Thursday, July 24, 2014

Fanfiction_Love Doesn't Always Belong to Us



hyung, kau kenapa? Wajahmu terlihat murung. “ tegur Kai. Ia dan Sehun menghampiri Xiumin yang sedang menonton Spongebob, kartun favoritnya. Xiumin tidak menjawab pertanyaan itu. ia terus menatap ke layar televisi, tetap dengan raut wajahnya yang murung.
“ sejak kapan cerita Spongebob sedih? Hyung, raut wajahmu tidak cocok. “ seru Sehun yang mengikuti arah pandang hyung-nya.
hyung.. hyung.. hyung.. “ Kai mencoba menggoncang tubuh Xiumin. Pria itu tetap tidak bereaksi.
yak yak! Dari pada kalian mengganggunya, lebih baik kalian membantu ku memasak. Kemarilah! “ teriak Do dari arah dapur. Tapi kedua pria nakal itu malah berlari keluar dari villa. Meninggalkan Xiumin yang masih asik termenung dihadapan kartun favoritnya dan tidak menghiraukan perintah Do.

Saturday, July 19, 2014

Fanfiction_The Blue Moon [Chapter 2] the end



     Kecelakaan yang Rae Mi dan Kyuhyun alami membuat mereka terbaring lemah di rumah sakit. Keduanya sama-sama dibantu oleh alat untuk mempertahankan hidup mereka. syukurnya 3 bulan setelah itu Rae Mi sadar dari koma, tubuhnya kembali sehat dan normal. Namun ada yang bermasalah pada ingatannya. semua memori tentang pria itu tak lagi menetap pada ingatannya. Sedangkan Kyuhyun, pria itu dinyatakan tidak memiliki harapan lagi, semuanya tergantung pada alat yang menempel di tubuhnya. Pada saat itu keluarganya mulai pasrah dan merelakan untuk melepas alat itu, namun mukjizat datang dan menyadarkan pria itu. ia sadar dari tidur panjangnya. tanpa ingatannya. Tentu keluarganya tidak mengetahui bahwa jiwa yang ada didalam tubuh itu bukanlah Cho Kyuhyun. Melainkan jiwa yang baru saja terbebas dari bulan.

Friday, July 11, 2014

Fanfiction_The Blue Moon [Chapter 1]



     Pekerjaannya kali ini benar-benar melelahkan. Sudah dua hari Rae Mi tidak pulang ke apartemennya dan harus lembur di kantor. Tanpa tidur, hanya mengandalkan suplemen dan makanan. Tapi walau begitu, saat ini Ia bisa bernafas lega karena tugasnya membuat biografi seorang artis sudah selesai.
     Menjadi penulis memang menyenangkan. Bisa menulis segala hal yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh orang lain. Membuat sebuah kehidupan didalam sebuah karangan. Namun berbeda dengan dirinya yang notabena penulis biografi artis pendatang baru. Banyak agensi yang memintanya untuk menuliskan tentang kehidupan artis mereka. tentunya hal-hal yang dapat menaikkan reputasi artis tersebut. Bahkan terkadang Rae Mi harus berbohong dengan tidak menuliskan sisi negative mereka.
     Dua botol soju telah ditangannya. tak lupa membeli jjamppong dengan level terpedas. Ia sudah tidak sabar untuk tiba di apartemennya dan langsung menyantap makanannya. Seturunnya dari bis, ia harus berjalan melewati gang kecil agar bisa sampai ke apartemennya dengan cepat.
Brukkk!
     Terdengar suara dari belakang tubuhnya. Keadaan gang yang sepi dan redup membuatnya enggan menoleh dan mempercepat langkahnya. Namun suara itu kembali terdengar. Rasa penasarannya semakin menjadi-jadi ketika suara itu kembali terdengar. Dengan reflek ia menoleh kebelakang. Dirinya terpaku mengamati itu.
‘astaga, apa dia iblis? Atau mungkin malaikat? Atau jangan-jangan alien? Ehei.. jika begitu dia temannya Do Min Jun-ssi, aish! Apa yang sedang aku pikirkan, haruskah aku merekamnya?’

Wednesday, July 9, 2014

Fanfiction_Destiny of Love




     Pria ini tidak terlalu menghiraukan perlajarannya. Disaat berada di sekolah ia selalu mengandalkan ayahnya yang seorang pemilik yayasan sekolah tersebut, dengan berani ia bolos sesuka hatinya. Tidak ada guru yang berani memarahinya. Walau begitu, Sehun tidak pernah sekalipun absen dalam kelas acting. Alasan satu-satunya yaitu untuk bertemu dengan guru yang selalu menarik perhatiannya. Kenapa begitu? Ya, karena guru tersebutlah yang berani memarahinya ketika ia berbuat salah. Dan guru tersebutlah yang sangat sering menjumpai ayahnya untuk melaporkan kenakalannya.

………………

     Tiffany sedang melengkapi barang-barang yang akan dia bawa ke kelas. Menjadi guru acting memang menyenangkan. Namun ketika ia sadar bahwa ia harus bertemu dengan pria menyebalkan itu, dirinya langsung kehilangan semangatnya. ia selalu merasa heran, kenapa anak itu selalu mengganggunya. Dirinya yang merupakan guru berpenampilan terburuk disekolah ini, guru yang selalu dikucilkan mengenai pakaian, dianggap kolot, kutu buku dan menggunakan kacamata berlensa tebal. Memikirkannya saja dia sudah menyesal akan dirinya. Tetapi pria itu, pria terpopuler dan berwajah tampan itu seperti tidak menghiraukan kondisi tubuhnya. Ia tidak henti-hentinya menggoda dan mengganggunya.
‘syukurlah, tidak lama lagi ujian kelulusan, aku akan memberikan nilai tinggi untuknya, agar ia bisa segera keluar dari sekolah ini.’

Tuesday, July 8, 2014

Fanfiction_Love You More



‘aish, dia lewat lagi. Pria itu selalu membuatku kesal. apa sih yang hebat darinya? Wajahnya? Cih, walau aku yeoja, wajahku gak kalah tampan darinya!’

     Sulli selalu kesal ketika melihat Kai si pangeran kampus di agung-agungkan para gadis. Pria itu yang sedang melewati lapangan tempat dirinya berlatih membuat keadaan menjadi berisik dikarenakan fansnya yang terus berteriak histeris sembari mengikutinya. Dirinya yang sedang berlatih tanpa sengaja membanting bola basket dengan keras sehingga terpental hingga mengenai pria itu. Hal itu membuat  fansnya mengamuk dan berlari memukulnya.
“ hentikan! “ teriak seseorang. Seketika keadaan menjadi senyap. Seakan mengetahui asal suara itu, gadis-gadis labil yang memukulnya langsung menjauh darinya. Saat itulah baru terlihat olehnya, pria itu berdiri dihadapannya sambil menyalurkan tangannya, tapi tidak di hiraukan gadis itu. Ia malah bangkit dengan usahanya sendiri. Sulli menatap wajah itu, wajah yang sedang menatapnya tanpa ekspresi. ‘ternyata dia memang tampan’ pikir gadis itu. “ ini bolamu. Tolong maafkan mereka.. “ suara bassnya menepi semua kebencian yang ada pada gadis itu. Ia malah terpaku. ‘astaga, ada apa denganku? Sadarlah! kau tidak boleh sama dengan gadis-gadis labil itu!’
“ … “ hanya meraih bola miliknya tanpa mengatakan sepatah katapun, lalu gadis itu pergi meninggalkan lapangan.