tidak bagitu baik. Setelah ia memutuskan sambungan teleponnya, ia pun mencoba mengatakan sesuat kepada Dave.
“ mereka mau pulang “ kata kakaknya dengan ragu.
“ oh “ hanya itu?
“ Dave… “
“ aku tidak peduli mereka dimana dan sedang apa, jadi tolong, jangan sebut nama mereka didepanku lagi. “ jawabnya, matanya memerah, seakan menahan amarah yang amat besar.
“ Dave! “
“ cukup! Sebentar lagi kita sampai dikantormu, setelah itu istirahatlah.” Ia menggenggam stir dengan erat, sorotan matanya berubah menjadi sangat menakutkan, penuh rasa benci didalamnya, siapa sebenarnya yang mereka bicarakan?

     Setelah beberapa saat mereka berdiam diri di dalam mobil, akhirnya Dave menghentikan mobilnya tepatnya didepan kantor kakaknya. Tapi kakaknya tidak langsung turun dari mobil, kakaknya masih terduduk dengan wajahnya terlihat tegang, terdengar sedikit suara isakan tangis yang tersamarkan dengan alunan musik.
“ satu hal yang harus kamu ketahui, seburuk-buruknya mereka, mereka tetaplah orang tuamu, orang tua kita, kamu harus ingat itu. “ dan kakaknya pun keluar dari mobil tanpa mengatakan apa-apa lagi. Dave yang sepertinya masih belum bisa mengontrol emosi dengan cepat menekan gas dengan kuat, keadaan ini benar-benar berbahaya, ia membawa mobil dengan kecepatan maksimal. Dave, kamu harus sabar…

next part 3.

0 komentar: