Tuesday, August 19, 2014

Fanfiction_River Flows in You [Chapter 1/3]



Sequel of ‘Queen Of My Heart’
Bagi yang belum baca ‘Queen Of My Heart’
Dibaca dulu yah, biar ngerti, hehe..

River Flows in You Chapter 1/3

yak, jangan lari! “ dengan kencang ia berlari mengejar segerombolan bocah nakal yang sudah mencuri bunganya. Bukan Yuri namanya jika tidak berhasil menangkap mereka. salah seorang dari mereka berhasil ia dapatkan. Dengan kuat ia mencengkram kerah baju bocah itu. seakan melihat monster, bocah itu menangis kuat. “ yak, yak, kenapa kau menangis? “
eomma… “ bocah itu juga berteriak memanggil ibunya.
yak! Kau apakan anakku? “ seorang bibi berbadan gemuk datang menghampiri mereka. bibi tersebut langsung marah ketika dilihatnya tangan Yuri mencengkram kerah baju anaknya.
ahjumma, anakmu mencuri bungaku.. “ kata Yuri mencoba menjelasi.
“ lepaskan tanganmu! Memangnya kenapa jika anakku mengambil bungamu? Toko itu punyaku, sudah 3 bulan kalian tidak membayar uang sewa, masih untung kalian tidak ku usir. “ katanya dengan keras, sehingga warga yang berada disekitarnya dapat mendengarnya.


mwo? Ahjumma, ponselku yang kuberikan padamu, seharusnya itu sudah melunasi setengah hutang kami.. “
“ cih, kau kira ponselmu itu memiliki harga? itu hanya menutupi bunganya saja! “
ahjumma! “ tidak menghiraukan perkataannya, bibi itu langsung membawa anaknya pergi dari sana. “ aish, ijjashigi! (bocah sialan) “ gadis itu hanya mengumpat kesal. Ia tidak berhasil melayangkan pukulannya, pukulannya yang sangat ditakuti oleh warga disana. Menendang kaleng minuman yang ada ditepi jalan. “ omo! “ ia kaget ketika melihat siapa yang ada dihadapannya. “ yak.. “ tetap berdiri ditempat. Menatap pria yang sedang berjalan mendekatinya.
“ kau berhutang padanya? “ kata pria itu sambil mengamati punggung bibi dan anaknya yang sedang berjalan menjauh. Yuri hanya mengangguk. “ memangnya kau berhutang apa? “
“ sudah 3 bulan kami belum membayar uang sewa toko. “ jawabnya malu masih dengan ekspresi kagetnya.
“ kami? “ pria itu memicingkan matanya. lalu dengan cepat matanya melotot menatapnya tak percaya. “ kau masih tinggal bersamanya? “
“ jangan begitu, dia itu ibumu. “
“ kau! Bukankah sudah kubilang, biarkan saja dia pergi, kau tidak perlu mengurusnya! “ pria itu mendadak emosi. “ dimana dia sekarang? Aku sudah tidak tahan dengan tingkahnya. “ pria itu mulai berjalan mendahuluinya, dengan koper yang terus ia tarik, ia melangkah cepat untuk mencari seseorang yang sudah tidak ia anggap sebagai ibunya lagi.
“ Kai-ya.. “ panggil Yuri pelan sambil mengikuti langkahnya. Pria itu tidak menghiraukannya dan terus melangkah. “ yak, Kim Jongin! Apa kau tidak memberikanku waktu untuk bertanya? “ tetap tidak menghiraukannya.

………………..

     Pria itu mematung didepan pintu. Matanya menatap sayu, memandangi wanita tua yang sedang duduk diatas kursi roda, wanita itu sedang asik menggerakkan kuasnya diatas kain kanvas, melukis seseorang yang sangat ia rindukan. Yaitu Kai. Putra satu-satunya. Namun bukan itu yang membuat pria itu mematung disana. Matanya tak lepas dari sepasang kaki itu, wanita tua itu tak lagi memilikinya. Air mata mengalir pelan diwajahnya. Amarahnya menghilang begitu saja.
“ 5 tahun yang lalu, tepat disaat kau pergi meninggalkannya, ia tertabrak mobil, dan karena kecelakaannya itu, ia harus kehilangan kedua kakinya. “ Yuri mendekatinya dan mengatakan semuanya. Kai mendengarkan dengan baik. Setelah itu berjalan keluar dari rumah, meninggalkan kopernya begitu saja. Ia masih tidak kuat untuk menemui ibunya. Tidak tenang membiarkannya seorang diri, Yuri pun mengikutinya.
     Sejak kecil hingga sekolah menengah atas, mereka berdua bersahabat dengan baik. Namun ketika hal buruk terjadi pada keluarga Kai, dimana ibunya tertangkap basah sedang berselingkuh, mengetahui itu membuat ayahnya meninggal dunia akibat terkena serangan jantung. Kai yang sudah tidak mampu menatap ibunya pun memilih meninggalkan Busan dan pindah ke Seoul. Dan mereka pun berpisah.
     Ia pernah mendengar bahwa sahabat terbaiknya itulah yang merawat ibunya. Karena itu berulang kali ia melarang gadis itu. tapi ternyata Yuri masih saja merawat ibunya hingga sekarang. Dan yang membuatnya kaget. Ternyata selama ini keadaan ibunya seperti itu.
“ minum ini. “ Yuri memberikannya kopi hangat. Mereka duduk ditepi pantai yang sepi pengunjung. “ kenapa kau tidak menghubungiku? Aku benar-benar kaget ketika melihatmu disini. “
“ Nomormu tidak bisa dihubungi. “ jawabnya tanpa menoleh dan terus memandangi pantai yang ada dihadapannya.
aish, aku lupa. Ponselku sudahku berikan padanya. “ mengingat ponselnya yang sudah ia jadikan sebagai alat pelunas hutang.
“ jadi selama ini kau yang mengurusnya? Lalu bagaimana dengan orang tuamu? “ pria itu mulai terlihat tenang.
“ mereka sudah tiada, tidak lama setelah ayahmu menghembuskan nafas terakhirnya. Bus yang mereka tumpangi masuk kedalam jurang. “ wajah gadis itu menjadi sayu.
“ lalu kedua adikmu? “ Tanya Kai lagi.
“ mereka juga berada didalam bus. Tidak ada penumpang yang selamat. “ suasana menjadi hening. Yang terdengar hanya suara desiran ombak.
“ ayo kita temui ahjumma yang sudah memarahimu. “ Kai bangkit dari duduknya.
ahjumma? Untuk apa? “ Yuri berlari kecil mengikuti Kai yang sudah berjalan cepat.
“ melunasi hutangmu. “

…………………..

“ apa itu cukup? “ kata Kai santai setelah memberikan bibi itu sejumlah uang.
mwoya ige, itu terlalu banyak. “ celetuk Yuri pelan.
“ baiklah, hutangmu sudah lunas. Kalian bisa pergi. “ dengan cepat bibi itu masuk kedalam rumahnya dan membanting pintunya dengan kasar.
yak ahjumma, ponselku, tolong kembalikan ponselku! “ teriak Yuri sembari mengetuk pintu dengan kuat.
“ sudahlah, aku akan membelikan untukmu yang baru. “ Kai menarik tangan Yuri dan membawanya pergi dari sana.
yak, kau sudah terlalu banyak mengeluarkan uang. “ ucapnya yang membiarkan Kai menarik tangannya.
“ sudah seharusnya aku melakukan itu. “ mereka berjalan menuju rumah. Kai masih berat untuk melangkah masuk kedalam rumah itu. dapat Yuri rasakan juga, tangan yang masih menggenggam tangannya itu terasa dingin. Dapat ia lihat juga ekspresi gugup dari wajah pria itu.
“ ibumu, maafkanlah dia. ia sudah sangat menderita setelah ditinggal olehmu. “ ungkap Yuri ditengah perjalanan. “ setiap harinya yang ia lakukan hanya melukis wajahmu. “ Kai hanya mendengarkannya dalam diam. “ Kai-ya..
“ ia, aku akan mencobanya. “ jawabnya lembut.

…………………

     Kuas yang ada ditangannya terjatuh ke lantai. Wanita tua itu dengan cepat menggerakkan kursi rodanya untuk mendekati Kai. Matanya yang memerah mulai digenangi air mata, dan kini air mata membanjiri wajahnya yang masih mulus dan bersih. Memandangi pria itu yang berlutut dihadapannya. Tangannya menyentuh wajah Kai dengan lembut. Wanita tua itu tersenyum bahagia dibalik air mata yang terus mengalir.
“ anakku.. “ katanya pelan. “ maafkan eomma.. eomma sudah bersalah. “ nada suaranya bercampur dengan isak tangisnya.
eomma, tolong jangan membahas itu lagi. “ Kai menggenggam kedua tangan ibunya. Sungguh, tak ada lagi amarah ketika melihat kondisi ibunya.
jongmal mianhae Kai-ya..
“ sudahlah eomma. Lebih baik kita masuk kedalam, diluar sangat dingin. “ pria itu langsung mendorong kursi roda ibunya. Setelah tidak melihat wajah ibunya, barulah ia membiarkan air mata mengalir diwajahnya. Sedangkan gadis itu, Yuri hanya menyaksikan itu dalam diam.

………………..

     Setelah selesai menyantap makan malam, Kai dan ibunya mengobrol dikamar. Tidak lama dari itu Kai keluar dari kamar ibunya. Pria itu seperti sedang mencari-cari seseorang. Ia terlihat sedikit gelisah. Langkahnya terlihat terburu-buru. Dan ketika ia melangkah ke teras rumahnya. Barulah ia tenang dan hanya menatap gadis itu dari belakang. Kini, kata-kata yang baru saja ibunya katakan kembali melayang dipikirannya.
“ Yuri menyukaimu. Mungkin kau tidak menyadarinya. Ia sudah menyukaimu sejak kalian masih duduk dibangku SMP. Ibu tidak bisa bayangkan, bagaimana sakitnya dia karena harus menyembunyikan perasaannya terhadapmu. Ia bilang kepada ibu, ia tidak akan mengatakannya, ia tidak ingin merusak persahabatan kalian. Karena itu hingga sekarang, ia tetap menyimpan itu. Kai-ya, ibu tidak bermaksud apa-apa, ibu hanya berpikir bahwa kau harus mengetahui ini. “ Kai memang tidak menyadari itu. atau mungkin ia memang sedikit bodoh dalam menyadari perasaan yang seperti itu. lantas ia memilih masuk kekamarnya dan memaksa dirinya untuk tidur.
     Yuri adalah gadis yang cantik. Rambut panjangnya memang selalu terurai berantakan, gemar memakai jeans yang koyak, dengan kaos dan sepatu ketsnya. Jika dipikirkan dari mana cantiknya? Tidak, walau begitu wajah cantiknya tetap tidak luntur. Ia memang gadis tomboy, tetapi jiwa kewanitaannya sangat kuat. Itu karena ia pintar memasak, ia juga mahir mengurusi ibunya Kai, membersihkan rumah, dan mencintai tanaman.
     Tetapi walau begitu, jiwanya lebih cenderung seperti laki-laki. Ia gemar berkelahi, tentu tidak sembarang. Karena dulunya ayahnya adalah seorang guru bela diri, dan keahlian itu berpindah kepadanya. Didesa itu dirinya sangat ditakuti, kecuali bibi pemilik toko tempat dimana dirinya berjualan. Dan satu lagi yang membuatnya terlihat aneh. Dengan pakaiannya yang seperti laki-laki itu, tidak ada yang menyangka bahwa ternyata gadis itu penjual bunga.

……………………

“ kenapa kau mengikutiku? Sana jaga ibumu. “ celetuk Yuri yang tidak nyaman diikuti dengannya.
wae? Aku hanya ingin membantumu berjualan. “
“ aku tidak perlu bantuanmu. “ gadis itu mempercepat langkahnya.
“ teman-teman, itu dia si gadis bimbang! “ teriak seorang bocah sambil menunjukkan jari telunjuknya kearah Yuri. “ wuahahaha.. dia lebih terlihat seperti laki-laki. “ tambahnya lagi. Teman-temannya ikut menertawai gadis itu. tidak tinggal diam, Yuri berjalan mendekati mereka, beberapa dari mereka berhasil melarikan diri, tapi ia berhasil menangkap satu orang. Yaitu bocah yang mengatakan kata-kata tidak sopan itu itu.
“ apa tadi kau bilang? Gadis bimbang? Memangnya kau tahu apa hah! “ menepuk kepala bocah itu. tidak seperti tadi, kini bocah itu hanya diam ketakutan. “ mau kupukul lebih kuat? Sepertinya kau tahu sehebat apa aku. “
andwe nuna! Mianhaeyo nuna, aku tidak akan mengulanginya lagi. “
aish kau ini! sekali lagi kau lakukan itu, kau tidak akan bisa kembali kerumahmu! “ menolak bocah itu dengan kuat. walau terjatuh, dengan cepat bocah itu bangkit lalu berlari ketakutan. Baru saja Yuri berbalik untuk menghampiri Kai, kini malah dirinya yang mendapatkan pukulan dari pria itu. Kai menepuk kepalanya pelan hingga berulang kali.
pabo, pabo, pabo! “ kata Kai yang terus memukulnya bercanda.
appo! “ Yuri terus berusaha mengelak. “ wae? Wae?
“ kenapa kau membentak anak kecil dengan kata-kata seperti itu? Kau juga memukulnya. Kau tidak malu? “ ia sudah menghentikan pukulannya.
“ dia sudah mengataiku! Apa salahnya jika aku memberinya pelajaran. “
“ bukan seperti itu caranya! Jangan menggunakan kekerasan kepada anak dibawah umur. Aish, kau ini. “ sebenarnya Kai ingin tertawa. Menurutnya itu sangat lucu ketika Yuri sedang memarahi bocah tersebut. “ dimana tokomu? “ katanya setelah itu.
“ kau mulai sok pintar. Itu disana. “ Yuri kembali berjalan. Sepanjang perjalanan ia terus bergumam kesal. Kai dapat mendengarnya, namun ia hanya tersenyum dengan itu.

…………………….

     Mematung didepan pintu. Hanya mengamati bunga-bunga yang tersusun rapi ditoko itu. ingatan itu kembali menghantuinya. Wajah gadis yang sangat ia cintai, namanya, senyumnya, semuanya memenuhi pikirannya. Matanya memerah. Mengingat itu membuat hatinya perih.
“ kau sedang apa? Ayo masuk. “ tegur Yuri. Kai mencoba menyembunyikan kesedihannya. Ia memilih duduk disalah satu kursi yang ada didalam toko.
“ kenapa kau tidak pernah menceritakan padaku? “ Tanya Kai.
mwo?
“ bahwa kau menjual bunga. “
“ jika kukatakan padamu, kau pasti akan menertawaiku. “ ujar gadis itu yang sedang menyusun bunga didalam pot. Kai tersenyum pahit. Trrrt.. trrrt.. trrrt.. ponselnya berdering. Ada sebuah panggilan. Melihat nama yang tertera dilayar ponselnya, Kini Kai benar-benar tersenyum.
yeoboseyo..
“ kirimkan aku alamatmu. “ kata seseorang dari dalam ponselnya. Ternyata orang itu adalah Siwon. Mantan teman kerjanya.
wae hyung? kenapa kau meminta alamatku? “
“ cepat kirim saja. Sudah dulu ya. “ panggilan itu terputus.
“ ada apa dengannya? “ Kai langsung mengetik alamat rumahnya lalu mengirim pesan tersebut ke Siwon. Setelah itu ia memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celananya. Aneh, kini Kai kembali terpaku. Matanya tidak lepas dari gadis itu. Yuri sedang menyemprotkan air ke bunga mawar yang baru saja ia susun didalam pot. Gadis itu terlihat bahagia, terlihat dari senyuman yang tersungging dibibirnya.
     Melihat itu membuat Kai kembali mengingat gadis itu, gadis yang telah pergi untuk selamanya. Gadis yang hingga kini belum bisa ia lupakan. Gadis yang masih ia cintai. Ya, sepertinya begitu.
yak, yak.. “ Yuri menyadari tatapan itu. “ yak, yak.. “ Kai tidak juga sadar. Karena kesal, Yuri pun menyemprotkan air kewajah Kai. Ternyata berhasil.
ige mwoya! “ ia kaget.
“ air. Kenapa kau manatapku seperti itu? jangan bilang kalau kau menyukaiku? “
“ ya, aku menyukaimu. “ jawab Kai bercanda. Ia meraih sapu tangan yang ada disaku kemejanya lalu membersihkan wajahnya. Tanpa mengetahui bahwa kini Yuri sedang terdiam karena jawabannya. Tapi beberapa detik kemudian ia langsung mengutuk dirinya sendiri. Ia menyesali perkataannya itu. mengingat bahwa sebenarnya Yuri mencintainya, pasti kata-katanya tadi akan menyakiti gadis itu. ia hendak mengatakan sesuatu, namun ketika ia menoleh, gadis itu sudah tidak ada didalam toko.
     Takut sesuatu terjadi pada Yuri. Kai langsung terlonjak kaget, ia mencoba mencari gadis itu didalam toko, tidak ada. Toilet juga tidak ada. Tapi disela itu, ia mendengar suara seseorang sedang menyapu. Ia langsung mencari asal suara itu. ternyata Yuri sedang menyapu diteras tokonya. Tidak langsung menghampiri gadis itu. itu karena kini Kai sedang mengamatinya dari dalam toko. Gadis itu, berulang kali ia memukul pelan dadanya dan juga kepalanya. Melihat itu Kai mengerti dengan apa yang sedang Yuri pikirkan.

……………………….

     Mereka kembali kerumah disore hari. Setelah singgah ke warung jjamppong dan membeli beberapa bungkus, mereka kembali berjalan santai menuju rumah. Pepohonan terlihat gundul, tak terlihat lagi daun di setiap rantingnya. Ditambah udara yang semakin dingin. Sepertinya musim dingin akan segera tiba. Yuri yang gagah saja hingga terbersin berkali-kali.
“ kau bisa bersin juga? “ sindir Kai.
“ tidak lucu. “ pria itu tertawa girang karena ditinggal Yuri yang sudah berlari jauh mendahuluinya.
‘kenapa kau harus menyukaiku?’ Pikir Kai. Dilihatnya dari kejauhan, tepat didepan rumahnya. Yuri sedang mengobrol dengan dua orang pria. Kontras Kai mempercepat langkahnya. Namun ketika ia sudah mengetahui siapa kedua pria itu. langkahnya melemah dan enggan mendekati mereka. ia hendak menjauh dari sana.
yak.. yak.. kau mau kemana? Kau tidak senang kami kesini? “ teriak salah satu dari pria itu.
“ kenapa kalian kesini? “ ucapnya setelah gagal melarikan diri.
“ kami merindukanmu. “ jawab pria yang lain.
“ ini baru dua hari hyung, rindu apanya? “ ia mulai mendekati mereka.
yak, kau tidak tahu ini dingin? Kau tidak mempersilahkan kami masuk? “ kata pria berbadan gemuk itu.
“ o? ma,masuklah.. “ Yuri langsung menyuruh mereka masuk. Dengan cepat mereka menarik koper mereka masuk kedalam rumah. Duduk diruang tamu yang sederhana itu. pria yang berbadan gemuk itu malah berlari kedapur dan memeriksa isi lemari es.
hyung, kenapa kau membawa Shindong hyung? dia hanya akan menghabiskan persediaan makananku. “ bisiknya kepada Siwon, hyung yang ia maksud.
“ kau tenang saja, aku sedang diet. “ teriak Shindong dari dapur, kupingnya sangat tajam sehingga dapat mendengar perkataan Kai.
“ kau dengar itu, dia sedang diet. “ Siwon menyerukan sigemuk Shindong.
aish, aku tidak yakin. “ kata Kai.
“ diatas meja makan ada jjampong, kau boleh memakannya. “ sela Yuri tanpa melepaskan pandangannya dari Siwon.
jinja? Wah.. “ teriak Shindong kegirangan.
“ sudahku duga. “ gumam Kai kesal.
keureunde, kenapa kau terus menatapku? “ Tanya Siwon kepada Yuri. Gadis itu memang terus menatap Siwon tanpa henti.
“ begini hyung, apa kau seorang actor? Aku seperti pernah melihatmu di televisi. “ katanya dengan polos.
yak, kau itu wanita, kenapa memanggilnya hyung? “ Kai menepuk kepala gadis itu pelan.
“ jangan menggangguku, aku sedang mencoba mengingat wajahnya. Hyung, benar kau seorang actor? “
“ actor apanya? Dia bodyguard, sama sepertiku. “ sela Kai.
“ bodyguard? “ Yuri terdiam sejenak. “ mwo! Bodyguard? Kau bekerja sebagai bodyguard? “
ne.. wae? Reaksimu terlalu berlebihan. “
“ kenapa kau tidak mengatakannya kepadaku? “
“ karena kau tidak pernah menanyakannya. Hyung, ayo aku antar kau kekamar. “

………………….

     Ternyata musim dingin benar-benar sudah tiba. Malam ini suhu udara di Busan sangat dingin. Namun itu tidak membuat mereka berdiam diri dirumah. Kai bersama kedua hyung-nya bersantai disebuah warung yang menjual odeng dan tteokbokki. Tidak, gadis itu juga ikut bersama mereka.
“ jangan menyentuh soju, mengerti? “ tegur Kai keras kepada Yuri. Ia tahu betul bahwa sahabatnya itu tidak bisa minum.
arattago.. (aku mengerti) “ jawab Yuri santai, tapi tangan terus mencoba meraih botol soju.
yak, kubilang tidak. “
“ segelas saja.. “
ani! “ gadis itu langsung mengambil setusuk odeng lalu menggigit odeng tersebut dengan ukuran yang besar. Saking penuhnya, ia hampir sulit mengunyah.
“ kenapa kau melarangnya hingga seperti itu, dia sudah dewasa.. “ kata Siwon yang mencoba menenangkan mereka.
“ aku tidak siap untuk menggendongnya. Tubuhnya terlalu berat. “ mendengar itu membuat Yuri tersedak karena hendak memakinya, namun odeng yang masih memenuhi mulutnya membuatnya harus bersabar. Lantas ia hanya memukul meja berkali-kali. “ jangan memukul meja, berisik. “ pria itu benar-benar membuatnya emosi.
“ kau yang berisik. “ tangkas Shindong kepada Kai disela mengunyah tteokbokkinya. “ duh, kenapa dengan perutku? “ pria berbadan gemuk itu mengelus-elus perutnya yang sudah dipenuhi makanan. “ ahjumma, toiletnya dimana? “ setelah itu ia langsung berlari ke toilet.
“ Kai-ya, kau benar-benar tidak akan kembali? “ pertanyaan Siwon membuat ekspresi wajah Kai sedikit berubah. “ kembali lah, kau juga harus mencari uang. Bukankah kau masih mempunyai ibu dan juga gadis ini? “
“ entahlah hyung. “ ucapnya setelah itu meneguk sojunya.
“ kau masih memikirkannya? “ Kai tidak menjawab dan kembali meneguk sojunya.
“ memikirkannya? Siapa? “ Tanya Yuri yang tidak mengerti maksud dari obrolan mereka.
“ makan saja odengmu. “ pria itu menggeser mangkuk odeng kedepan tubuh Yuri.
“ hoh, kau benar-benar membuatku kesal. “ kembali menggigit odengnya.
“ wah, lega sekali.. “ Shindong kembali dengan raut wajahnya yang cerah. “ sepertinya aku sudah terlalu banyak makan. “
“ hoh, kau baru menyadarinya? “ sindir Kai.
“ ah, Kai-ya, tadi aku melihat tuan putri. “ ucapnya dengan serius.
yak, geojitmalhaji ma.. (jangan berbohong) “ Siwon menyikut perut buncitnya pelan.
jinjayo.. geundae, dia sedang bersama seorang pria, dan mereka terlihat sangat dekat. “
maldo andwae. (tidak mungkin) “ tambah Siwon tak percaya.
yak, aku tidak mungkin salah, wajah mereka.. “
“ tuan putri sudah tiada. Kurasa kau ingat itu. “ sela Siwon cepat.
aish, dwaesseo. (lupakan saja) “
eodi hyung? “ Tanya Kai setelah lama berdiam. Shindong yang kaget karena melihat mata Kai yang mulai memerah, dengan reflek menunjuk kearah taman yang ada diseberang jalan. Sekejap Kai sudah menghilang dari hadapan mereka.
“ ada apa ini? kenapa dia seperti itu? hyung, tuan putri yang kalian maksud, memangnya dia siapa? “ Yuri hendak mengejar Kai, namun Siwon menahannya.
“ tuan putri adalah anak dari bos ditempat kami bekerja. “ jawab Shindong.
“ lalu, kenapa Kai bereaksi seperti itu? “ Tanya Yuri lagi.
“ karna dia mencintai tuan putri. “

Tunggu chapter selanjutnya ya..
Gomawo uda baca..

1 komentar:

Unknown said...

great,..
ceritanya ringan untuk di baca..
ditunggu ff selanjutnya..