Sequel of ‘Queen Of My
Heart’
Bagi
yang belum baca ‘Queen Of My Heart’
Dibaca
dulu yah, biar ngerti, hehe..
River Flows in
You Chapter 1/3
“ yak,
jangan lari! “ dengan kencang ia berlari mengejar segerombolan bocah nakal yang
sudah mencuri bunganya. Bukan Yuri namanya jika tidak berhasil menangkap
mereka. salah seorang dari mereka berhasil ia dapatkan. Dengan kuat ia
mencengkram kerah baju bocah itu. seakan melihat monster, bocah itu menangis
kuat. “ yak, yak, kenapa kau
menangis? “
“ eomma… “
bocah itu juga berteriak memanggil ibunya.
“ yak! Kau
apakan anakku? “ seorang bibi berbadan gemuk datang menghampiri mereka. bibi
tersebut langsung marah ketika dilihatnya tangan Yuri mencengkram kerah baju
anaknya.
“ ahjumma,
anakmu mencuri bungaku.. “ kata Yuri mencoba menjelasi.
“ lepaskan tanganmu!
Memangnya kenapa jika anakku mengambil bungamu? Toko itu punyaku, sudah 3 bulan
kalian tidak membayar uang sewa, masih untung kalian tidak ku usir. “ katanya
dengan keras, sehingga warga yang berada disekitarnya dapat mendengarnya.
“ mwo? Ahjumma, ponselku yang kuberikan padamu, seharusnya itu sudah
melunasi setengah hutang kami.. “
“ cih, kau kira ponselmu
itu memiliki harga? itu hanya menutupi bunganya saja! “
“ ahjumma! “ tidak menghiraukan perkataannya, bibi itu langsung
membawa anaknya pergi dari sana. “ aish,
ijjashigi! (bocah sialan) “ gadis itu hanya mengumpat kesal. Ia tidak
berhasil melayangkan pukulannya, pukulannya yang sangat ditakuti oleh warga
disana. Menendang kaleng minuman yang ada ditepi jalan. “ omo! “ ia kaget ketika melihat siapa yang ada dihadapannya. “ yak.. “ tetap berdiri ditempat. Menatap
pria yang sedang berjalan mendekatinya.
“ kau berhutang
padanya? “ kata pria itu sambil mengamati punggung bibi dan anaknya yang sedang
berjalan menjauh. Yuri hanya mengangguk. “ memangnya kau berhutang apa? “
“ sudah 3 bulan kami
belum membayar uang sewa toko. “ jawabnya malu masih dengan ekspresi kagetnya.
“ kami? “ pria itu
memicingkan matanya. lalu dengan cepat matanya melotot menatapnya tak percaya.
“ kau masih tinggal bersamanya? “
“ jangan begitu, dia
itu ibumu. “
“ kau! Bukankah sudah
kubilang, biarkan saja dia pergi, kau tidak perlu mengurusnya! “ pria itu
mendadak emosi. “ dimana dia sekarang? Aku sudah tidak tahan dengan tingkahnya.
“ pria itu mulai berjalan mendahuluinya, dengan koper yang terus ia tarik, ia
melangkah cepat untuk mencari seseorang yang sudah tidak ia anggap sebagai
ibunya lagi.
“ Kai-ya.. “ panggil Yuri pelan sambil
mengikuti langkahnya. Pria itu tidak menghiraukannya dan terus melangkah. “ yak, Kim Jongin! Apa kau tidak
memberikanku waktu untuk bertanya? “ tetap tidak menghiraukannya.
………………..
Pria itu mematung didepan pintu. Matanya
menatap sayu, memandangi wanita tua yang sedang duduk diatas kursi roda, wanita
itu sedang asik menggerakkan kuasnya diatas kain kanvas, melukis seseorang yang
sangat ia rindukan. Yaitu Kai. Putra satu-satunya. Namun bukan itu yang membuat
pria itu mematung disana. Matanya tak lepas dari sepasang kaki itu, wanita tua
itu tak lagi memilikinya. Air mata mengalir pelan diwajahnya. Amarahnya
menghilang begitu saja.
“ 5 tahun yang lalu,
tepat disaat kau pergi meninggalkannya, ia tertabrak mobil, dan karena
kecelakaannya itu, ia harus kehilangan kedua kakinya. “ Yuri mendekatinya dan
mengatakan semuanya. Kai mendengarkan dengan baik. Setelah itu berjalan keluar
dari rumah, meninggalkan kopernya begitu saja. Ia masih tidak kuat untuk
menemui ibunya. Tidak tenang membiarkannya seorang diri, Yuri pun mengikutinya.
Sejak kecil hingga sekolah menengah atas,
mereka berdua bersahabat dengan baik. Namun ketika hal buruk terjadi pada
keluarga Kai, dimana ibunya tertangkap basah sedang berselingkuh, mengetahui
itu membuat ayahnya meninggal dunia akibat terkena serangan jantung. Kai yang
sudah tidak mampu menatap ibunya pun memilih meninggalkan Busan dan pindah ke
Seoul. Dan mereka pun berpisah.
Ia pernah mendengar bahwa sahabat
terbaiknya itulah yang merawat ibunya. Karena itu berulang kali ia melarang
gadis itu. tapi ternyata Yuri masih saja merawat ibunya hingga sekarang. Dan
yang membuatnya kaget. Ternyata selama ini keadaan ibunya seperti itu.
“ minum ini. “ Yuri
memberikannya kopi hangat. Mereka duduk ditepi pantai yang sepi pengunjung. “
kenapa kau tidak menghubungiku? Aku benar-benar kaget ketika melihatmu disini.
“
“ Nomormu tidak bisa
dihubungi. “ jawabnya tanpa menoleh dan terus memandangi pantai yang ada
dihadapannya.
“ aish, aku lupa. Ponselku sudahku berikan padanya. “ mengingat
ponselnya yang sudah ia jadikan sebagai alat pelunas hutang.
“ jadi selama ini kau
yang mengurusnya? Lalu bagaimana dengan orang tuamu? “ pria itu mulai terlihat
tenang.
“ mereka sudah tiada,
tidak lama setelah ayahmu menghembuskan nafas terakhirnya. Bus yang mereka
tumpangi masuk kedalam jurang. “ wajah gadis itu menjadi sayu.
“ lalu kedua adikmu? “ Tanya
Kai lagi.
“ mereka juga berada
didalam bus. Tidak ada penumpang yang selamat. “ suasana menjadi hening. Yang
terdengar hanya suara desiran ombak.
“ ayo kita temui ahjumma yang sudah memarahimu. “ Kai
bangkit dari duduknya.
“ ahjumma? Untuk apa? “ Yuri berlari kecil mengikuti Kai yang sudah
berjalan cepat.
“ melunasi hutangmu. “
…………………..
“ apa itu cukup? “ kata
Kai santai setelah memberikan bibi itu sejumlah uang.
“ mwoya ige, itu terlalu banyak. “ celetuk Yuri pelan.
“ baiklah, hutangmu
sudah lunas. Kalian bisa pergi. “ dengan cepat bibi itu masuk kedalam rumahnya
dan membanting pintunya dengan kasar.
“ yak ahjumma, ponselku, tolong kembalikan ponselku! “ teriak Yuri
sembari mengetuk pintu dengan kuat.
“ sudahlah, aku akan
membelikan untukmu yang baru. “ Kai menarik tangan Yuri dan membawanya pergi
dari sana.
“ yak, kau sudah terlalu banyak mengeluarkan uang. “ ucapnya yang
membiarkan Kai menarik tangannya.
“ sudah seharusnya aku
melakukan itu. “ mereka berjalan menuju rumah. Kai masih berat untuk melangkah
masuk kedalam rumah itu. dapat Yuri rasakan juga, tangan yang masih menggenggam
tangannya itu terasa dingin. Dapat ia lihat juga ekspresi gugup dari wajah pria
itu.
“ ibumu, maafkanlah
dia. ia sudah sangat menderita setelah ditinggal olehmu. “ ungkap Yuri ditengah
perjalanan. “ setiap harinya yang ia lakukan hanya melukis wajahmu. “ Kai hanya
mendengarkannya dalam diam. “ Kai-ya..
“
“ ia, aku akan
mencobanya. “ jawabnya lembut.
…………………
Kuas yang ada ditangannya terjatuh ke
lantai. Wanita tua itu dengan cepat menggerakkan kursi rodanya untuk mendekati
Kai. Matanya yang memerah mulai digenangi air mata, dan kini air mata
membanjiri wajahnya yang masih mulus dan bersih. Memandangi pria itu yang
berlutut dihadapannya. Tangannya menyentuh wajah Kai dengan lembut. Wanita tua
itu tersenyum bahagia dibalik air mata yang terus mengalir.
“ anakku.. “ katanya
pelan. “ maafkan eomma.. eomma sudah
bersalah. “ nada suaranya bercampur dengan isak tangisnya.
“ eomma, tolong jangan membahas itu lagi. “ Kai menggenggam kedua
tangan ibunya. Sungguh, tak ada lagi amarah ketika melihat kondisi ibunya.
“ jongmal mianhae Kai-ya..
“
“ sudahlah eomma. Lebih baik kita masuk kedalam,
diluar sangat dingin. “ pria itu langsung mendorong kursi roda ibunya. Setelah
tidak melihat wajah ibunya, barulah ia membiarkan air mata mengalir diwajahnya.
Sedangkan gadis itu, Yuri hanya menyaksikan itu dalam diam.
………………..
Setelah selesai menyantap makan malam, Kai
dan ibunya mengobrol dikamar. Tidak lama dari itu Kai keluar dari kamar ibunya.
Pria itu seperti sedang mencari-cari seseorang. Ia terlihat sedikit gelisah.
Langkahnya terlihat terburu-buru. Dan ketika ia melangkah ke teras rumahnya.
Barulah ia tenang dan hanya menatap gadis itu dari belakang. Kini, kata-kata
yang baru saja ibunya katakan kembali melayang dipikirannya.
“ Yuri menyukaimu.
Mungkin kau tidak menyadarinya. Ia sudah menyukaimu sejak kalian masih duduk
dibangku SMP. Ibu tidak bisa bayangkan, bagaimana sakitnya dia karena harus
menyembunyikan perasaannya terhadapmu. Ia bilang kepada ibu, ia tidak akan
mengatakannya, ia tidak ingin merusak persahabatan kalian. Karena itu hingga
sekarang, ia tetap menyimpan itu. Kai-ya,
ibu tidak bermaksud apa-apa, ibu hanya berpikir bahwa kau harus mengetahui ini.
“ Kai memang tidak menyadari itu. atau mungkin ia memang sedikit bodoh dalam
menyadari perasaan yang seperti itu. lantas ia memilih masuk kekamarnya dan
memaksa dirinya untuk tidur.
Yuri adalah gadis yang cantik. Rambut
panjangnya memang selalu terurai berantakan, gemar memakai jeans yang koyak,
dengan kaos dan sepatu ketsnya. Jika
dipikirkan dari mana cantiknya? Tidak, walau begitu wajah cantiknya tetap
tidak luntur. Ia memang gadis tomboy, tetapi jiwa kewanitaannya sangat kuat.
Itu karena ia pintar memasak, ia juga mahir mengurusi ibunya Kai, membersihkan
rumah, dan mencintai tanaman.
Tetapi walau begitu, jiwanya lebih
cenderung seperti laki-laki. Ia gemar berkelahi, tentu tidak sembarang. Karena
dulunya ayahnya adalah seorang guru bela diri, dan keahlian itu berpindah
kepadanya. Didesa itu dirinya sangat ditakuti, kecuali bibi pemilik toko tempat
dimana dirinya berjualan. Dan satu lagi yang membuatnya terlihat aneh. Dengan
pakaiannya yang seperti laki-laki itu, tidak ada yang menyangka bahwa ternyata
gadis itu penjual bunga.
……………………
“ kenapa kau
mengikutiku? Sana jaga ibumu. “ celetuk Yuri yang tidak nyaman diikuti
dengannya.
“ wae? Aku hanya ingin membantumu berjualan. “
“ aku tidak perlu
bantuanmu. “ gadis itu mempercepat langkahnya.
“ teman-teman, itu dia
si gadis bimbang! “ teriak seorang bocah sambil menunjukkan jari telunjuknya
kearah Yuri. “ wuahahaha.. dia lebih terlihat seperti laki-laki. “ tambahnya
lagi. Teman-temannya ikut menertawai gadis itu. tidak tinggal diam, Yuri berjalan
mendekati mereka, beberapa dari mereka berhasil melarikan diri, tapi ia
berhasil menangkap satu orang. Yaitu bocah yang mengatakan kata-kata tidak
sopan itu itu.
“ apa tadi kau bilang?
Gadis bimbang? Memangnya kau tahu apa hah! “ menepuk kepala bocah itu. tidak
seperti tadi, kini bocah itu hanya diam ketakutan. “ mau kupukul lebih kuat?
Sepertinya kau tahu sehebat apa aku. “
“ andwe nuna! Mianhaeyo nuna, aku tidak akan mengulanginya lagi. “
“ aish kau ini! sekali lagi kau lakukan itu, kau tidak akan bisa
kembali kerumahmu! “ menolak bocah itu dengan kuat. walau terjatuh, dengan
cepat bocah itu bangkit lalu berlari ketakutan. Baru saja Yuri berbalik untuk menghampiri
Kai, kini malah dirinya yang mendapatkan pukulan dari pria itu. Kai menepuk
kepalanya pelan hingga berulang kali.
“ pabo, pabo, pabo! “ kata Kai yang terus memukulnya bercanda.
“ appo! “ Yuri terus berusaha mengelak. “ wae? Wae? “
“ kenapa kau membentak
anak kecil dengan kata-kata seperti itu? Kau juga memukulnya. Kau tidak malu? “
ia sudah menghentikan pukulannya.
“ dia sudah mengataiku!
Apa salahnya jika aku memberinya pelajaran. “
“ bukan seperti itu
caranya! Jangan menggunakan kekerasan kepada anak dibawah umur. Aish, kau ini. “ sebenarnya Kai ingin tertawa.
Menurutnya itu sangat lucu ketika Yuri sedang memarahi bocah tersebut. “ dimana
tokomu? “ katanya setelah itu.
“ kau mulai sok pintar.
Itu disana. “ Yuri kembali berjalan. Sepanjang perjalanan ia terus bergumam
kesal. Kai dapat mendengarnya, namun ia hanya tersenyum dengan itu.
…………………….
Mematung didepan pintu. Hanya mengamati
bunga-bunga yang tersusun rapi ditoko itu. ingatan itu kembali menghantuinya.
Wajah gadis yang sangat ia cintai, namanya, senyumnya, semuanya memenuhi
pikirannya. Matanya memerah. Mengingat itu membuat hatinya perih.
“ kau sedang apa? Ayo
masuk. “ tegur Yuri. Kai mencoba menyembunyikan kesedihannya. Ia memilih duduk
disalah satu kursi yang ada didalam toko.
“ kenapa kau tidak
pernah menceritakan padaku? “ Tanya Kai.
“ mwo? “
“ bahwa kau menjual
bunga. “
“ jika kukatakan
padamu, kau pasti akan menertawaiku. “ ujar gadis itu yang sedang menyusun
bunga didalam pot. Kai tersenyum pahit. Trrrt..
trrrt.. trrrt.. ponselnya berdering. Ada sebuah panggilan. Melihat nama
yang tertera dilayar ponselnya, Kini Kai benar-benar tersenyum.
“ yeoboseyo.. “
“ kirimkan aku
alamatmu. “ kata seseorang dari dalam ponselnya. Ternyata orang itu adalah
Siwon. Mantan teman kerjanya.
“ wae hyung? kenapa kau meminta alamatku? “
“ cepat kirim saja. Sudah
dulu ya. “ panggilan itu terputus.
“ ada apa dengannya? “
Kai langsung mengetik alamat rumahnya lalu mengirim pesan tersebut ke Siwon.
Setelah itu ia memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celananya. Aneh, kini
Kai kembali terpaku. Matanya tidak lepas dari gadis itu. Yuri sedang menyemprotkan
air ke bunga mawar yang baru saja ia susun didalam pot. Gadis itu terlihat
bahagia, terlihat dari senyuman yang tersungging dibibirnya.
Melihat itu membuat Kai kembali mengingat gadis
itu, gadis yang telah pergi untuk selamanya. Gadis yang hingga kini belum bisa
ia lupakan. Gadis yang masih ia cintai. Ya, sepertinya begitu.
“ yak, yak.. “ Yuri menyadari tatapan itu. “ yak, yak.. “ Kai tidak juga sadar. Karena kesal, Yuri pun
menyemprotkan air kewajah Kai. Ternyata berhasil.
“ ige mwoya! “ ia kaget.
“ air. Kenapa kau
manatapku seperti itu? jangan bilang kalau kau menyukaiku? “
“ ya, aku menyukaimu. “
jawab Kai bercanda. Ia meraih sapu tangan yang ada disaku kemejanya lalu
membersihkan wajahnya. Tanpa mengetahui bahwa kini Yuri sedang terdiam karena
jawabannya. Tapi beberapa detik kemudian ia langsung mengutuk dirinya sendiri.
Ia menyesali perkataannya itu. mengingat bahwa sebenarnya Yuri mencintainya,
pasti kata-katanya tadi akan menyakiti gadis itu. ia hendak mengatakan sesuatu,
namun ketika ia menoleh, gadis itu sudah tidak ada didalam toko.
Takut sesuatu terjadi pada Yuri. Kai
langsung terlonjak kaget, ia mencoba mencari gadis itu didalam toko, tidak ada.
Toilet juga tidak ada. Tapi disela itu, ia mendengar suara seseorang sedang
menyapu. Ia langsung mencari asal suara itu. ternyata Yuri sedang menyapu diteras
tokonya. Tidak langsung menghampiri gadis itu. itu karena kini Kai sedang
mengamatinya dari dalam toko. Gadis itu, berulang kali ia memukul pelan dadanya
dan juga kepalanya. Melihat itu Kai mengerti dengan apa yang sedang Yuri
pikirkan.
……………………….
Mereka kembali kerumah disore hari.
Setelah singgah ke warung jjamppong dan membeli beberapa bungkus, mereka
kembali berjalan santai menuju rumah. Pepohonan terlihat gundul, tak terlihat
lagi daun di setiap rantingnya. Ditambah udara yang semakin dingin. Sepertinya
musim dingin akan segera tiba. Yuri yang gagah saja hingga terbersin
berkali-kali.
“ kau bisa bersin juga?
“ sindir Kai.
“ tidak lucu. “ pria
itu tertawa girang karena ditinggal Yuri yang sudah berlari jauh mendahuluinya.
‘kenapa
kau harus menyukaiku?’ Pikir Kai. Dilihatnya dari
kejauhan, tepat didepan rumahnya. Yuri sedang mengobrol dengan dua orang pria.
Kontras Kai mempercepat langkahnya. Namun ketika ia sudah mengetahui siapa
kedua pria itu. langkahnya melemah dan enggan mendekati mereka. ia hendak
menjauh dari sana.
“ yak.. yak.. kau mau kemana? Kau tidak senang kami kesini? “ teriak
salah satu dari pria itu.
“ kenapa kalian kesini?
“ ucapnya setelah gagal melarikan diri.
“ kami merindukanmu. “
jawab pria yang lain.
“ ini baru dua hari hyung, rindu apanya? “ ia mulai
mendekati mereka.
“ yak, kau tidak tahu ini dingin? Kau tidak mempersilahkan kami
masuk? “ kata pria berbadan gemuk itu.
“ o? ma,masuklah.. “
Yuri langsung menyuruh mereka masuk. Dengan cepat mereka menarik koper mereka
masuk kedalam rumah. Duduk diruang tamu yang sederhana itu. pria yang berbadan
gemuk itu malah berlari kedapur dan memeriksa isi lemari es.
“ hyung, kenapa kau membawa Shindong hyung? dia hanya akan menghabiskan persediaan makananku. “ bisiknya
kepada Siwon, hyung yang ia maksud.
“ kau tenang saja, aku
sedang diet. “ teriak Shindong dari dapur, kupingnya sangat tajam sehingga
dapat mendengar perkataan Kai.
“ kau dengar itu, dia
sedang diet. “ Siwon menyerukan sigemuk Shindong.
“ aish, aku tidak yakin. “ kata Kai.
“ diatas meja makan ada
jjampong, kau boleh memakannya. “ sela Yuri tanpa melepaskan pandangannya dari
Siwon.
“ jinja? Wah.. “ teriak Shindong kegirangan.
“ sudahku duga. “ gumam
Kai kesal.
“ keureunde, kenapa kau terus menatapku? “ Tanya Siwon kepada Yuri.
Gadis itu memang terus menatap Siwon tanpa henti.
“ begini hyung, apa kau seorang actor? Aku
seperti pernah melihatmu di televisi. “ katanya dengan polos.
“ yak, kau itu wanita, kenapa memanggilnya hyung? “ Kai menepuk kepala gadis itu pelan.
“ jangan menggangguku,
aku sedang mencoba mengingat wajahnya. Hyung,
benar kau seorang actor? “
“ actor apanya? Dia
bodyguard, sama sepertiku. “ sela Kai.
“ bodyguard? “ Yuri
terdiam sejenak. “ mwo! Bodyguard?
Kau bekerja sebagai bodyguard? “
“ ne.. wae? Reaksimu terlalu berlebihan. “
“ kenapa kau tidak
mengatakannya kepadaku? “
“ karena kau tidak
pernah menanyakannya. Hyung, ayo aku
antar kau kekamar. “
………………….
Ternyata musim dingin benar-benar sudah
tiba. Malam ini suhu udara di Busan sangat dingin. Namun itu tidak membuat
mereka berdiam diri dirumah. Kai bersama kedua hyung-nya bersantai disebuah
warung yang menjual odeng dan tteokbokki. Tidak, gadis itu juga ikut bersama
mereka.
“ jangan menyentuh
soju, mengerti? “ tegur Kai keras kepada Yuri. Ia tahu betul bahwa sahabatnya
itu tidak bisa minum.
“ arattago.. (aku mengerti) “ jawab Yuri santai, tapi tangan terus
mencoba meraih botol soju.
“ yak, kubilang tidak. “
“ segelas saja.. “
“ ani! “ gadis itu langsung mengambil setusuk odeng lalu menggigit
odeng tersebut dengan ukuran yang besar. Saking penuhnya, ia hampir sulit
mengunyah.
“ kenapa kau
melarangnya hingga seperti itu, dia sudah dewasa.. “ kata Siwon yang mencoba
menenangkan mereka.
“ aku tidak siap untuk
menggendongnya. Tubuhnya terlalu berat. “ mendengar itu membuat Yuri tersedak
karena hendak memakinya, namun odeng yang masih memenuhi mulutnya membuatnya
harus bersabar. Lantas ia hanya memukul meja berkali-kali. “ jangan memukul
meja, berisik. “ pria itu benar-benar membuatnya emosi.
“ kau yang berisik. “
tangkas Shindong kepada Kai disela mengunyah tteokbokkinya. “ duh, kenapa
dengan perutku? “ pria berbadan gemuk itu mengelus-elus perutnya yang sudah
dipenuhi makanan. “ ahjumma,
toiletnya dimana? “ setelah itu ia langsung berlari ke toilet.
“ Kai-ya, kau
benar-benar tidak akan kembali? “ pertanyaan Siwon membuat ekspresi wajah Kai
sedikit berubah. “ kembali lah, kau juga harus mencari uang. Bukankah kau masih
mempunyai ibu dan juga gadis ini? “
“ entahlah hyung. “ ucapnya setelah itu meneguk
sojunya.
“ kau masih
memikirkannya? “ Kai tidak menjawab dan kembali meneguk sojunya.
“ memikirkannya? Siapa?
“ Tanya Yuri yang tidak mengerti maksud dari obrolan mereka.
“ makan saja odengmu. “
pria itu menggeser mangkuk odeng kedepan tubuh Yuri.
“ hoh, kau benar-benar
membuatku kesal. “ kembali menggigit odengnya.
“ wah, lega sekali.. “
Shindong kembali dengan raut wajahnya yang cerah. “ sepertinya aku sudah
terlalu banyak makan. “
“ hoh, kau baru
menyadarinya? “ sindir Kai.
“ ah, Kai-ya, tadi aku melihat tuan putri. “
ucapnya dengan serius.
“ yak, geojitmalhaji ma.. (jangan berbohong) “ Siwon menyikut
perut buncitnya pelan.
“ jinjayo.. geundae, dia
sedang bersama seorang pria, dan mereka terlihat sangat dekat. “
“ maldo andwae. (tidak
mungkin) “ tambah Siwon tak percaya.
“ yak, aku tidak mungkin
salah, wajah mereka.. “
“ tuan putri sudah tiada. Kurasa kau ingat itu. “ sela Siwon cepat.
“ aish, dwaesseo. (lupakan
saja) “
“ eodi hyung? “ Tanya Kai
setelah lama berdiam. Shindong yang kaget karena melihat mata Kai yang mulai
memerah, dengan reflek menunjuk kearah taman yang ada diseberang jalan. Sekejap
Kai sudah menghilang dari hadapan mereka.
“ ada apa ini? kenapa dia seperti itu? hyung, tuan putri yang kalian maksud, memangnya dia siapa? “ Yuri
hendak mengejar Kai, namun Siwon menahannya.
“ tuan putri adalah anak dari bos ditempat kami bekerja. “ jawab
Shindong.
“ lalu, kenapa Kai bereaksi seperti itu? “ Tanya Yuri lagi.
“ karna dia mencintai tuan putri. “
Tunggu chapter selanjutnya ya..
Gomawo uda baca..
1 komentar:
great,..
ceritanya ringan untuk di baca..
ditunggu ff selanjutnya..
Post a Comment