Saat ini aku bersama Siva,
melepaskan kelelahan kami di kantin, di kantin yang pada saat ini keadaannya
tidak begitu ramai, ya benar sekali, kalau ramai sudah pasti kami tidak berada
disitu.
" nyantai banget lu,
jawab apa tadi lu? open book sih iya, tapi sama aja, jawabannya harus di
karang, mana gw gak bisa mengarang. " saat ini aku tidak mendengarkan
omongan Siva dengan baik, tetapi mataku terpaku kepada seorang lelaki yag
sedang duduk dipojok, sendirian, sambil menikmati nasi goreng dan jus melon,
ya, sepertinya jus melon.
" nah, ini nih yang gw malas,
lu suka begini nih, gak dengarin gw, liat siapa sih lu? woy, liat sapa lu???
" Siva mendesakku sehinnga membuatku kaget.
" melon!! " ...?
" hah? melon? " Siva tidak
mengerti atas jawaban yang aku berikan.
" ya, aku gak suka melon,
ehehhe... " aku tahu, jawabanku tidak nyambung, tapi biarkan saja, yang
penting aku menjawab.
" apa hubungannya? gw gak ada
nanya melon! " Siva semakin frustasi, dia membanting meja! membanting
kursi! membanting piring! gelas! membanting diriku, membanting dirinya! oh
maaf, tadi hanya khayalanku saja.
" ya, memang gak ada hubungan.
gw pulang duluan, Kyunn uda mau jemput, gw kedepan ya, babay..! " dengan
cepat aku meninggalkan kantin, aku terus berjalan, langkahku terhenti ketika
aku melewati lapangan basket, tim putra sedang latihan, baru ku sadari, dari
awal pengumuman aku lolos masuk tim kampus, aku belum pernah latihan, sedikit
rasa bersalah, tapi yasudah, tanganku kan sakit, aku juga baru sembuh dari
sakit, aku kembali berjalan, kulihat banyak senior berdiri di pintu gerbang,
aku memberanikan diri, tetapi langkahku kembali berhenti ketika aku melihat senior
yang dulu pernah melukaiku, aku tidak berani menghadapinya, dengan pelan aku
berbalik badan, oh tidak! senior itu melihatku dan sekarang mulai mendekatiku,
bagaimana ini, aku benar-benar takut, bagaimana kalau dia mencoba untuk
melukaiku lagi? aku terus berjalan seolah-olah tidak mendengar panggilannya,
tanganku terusku genggam, ya, aku benar-benar ketakutan, aku tidak habis pikir
kalau ia kembali..
" aww! " seseorang
menarikku, ia terus menarikku ke arah parkiran sepeda motor, ya, seorang pria
yang sepertinya kukenal, ya, sepertinya aku mengenalnya, dia...
" lebih baik lu naik motor gw
aja, nih, pakai helm, biar gak ketahuan. " Dave memberikan helm yang dulu
pernah aku pakai, ya, Dave, kenapa dengan Dave? kenapa dia bisa tahu kalau aku
sedang menghindari senior itu, tapi aku tidak sempat memikirkannya, lebih baik
aku cepat-cepat meninggalkan kampus sebelum senior itu menemukanku. aku menaiki
motornya, dia mulai menghidupkan motornya, dengan pelan ia melewati senior-senior
yang berada di pintu gerbang, aku sedikit membungkukkan badan agar tidak
terlihat dengan mereka, ya, kami berhasil keluar, saat ini kami di jalan, ya
dijalan, hah dijalan? dia mau bawa aku kemana??
" kita mau kemana ya? "
tanyaku sedikit berteriak dan mencondongkan kepalaku kedepan.
" lu mau kemana? " lho,
bukannya tadi aku bertanya, kenapa dia malah nanya balik?
" hah? kok malah nanya balik
sih? " nadaku semakin tinggi.
" ok, kalau gitu kita makan
dulu, gw lapar. " apa, makan?
" makan? "
" iya, kenapa, gak mau? gw
lapar, gw gak bisa bawa motor dalam keadaan lapar. " aku pun hanya bisa
menyetujuinya.
Kali ini aku hanya diam dan duduk manis
sambil memperhatikan jalan. RUMAH MAKAN SUNDA. ini, ini rumah makan kesukaanku,
dia suka makan disini juga?
" kenapa? gak suka makan
disini? " tanya nya sambil menyangkutkan helm di motornya.
" lu sering makan disini?
"
" ya, gw selalu menyempatkan
diri untuk makan disini, ini lestoran kesukaan gw. kenapa, lu gak suka? "
dia kembali bertanya.
" tidak, gw suka sekali, gw
juga sering kesini. " kataku sambil mengikutinya masuk ke dalam restoran,
kami berjalan menuju kasir, memesan makanan terlebih dahulu lalu duduk menunggu
pesanan tiba, tapi, kenapa aku gelisah, seperti ada sesuatu yang pernah terjadi
di tempat ini, apa itu, aku terus berusaha untuk mengingatnya, aku tahu dave
sedang memandangku, mungkin dikarenakan ekspresiku yang sedikit aneh, ya,
disaat berpikir, mukaku akan terlihat berbeda, tidak, tidak aneh, tetapi
terlihat manis, hahha, hanya sedikit membanggakan diri. ya, aku ingat, aku
pernah menabrak seseorang yang sedang membawa makanan, makanannya terjatuh, dan
aku kehilangan orang itu dikarenakan aku harus buru-buru ke toilet, siapa dia,
ingin sekali aku meminta maaf kepadanya, huh.
" jangan terlalu dipikirkan,
nanti jadi spesial buat lu.." kata Dave seakan mengerti jalan pikiranku.
" apa? maksud lu? spesial?
" aku tidak mengerti akan perkataanya.
" hem.. lupakan saja. "
sialan, dia selalu saja membuatku penasaran.
" kenapa? ayolah,penasaran
gw.." tampangku memelas, berharap Dave mau menjelaskannya.
" ini pesanannya, silahkan
dinikmati, selamat siang.... " makanan tiba.
" lebih baik kita makan saja.
" dengan mengeluarkan senyumnya yang jujur banget aku tidak bisa berkata
apa pun setelah melihatnya, lebih baik aku makan saja.
Aku merasakan
betapa penuhnya perutku ini, penuh dengan berbagai macam makanan, oh tidak,
hanya nasi dan beberapa lauk pauk, tapi tidak dengan minuman, ya, aku tidak
begitu banyak minum, yasudahlah, yang penting cacing perutku tenang. ternyata
Dave mentraktirku, hum, lumayan gratis, setelah itu dia mengajakku ke sebuah
toko aksesoris, katanya sih untuk keluarganya, aku pun dengan senang hati
menemaninya, sekalian cuci mata, karena aku tidak pernah ke tempat seperti ini,
aksesoris, aku bahkan tidak punya aksesoris, sudah cukup, tidak perlu dibahas.
" sebenarnya lu mau beli apa
sih? untuk keluarga kenapa aksesoris? " sedikit penasaran.
" hem, sepupu gw seneng pakai
aksesoris, anak gaul lah tepatnya... mereka pasti lebih senang kalau dibeliin
aksesoris... tapi gw gak tau mereka sukanya yang seperti apa.. kalau gw tanya
sama lu, lu pasti lebih gak tau. " Dave, kau terlalu jujur, tetapi tidak
juga, walaupun aku rada tomboy, tapi aku tahu trend cewek feminim kok...!
" oh anak gaul (emang gw gak gaul!). biasanya mereka
suka ini, klo gak ini, yang ini juga suka, yang penting full colour... "
kataku sambil menujukkan jenis barangnya, Dave hanya tersenyum melihatku, ya,
dia tersenyum kepadaku, apa! dia tersenyum kepadaku? kenapa? apa dia tertarik
kepadaku, maklum saja, jarang sekali ada orang yang tersenyum kepadaku, dan
kali ini, seorang Dave memberikan senyum terindahnya untukku? cukup.
" ok, gw pilih apa yang lu
pilih. " katanya singkat tetapi pasti.
" ya? gak salah? "
" udah, cepetan pilih, biar
cepat selesai. " ia kembali tersenyum, senyum maut yang membuat jantungku
berdetak lebih kencang, lebih kencang disaat aku menantikan penampilan Super
Junior di M-bank(acara k-pop), sungguh, oh tidak, Super Junior tetap no 1 di
hatiku, cukup.
Kami sudah selesai memilih, aku sedang
menunggunya di depan toko, aku merasa bosan jika berlamaan disana, aku duduk di
bawah payung besar yang memang disiapkan untuk pengunjung yang datang, nyaman
sekali disitu, ku hirup angin yang kebetulan lagi kencang, sepertinya mau
hujan, kulihat banyak orang yang yang sedang mengobrol dengan gembira, tapi
tunggu, mau hujan?!! tanpa sadar tubuhku melemas, aku gemetar, mukaku pucat,
dengan kuat ku genggam tanganku, ku naikan kakiku ke atas kursi, lalu ku peluk
kakiku, sangat erat, aku benar-benar ketakutan, ya, aku phobia hujan, penyakit
ini muncul di saat aku berumur 7 tahun, disaat itu hujan deras, aku sedang
bermain dibawah derasnya hujan bersama Kyunn, tetapi sesuatu terjadi dengan
Kyunn, ia tertabrak mobil di saat menyebrangi jalan, saat itulah, aku merasa
hujan berbahaya, aku juga tidak berani menyebrang jalan, ya, aku tidak akan
melakukan itu, tapi bagaimana ini, hujan mulai turun, apa yang harus kulakukan,
aku takut sekali, apa yang akan terjadi padaku, sungguh, aku benar-benar takut.
" hyul? " Dave berada di depanku, mukanya sedikit cemas, mungkin dikarenakan keadaanku saat ini, aku hanya diam, aku tidak mampu bersuara, tubuhku gemetar, mukaku memucat.
" hyul? " Dave berada di depanku, mukanya sedikit cemas, mungkin dikarenakan keadaanku saat ini, aku hanya diam, aku tidak mampu bersuara, tubuhku gemetar, mukaku memucat.
" lu kenapa? lu sakit? "
kupaksa mulutku berbicara, dengan mengalirnya air mata, aku menjawab
pertanyaannya.
" aku takut. " ya, hanya
itu yang mampu ku katakan, aku benar-benar ketakutan, kumohon Dave,
mengertilah, bawalah aku pergi dari sini, aku sudah tidak tahan.
" takut? takut apa? "
kulihat Dave mulai panik, kurasa dia pusing memikirkannya, apa yang aku takuti,
mungkin ini sedikit memalukan, kenapa aku harus phobia dengan hujan! aku sudah
tidak sanggup menjawab pertanyaannya, mulutku kaku, badanku semakin lemas,
pandanganku kabur, kepalaku pusing, GELAP.
kubuka mataku, nyaman sekali disini, semuanya serba putih, tapi, dimana aku
sekarang? Surgakah? kucoba untuk duduk, tapi badanku belum sekuat itu, aku
hanya terbaring dan berpikir.
" kamu sudah sadar? "
tanya seorang dokter, cantik sekali dia, kurasa aku mengenalnya, dia... ya! dia
kakaknya Dave.
" hem, sepertinya begitu, tapi,
apa Dave membawaku kesini? " tanyaku sambil memperhatikan keseluruhan
ruangan, tidak ada Dave.
" ya, dia yang bawa kamu
kesini, dia sedang mencari bubur, hem... sepertinya untuk kamu. " dokter
itu tersenyum lalu duduk di sampingku.
" kaulah satu-satunya wanita
yang dibawanya ketempatku. " dokter itu kembali tersenyum.
" benarkah? " aku tidak
percaya itu, mungkin ini hanya sebuah kebetulan.
" aku tidak suka berbohong, oh
iya, kau harus membuang phobiamu itu, kau mengidap dua macam phobia, ombrophobia
(takut hujan) dan Agyrophobia (takut jalan/menyebrang jalan), kurasa itu
belum terlambat. " bisakah aku sembuh dari phobiaku ini, dokter itu
mengatakannya dengan yakin, seakan penyakitku bisa disembuhkan.
" kurasa, jika kau mau
berusaha, yasudah, aku mau menyambung pekerjaanku, kau istirahat saja, mungkin
sebentar lagi Dave pulang. " dia meninggalkanku, aku kembali mencoba untuk
duduk, dengan paksa aku berhasil melakukannya, kali ini aku mencoba berdiri,
kulihat ada setumpuk buku diatas meja, kebetulan aku gemar membaca, ku ambil
buku itu dan langsung kubaca, namun disaat aku membacanya, kepalaku pusing, aku
terjatuh, oh, tidak, Dave datang seperti kilat lalu menangkapku.
" kenapa lu bangun! "
apakah ia mengkhawatirkanku? Ia pun membantuku berjalan mendekati sofa.
" gw bosan, maab udah
ngerepotin. " aku menundukkan kepala, dia hanya memandangku lalu duduk
disampingku, ia memberikan semangkuk bubur ayam yang masih hangat, uhm... sepertinya
itu enak, aku tersenyum, hari ini Dave baik sekali padaku, bubur ini sengaja ia
beli untukku, apa artinya ini?
" makan ini, selagi masih
hangat. " ia memberikan bubur itu padaku.
" hem, makasih. " hatiku,
kenapa ini, kenapa aku merasakan kenyamanan yang tidak pernah aku rasakan, Dave
mempunyai semua itu, apakah Dave?
" kakak gw benar, lu harus
melawan penyakit phobia lu itu, gw rasa masih ada waktu, lu harus berusaha
untuk itu, lu gak mungkin terus-terusan mengindar dari hujan bahkan tidak menyebrang
jalan bukan? " kata-katanya sangat dalam bagiku, penuh perhatian, atau,
ini hanya sebatas... apa-apaan ini, bagaimana bisa aku memikirkan itu!
" ya, aku akan mencobanya,
sekali lagi terima kasih, hari ini lu udah banyak bantuin gw, gw gak tau mau
balasnya gimana.. " sambil makan, aku mangatakannya.
" lu mau balas kebaikan gw?
" katanya tersenyum.
" itu sudah pasti, mungkin ada
yang bisa gw bantu, anggap saja sebagai balas budiku. " aku semakin yakin.
" apapun itu, lu tetap mau
lakukan untuk gw? "
" ehehm, karna lu udah baik
sama gw. "
" benarkah itu? apa saja?
"
" iya! " sangat yakin,
bagiku kebaikan dia sudah terlalu besar dan patut dibalas.
" kalau begitu... "
" ya? "
" jadi pacar gw. "
WHAT!!!!!!
" apa? " sepertinya aku
mau mati, ups, jangan, nanti Super Junior akan kehilangan satu ELF, baik, aku
hidup saja.
" kenapa? tadi bukannya lu
bilang mau lakukan apa aja? "
" iya sih, tapi apa gak ada
cara lain, lagian, kenapa harus gw coba? " muka manyunku pun keluar.
" kalau begitu, jadi
pacar bo'ongan, gmn, mau? "
" bo'ongan? " dari pada
bohong, lebih baik beneran saja, oh tidak, aku tidak semudah itu.
" iya, gmn? " ia semakin
meyakinkanku.
" ..... " aku tidak
menjawab apa-apa, sama sekali tidak mengerti dengan keadaan ini, aku hanya bisa
terdiam sambil berpikir, sebodoh inikah aku.
" hihi.. " dia
tertawa? apa yang harus di tertawakan?
" kenapa lu, apa yang lucu?
"
" sudah, gak usah dipikiran, gw
tarik balik kata-kata gw td, sebenarnya gw cuma bercanda kali, lu nya aja yang
seriusan, kenapa, lu pengen jadi cewek gw? " katanya sedikit mendekatkan
mukanya padaku, apa, dia mengerjaiku! terus, apa maksud dia mendekatkan mukanya
seperti ini, apa dia berpikir bahwa aku akan salah tingkah, aku akan luluh
terhadapnya, oh tidak, tidak akan.
" oh, makasih atas candaannya..
" senyum mematikan kuberikan untuknya.
" tapi kalau gw serius, lu
bakal jawab apa? " tatapannya, euh.. euh... ada panci, tampar gw dong,
galau nih...
" ehm.... " aku berpikir,
oh tidak, lebih tepatnya aku tidak tahu harus menjawab apa.
" ahahha.... " dave
kembali tertawa.
" bercanda lagi? " sumpah,
pengen gw hajar ni anak, cuma sayang
sama tu muka aja, terlalu aduhai.....
" lagian lu, ngarep? lu bukan
selera gw kali... udah ah, gw tunggu didepan, klo uda siap, temui gw, keburu
malam gk enak sama kluarga lu kalau lu pulang larut malam, lu sudah enakan kan?
Bisalah bergerak.. benarkan? Oke, gw tunggu didepan " menghilang dibalik
pintu, sungguh, dia tidak ada niat untuk membantuku berjalan? Kau ini
benar-benar! Aneh!
" come on, you expensive,
expensive! "kataku dalam hati, galau.
Ku telusuri setiap ruangan, kulihat pintu keluar, aku pun keluar, ahahha, itulah maksudku. tapi, jantungku, ada apa dengan jantungku, sepertinya hari ini dave biasa saja, tapi kenapa disaat aku melihatnya yang pada saat itu dengan posisi bersandar di samping motornya, jantungku, seperti menyadari bahwa dave benar-benar cool, oh! so cool....
" kenapa lu? senyum-senyum,
gila lu? cepat dong, udah malam ini. " Dave membuyarkan semua pikiranku,
setidaknya aku berhenti memikirkannya. kunikmati angin malam, hem... lumayan
segar, dan... aih, sepertinya aku masuk angin, ihihhi... ingin kentut!
Sepanjang perjalanan aku terus memperhatikan langit, sepi banget, bintang
pada hangout kemana? Waduh, ini sih pertanda.
" dave, di langit gak ada
bintang! aduh, gimana nih? " seruku panik.
" terus kenapa? masalah buat
lu? " jawabnya sambil serius menatap jalan.
" ih bego deh lu, kalau gak ada
bintang... biasanya mau hujan. "
" enggak, tenang saja.. "
" aduh.. udah deh berhenti aja
di mana gitu, di kafe sebelah sana juga boleh, sudah dekat kok, keburu nih
dave... "
" lu bisa tenang gak sih, lu
tinggal duduk diam aja susah. "
" tolong dave berhenti, gw mau
masuk ke kafe itu aja.. " aku terus menyuruh dave untuk menghentikan
motornya, sekarang yang dipikiran aku hanya berlindung dari hujan.
" oke-oke! " aku langsung
turun dari motor, saat ini jarak kami sedikit jauh dari kafe dikarenakan pada
awalnya dave tidak menyetujuinya, tapi aku tidak memikirkan itu lagi, yang aku
lakukan hanya berjalan menuju kafe tersebut tanpa mengacuhkan dave yang sedang
berbicara kepadaku.
" gw yakin gak bakalan hujan,
lebih baik kita lanjutkan perjalanan kita, lu dengar gw?? " ya aku dengar,
tapi aku masih takut akan kemungkinan-kemungkinan yang bakalan terjadi di saat
perjalananku kerumah, bagaimanan kalau hujannya turun secara tiba-tiba, oh
tidak! lebih baik aq berlindung di kafe itu saja.
" hyull.. percaya sama gw,
hujan gak bakal turun... " suara dave semakin keras dan semakin terdengar
jelas di telingaku, dan... TTARRRRR!!!! namun suara petir lah yang mampu
menguasai seluruh rongga kupingku. ada apa ini, tubuh ku, ada apa dengan
tubuhku, tubuhku kaku dan sama sekali tidak bisa aku gerakkan, apa phobiaku
kambuh lagi?
" hyull, lu kenapa? "
kudengar suara dave dari belakang.
“ pusing, kepala gw pusing. “
“ buruan naik ke motor, kita ke kafe
itu, cepat, sebelum hujan turun.” ucap dave, kesal melihat diriku yang tidak
ada reaksi, dia langsung menarik tanganku lalu membantuku menaiki motornya, ia
kembali menarik kedua tanganku lalu melingkarkan kedua tanganku dipinggangnya,
agar tidak jatuh, ya sepertinya begitu.
Segelas kopi panas dan beberapa kue yang membuat mulutku ingin
menyantapnya, tapi tetap saja, disaat aku menyantapnya, lidahku tidak bereaksi,
tak berasa. Bagaimana ini, sepertinya apa yang dikatakan kakaknya dave benar
juga, aku harus berusaha untuk sembuh, aku tidak boleh terus-terusan
menghindari hujan yang sebenarnya merupakan salah satu anugerah terbesar dari
Tuhan. Bahkan banyak orang yang menunggu turunnya hujan, bukan sepertiku yang
menantikan dimana hari tanpa hujan.
“ sebentar lagi supir gw datang,
kalau tunggu hujan reda bakal pulang larut, kalau naik mobil lu gak bakal takut
kan? “ kata dave setelah menelepon supirnya, ia memerintahkan supirnya agar
segera mengantarkan mobilnya, lalu ia
menyerahkan motor kepada supirnya.
“ maab… “ aku menunduk, aku sudah
terlalu banyak menyusahkannya, bagaimana ini?
“ ya? “
“ gw ngerepotin lu lagi, gw pulang
sendiri saja, gw bisa pesan taksi atau menunggu kakak gw plg kerja.. “ kataku
yang masih tertunduk.
“ huh, sudahlah, lu habiskan saja
kopinya sambil menunggu supir gw. “ dave tidak menghiraukan kata-kataku.
“ dave, gw gak mau..”
“ sebentar lagi dia tiba, gw ke
toilet dulu. “ dave berjalan menuju toilet, ada apa dengannya? Sikap yang baru
saja ia tunjukkan mengingatkanku kepada seseorang, seseorang yang pernah
mengisi hatiku, tapi itu dulu, hah, lupakan.
Kulihat sedan biru memasuki parkiran
yang kebetulan letaknya disamping tempat kami duduk, seseorang keluar dari
mobil tersebut, pria tua dan sepertinya berumur 40 tahun. Apa itu supirnya dave? Ya benar sekali, dave dengan
lembut menarik tanganku dan membawaku menuju mobil biru tersebut. Supirnya
tersenyum ramah kepadaku, ia membukakan pintu dan mempersilahkan aku masuk
kedalam mobil, setelah itu ia berbincang-bincang sejenak dengan supirnya dan
tidak lupa juga menyerahkan kunci motornya, sang supir kembali tersenyum
kepadaku lalu berjalan menuju parkiran motor. Dave juga melontarkan senyuman ke
supirnya dan setelah itu masuk ke dalam mobil.
Dikarenakan naik mobil, perjalanan pun lebih nyaman, dave juga
memutarkan lagu dengan volume maksimal agar suara petir sedikit tersamarkan. Oh
Tuhan, kenapa kau pertemukan aku dengan sosok ini? Sosok yang dulu pernah
mengisi hatiku dan sudah terlupakan olehku, tapi, tapi dikarenakan sosok baru
ini, masa-masa itu kembali terlintas dipikiranku.. apa sebenarnya rencanamu
Tuhan.. aku terus memandangi butiran air yang jatuh dari langit, walau aku
tidak pingsan, tapi tubuhku tetap tidak bisa tenang disaat melihat rintikan
hujan, salah satu indra ku seperti menolak keindahan dari hujan tersebut.
“ kenapa? “ pertanyaan dave
membuyarkan pikiranku.
“ ya? aa, gak. “ kataku.
“ cobalah untuk memikirkan hal lain,
hilangkan rasa takut lu itu..” getaran suaranya sangat nikmat untuk didengar,
tatapannya juga berhasil memenuhi pandanganku saat ini, tunggu, dia dave, dia
bukan..
“ sudahlah, gw sudah baikan kok, lu
ngebut dong, lama banget. “ aku mencoba menghilangkan pikiran itu, itu tidak
boleh, tidak, begitu susah aku melupakannya, aku tidak mungkin bisa dengan
mudah memikirkannya lagi, lupakan!
“ ok “ oh tidak.. ini terlalu cepat,
dave.. apa kau pembalap? Kenapa cara menyetirmu bisa sehebat ini, ini terlalu
dave.. sepertinya aku salah berkata.
Aku sudah tiba didepan rumah, kulihat Kyunn sedang menungguku didepan
pagar sambil menempelkan handphone ditelinganya, aku lupa menghubunginya, ia
pasti menungguku seharian, hah aku lupa, ini hari sabtu, dihari sabtu jadwal
Kyunn tidak begitu padat.. uh, bagaimana ini..
“ gw akan menjelaskannya, turunlah.”
Kata Dave seakan mengerti isi hatiku, ia mendekati Kyunn dan tidak lupa
menyalaminya, mereka membicarakan sesuatu yang pastinya tentang diriku, setelah
itu mereka kembali bersalaman dan Dave tersenyum kepadaku lalu masuk kedalam
mobilnya. Ia sempat menekan klaksonnya sebagai tanda terimakasih dan
perpisahan, ia pun menghilang dibalik bangunan-bangunan yang tersusun rapih
itu.
“ masuklah, kamu harus istirahat.”
Kyunn tidak memarahiku, apa yang mereka bicarakan sehingga Kyunn berubah
seperti ini?
“ lu gak marah sama gw? “ aku
benar-benar heran.
“sudahlah masuk, diluar sangat
dingin, nanti kamu masuk angin”
“maafkan gw Kyunn, gw lupa kabari lu
kalau gw..” hangat, pelukan ini berhasil menghangatkan tubuhku, aku merindukan
ini, pelukan Kyunn yang sangat membuatku nyaman, Kyunn, kenapa dia memelukku?
“ kamu tahu? Sekarang yang kupunya
hanyalah dirimu, jadi tolong, tetaplah bersamaku, jangan coba-coba untuk
meninggalkanku, jagalah dirimu, jangan biarkan sesuatu menyakitimu, karna jika
ada yang menyakitimu, ini, hatiku juga akan tersakiti. “ tetesan airmatanya
menyadarkanku bahwa Kyunn sedang serius, aku kembali memeluknya dengan erat,
angin malam pun memaksa kami untuk segera masuk kedalam rumah dan beristirahat.
Minguuu!
“ hyull…..bangun! temani aku
bersepeda..” teriak Kyunn.
“ hah..? lu saja yang pergi, gw
masih mau tidur..” mataku masih terlalu berat untuk dibuka.
“ tidak ada alasan, kamu sudah
jarang berolahraga, apa kamu mau badanmu membesar? Ingat, kamu itu atlit
basket, bagaimana jika nanti ada yang berniat meminta bantuanmu, tapi kau
sendiri tidak bisa semaksimal dulu..” kata-kata itu pun menyadarkanku, aku
langsung berlari kekamar mandi untuk cuci muka dan gosok gisi, setelah itu aku
membuka lemari dan mengambil sepatu juga bola basket yang sudah lama tidak aku
sentuh. Kupakai sepatunya dengan cepat dan aku langsung menemui Kyunn yang
sedang melakukan pemanasan.
“ kalau itu maksud lu, ya bukan
bersepeda, tapi latihan basket! Ah, gimana sih. “ aku langsung jogging menuju
lapangan basket yang terdapat ditengah-tengah perumahan ini, dipertengahan
perumahan ini terdapat sebuah taman yang luar biasa besar, termasuk didalamnya
lapangan basket, futsal, badminton, volley, jogging track, dll.
“ hyull tunggu aku, ah kamu ini, aku
kan gak bisa main basket, makanya aku ajak bersepeda..” Kyunn itu memang pintar
didalam pekerjaan, tapi tidak dengan olahraga, dari segala macam olahraga,
hanya bersepadalah yang ia bisa, ahahha…
“ cowok gak sih, olahraga saja
pilih-pilih, buruan! “ kupercepat langkahku, Kyunn semakin kualahan mengejarku,
hal hasil, aku duluan yang sampai dilapangan, bermain dengan pria-pria yang tak
ku kenal, kami juga mencoba untuk melakukan game ringan, kami juga istirahat
bareng, minum bareng sambil duduk santai dipinggir lapangan, dan kami juga
sama-sama menyaksikan kedatangan Kyunn yang luar biasa lambatnya, kurasa ia
beristirahat lebih banyk dari pada berlari mengejarku, OMAGA Kyunn… kami sudah
selesai kamu baru tiba?
“ hyull, kenapa duduk, ayo main. “
ucapnya dengan nafas yang tidak karuan.
“ lu gak liat keringat gw? Uda
selesai kali..” jawabnya santai sambil mengipas-ngipas badannya dengan handuk
yang setengah tersangkut dilehernya.
“ yang benar saja? Apa aku selambat
itu? “ mukanya sangat tidak baik untuk dipandang, ekspresi lelah dan kecewa
bercampur aduk.
“ kyunn, lebih baik lu istirahat,
tampang lu kyunn.. “
“ kenapa dengan tampangku? “
“ mengenaskan. minumlah, aku mau
jogging sekali lagi. “ hyull bangkit dari duduknya dan kembali berlari, kali
ini hyull di area Jogging Track, keadaan tidak begitu rame, lebih tepatnya
hampir tidak ada orang yang jogging, mungkin hanya diriku, oh tidak, ada
seorang wanita cantik yang sedang berjalan tepatnya didepanku, karena aku
berlari, dengan cepat aku melewatinya, tapi aku penasaran dengan wajah wanita
tersebut, lalu dengan kilat kusempatkan meliriknya sambil berlari, PRAKK!!
Aku terjatuh.
“ kamu tidak kenapa-kenapa? “ wanita
itu mencoba membantuku berdiri, mukanya familiar.
“ terimakasih, saya tidak
kenapa-kenapa. “ jawabku sambil terus memandang wajah wanita itu, benar-benar
familiar bagiku, aku seperti mengenalnya.
“ kakimu lecet, harus segera
dibersihkan, duduklah. “ tanpa perlawanan akupun mengikuti perintahnya, kami
duduk direrumputan yang sepertinya benar-benar dirawat dengan baik, rumputnya
hijau, sangat hijau, sehijau.. sehijau.. sehijau apa ya? ah… lupakan.
“ Cuma lecet biasa, aku sudah sering
mengalami hal seperti ini, jadi tidak perlu dikhawatirkan. “ ucapnya sambil
terus memperhatikan wanita itu, dia terus mencoba mengingat wajah yang
menurutnya mirip dengan wanita ini.
“ ada yang salah dengan wajahku? ”
wanita itu menyadari tatapan hyull.
“ apa kita pernah bertemu? “ Tanya
nya singkat.
“ tentu saja pernah. “ wanita itu
tersenyum sambil membersihkan lukanya.
“ benarkah? Kapan itu? “ hyull
semakin penasaran.
“ kamu tidak mengingatnya? “
“ aku ingat, tapi aku lupa. “ hyull,
itu bukan jawaban!
“ ahahha.. kamu lucu sekali,
yasudah, setelah ini baiknya kamu minum obat antibiotik agar lukamu cepat
menengering dan.. “
“ dave!! Iya, benar sekali, kamu
kakaknya dave yang dulu pernah mengobatiku, ah.. daya ingatku begitu lemah! “
katanya sambil menggaruk kepala (hyull,kamu berkutu?)
“ bagaimana caranya kamu bisa
mengingatku? “
“ karena kamu baru saja mengatakan
obat-obatan, dulu kamu juga pernah mengatakan hal seperti itu kepadaku, ahahaa…
“ ia tertawa lepas dengan membuka mulutnya selebar mungkin.
“ seandainya kamu bisa tertawa
selebar itu disaat hujan.. “ kata wanita itu.
“ ah itu, aku juga berharap seperti
itu. Oh ya, kamu, eh maksudku, kakak kesini sendiri doang? “
“ tidak, kakak kesini bersama Dave,
dia sedang beli minuman.. “
“ Dave? “ wow, sepertinya Hyull
kaget.
“ iya, kenapa? Kamu.. “
“ ah tidak, kalau begitu aku balik
dulu ya kak, salam sama Dave.. “ aku pun berdiri dan kembali menemui Kyunn.
Diseberang jogging track, terdapat sebuah food court yang menyediakan
berbagai macam makanan juga minuman. Dave sedang asik memilih minuman yang akan
ia beli, setelah mendapatkan minuman itu ia langsung kembali mencari kakaknya
yang mungkin sudah kehausan akibat kelelahan berolahraga. Sebenarnya kakaknya
itu tidak suka berolahraga, tetapi Dave memaksanya untuk berolahraga sambil
sesekali menemaninya keluar bersama, karena walaupun mereka saudara kandung,
tetapi mereka masih sangat sulit untuk bertemu, orang tua Dave yang sibuk
mengurus pekerjaannya diluar negeri bahkan tidak pernah menghubunginya, bisa
dihitung mungkin sudah 3 tahun lamanya. Sang kakak yang masih single juga sibuk
dengan profesinya yaitu sebagai seorang dokter, awalnya Dave dan kakaknya
tinggal bersama dirumah orang tuanya yang bisa dibilang luar biasa besarnya,
namun dikarenakan jarak rumah dengan kantor kakaknya lumayan jauh, kakaknya pun
memutuskan untuk pindah ke kantornya sendiri. Tinggallah Dave beserta
pekerja-pekerja dirumah itu, syukurnya, tiga orang pekerja tetap disitu sangat
menyayangi Dave bagaikan anak mereka sendiri, begitu juga dengan pekerja setengah
hari lainnya, semua ini mungkin dikarenakan sikap Dave kepada mereka, Dave sama
sekali tidak memperlakukan mereka sebagaimana seorang pesuruh, melainkan
seperti keluarga.
“ mas, awas pohon! “ seseorang
berteriak dari belakangnya.
PRAKK!!
“ aduh! “
“ yah, nabrak deh, kan sudah saya peringatkan
tadi mas.. masnya sih melamun.. perhatikan jalan dong mas.. “ tukang sapu taman
itu pun pergi sambil meninggalkan tawa.
“ aih.. malu banget, kok gw bisa
nyundul pohon sih? Emang td gw mikirin apa? “ tanyanya sambil kembali berjalan,
sesekali ia tempelkan botol minuman yang baru saja ia beli ke kepalanya,
benturan itu lumayan keras, Dave… syukur kamu dianugerahkan dengan tampang yang
mendekati sempurna, jadi, adegan tadi tidak terlalu memalukan untuk dilihat,
tampangmu sudah memberi nilai plus. Saat ini ia benar-benar memperhatikan jalan
agar tidak melakukan hal yang sama pula, loh itu kan….
“ hyull? “ wanita itu sedang
berjalan mendekatinya, oh tidak, tepatnya berjalan melewatinya, ia sibuk
mengelus lututnya sambil meringis kesakitan, dia bahkan tidak menyadari
keberadaan Dave. Ada apa ini, ini merupakan pemandangan yang menarik, keduanya
sama-sama berjalan berlawanan arah sambil meringis kesakitan, benar-benar
menarik.
“ kamu lama sekali Dave! Kakak sudah
kehausan.. apa kamu tahu itu? Hei Dave, kamu dengar kakak? Kamu melamun? “
tegur kakaknya setelah ia memberikan sebotol minuman namun tetap dengan muka
tak berekspresi. Karena merasa tidak dihiraukan, si kakak pun memukul jidadnya.
“ aduh, kak, sakit tahu! “ untuk
yang kedua kalinya.
“ kamu sih, kakak ngomong gak
didengar.. sakit? Loh, jidad kamu kenapa? Kok merah begitu? Apa pukulan kakak
terlalu keras? “
“ ah, tidak. Tadi aku tanpa sadar
menabrak pohon.. “ jawabnya polos sambil terus mengompres jidadnya dengan botol
minuman.
“ bagaimana bisa? Ahahha.. “ bukan
khawatir, kakaknya malah tertawa.
“ tertawalah sepuasmu! “ ucapnya
lalu berjalan meninggalkan kakaknya.
“ hei tunggu, kamu masih saja
seperti dulu, cuek, pemarah, aneh, apa kamu memperlakukan semua orang seperti
itu hah? “ Tanya kakaknya sambil berlari kecil mengejarnya.
Aduh!
Dave berhenti berjalan, hal hasil
kakaknya tanpa disengaja menabraknya.
“ kenapa berhenti? Kamu sengaja?
Dasar! “ kali ini kakaknya yang berjalan terlebih dahulu dari dirinya.
“ kata-katamu.. “ pikir Dave dan
terdiam sejenak. “ kak, jangan berlari, kamu tetap terlihat seperti berjalan..
ahahha..” Candanya lalu berlari meninggalkan kakaknya.
“ kamu ini benar-benar! “ tidak,
kakaknya tidak berlari mengejarnya, maklum, kakaknya tida suka olahraga, jadi
berjalan saja sudah membuatnya kehilangan tenaga.
“ ah.. kakak terlalu lama, aku
tunggu dimobil. “ katanya lalu hilang tertutupi pepohonan.
Saat ini mereka dalam perjalanan menuju kantor kakaknya, tiba-tiba saja hp
Dave berdering, tetapi setelah ia melihat dari siapa panggilan tersebut, ia
malah mematikan hpnya. Setelah itu giliran hp kakaknya yang berdering, kakaknya
pun menerima telepon tersebut walau terlihat seperti terpaksa, rona wajahnya
langsung berubah menjadi tidak bagitu baik. Setelah ia memutuskan sambungan
teleponnya, ia pun mencoba mengatakan sesuat kepada Dave.
“ mereka mau pulang “ kata kakaknya
dengan ragu.
“ oh “ hanya itu?
“ Dave… “
“ aku tidak peduli mereka dimana dan
sedang apa, jadi tolong, jangan sebut nama mereka didepanku lagi. “ jawabnya,
matanya memerah, seakan menahan amarah yang amat besar.
“ Dave! “
“ cukup! Sebentar lagi kita sampai
dikantormu, setelah itu istirahatlah.” Ia menggenggam stir dengan erat, sorotan
matanya berubah menjadi sangat menakutkan, penuh rasa benci didalamnya, siapa
sebenarnya yang mereka bicarakan?
Setelah beberapa saat mereka berdiam diri di dalam mobil, akhirnya Dave
menghentikan mobilnya tepatnya didepan kantor kakaknya. Tapi kakaknya tidak
langsung turun dari mobil, kakaknya masih terduduk dengan wajahnya terlihat
tegang, terdengar sedikit suara isakan tangis yang tersamarkan dengan alunan
musik.
“ satu hal yang harus kamu ketahui,
seburuk-buruknya mereka, mereka tetaplah orang tuamu, orang tua kita, kamu
harus ingat itu. “ dan kakaknya pun keluar dari mobil tanpa mengatakan apa-apa
lagi. Dave yang sepertinya masih belum bisa mengontrol emosi dengan cepat
menekan gas dengan kuat, keadaan ini benar-benar berbahaya, ia membawa mobil
dengan kecepatan maksimal. Dave, kamu harus sabar…
next part 3.
0 komentar:
Post a Comment