Friday, February 15, 2013

Hyull Story Part 6





Pasir pantai Kuta yang terkenal putih menjadi mainan Hyull disaat bosan, dari pada menunggu Arsha yang tidak kunjung tiba, ia memilih membuat rumah-rumahan dari pasir. Tetapi jika diamati lebih lanjut, rumah pasir itu lebih mirip seperti tumpukkan pasir biasa.
“ ternyata sulit juga bentuk-bentukin pasir ini, ah.. gw tendang juga ni rumah. Huh, Arsha mana sih, janji jam 8 pagi, satu jam gw tungguin gak nongol juga. Bosan banget gw! “ keluhnya.
“ hei, ngapain lu disana? Ngomong sendiri, ahahha.. “ wanita paling menyebalkan, wanita yang sangat tidak disukai Hyull, Fona orangnya.
“ ah? Gw Cuma.. “
“ dave, aku haus.. belikan aku minuman dong, kamu mau kan? “ tidak menghiraukan jawaban Hyull, ia malah menggandeng tangan Dave yang sedari tadi mengikutinya dari belakang.
“ tunggu disini. “ jawab Dave sambil melepaskan rangkulannya dan pergi membeli minuman.


“ cuih! Gila, dasar wanita genit, pasti dia sengaja negur gw tuh, trus biar gw ngeliat mereka gandengan begitu, ih, aneh! “ pikirnya. Hyull semakin kesal, ia hempaskan tubuhnya diatas kursi pantai yang sudah dilindungi dengan payung super besar.  Setidaknya kini tubuhnya terlindungi dari panasnya matahari yang mulai mengganas.
“ sedih banget jadi gw, ke bali Cuma untuk sendirian begini, punya teman tapi gak datang, dave juga lagi asik berduaan sama pacarnya, argh.... bete! “ kekesalannya semakin menunjak seiring berjalannya waktu, walaupun kini tubuhnya sudah terlindungi dari matahari, panas dalam tubuhnya masih saja mengganggunya, gerah.
“ dia kemana? “
“ hah? “ Hyull menoleh ke sampingnya dan mendapatkan Dave sedang duduk disampingnya.
“ fona, dia kemana? “ ulang Dave yang ternyata bertanya kepadanya.
“ oh, gak tau gw. “ jawabnya singkat. Dave terus memandangnya, ia jarang melihat Hyull yang seperti ini, tidak bersemangat, sangat berbeda dengan dirinya yang biasanya jutek dan terkadang kumat gilanya, tertawa seenaknya, tertawa sekuat yang ia mau, ia selalu melakukan apapun yang ia mau selagi tidak keluar batas, tapi sepertinya tertawa sekuat mungkin itu sudah kelewat (menurut Dave).
“ ini minum. “ ia tempelkan minuman kaleng itu ke pipi Hyull, sekejap bibirnya langsung membentuk sebuah senyuman.
“ makasih.. “ senyumnya melebar.
“ bangunin gw kalau dia datang. “ Dave merebahkan tubuhnya di kursi, ia mulai tertidur. Walaupun cuaca lumayan panas, tapi angin pantai sangat mendukungnya untuk segera tidur.
“ gw jadi gak yakin, lu ikhlas gak sih kasih gw minuman, kasihnya gitu banget! Tidur lagi! “ gumamnya yang sebenarnya didengar dengan Dave, Hyull memang polos dan Dave sangat tahu itu. Tersungging sedikit senyuman dibibirnya, Dave mulai merasa nyaman bersamanya. Kebosanan yang Hyull rasakan membuatnya memilih untuk tidur juga seperti yang dilakukan Dave.

     Siang ini Bali tidak terlalu panas, matahari sedang berlindung dibalik awan, hal itu membuat Dave dan juga Hyull semakin lelap. Saking lelapnya mereka berdua seakan menembus ruang mimpi bersama, ruang mimpi dimana seseorang bisa berada dimana saja, merasakan setiap sisinya bagaikan di dunia nyata, tempat yang sangat indah, dan pastinya tidak pernah dikunjungi Hyull tetapi sangat ingin dikunjungi Dave.
Sebuah pohon besar berdiri dengan gagahnya, ditemani beribu daun disetiap rantingnya, terdapat sebuah kursi berukuran lebih dari satu meter, kursi itu terbuat dari kayu jati yang sepertinya sudah sangat tua. Posisi pohon ini berada di ujung tebing yang sangat tinggi, terlihat dari jurangnya yang tidak tahu dimana titik awalnya. Suasana disana benar-benar nyaman, angin berhembus dengan ramah tanpa diiringi awan hitam dan itu artinya angin itu bukan pertanda akan turunnya hujan. Pohon besar itu juga berhasil membuat keadaan sekitarnya menjadi teduh, dan disanalah ruang mimpi itu, ruang mimpi dimana Hyull dan Dave berada saat ini.

     Dave melangkahkan kakiknya perlahan menuju sebuah pohon, pohon itu sangat besar terbukti disaat ia masih berada di kejauhan pohon itu sudah dapat terlihat. Semakin dekat dengan pohon tersebut, semakin jelas keadaan disana, ia tahu dimana ini, tepatnya keadaan disini sama dengan apa yang ia lukis beberapa hari yang lalu, dilihatnya ada sebuah kursi dan.. ada seorang wanita sedang duduk disana. Siapa? Ia percepat langkahnya untuk memastikan siapa wanita yang sedang duduk disana.
“ hyull? “
“ .... “ wanita itu tidak menjawab dan juga tidak menoleh. Dave menatap wanita itu dengan sungguh-sungguh, tidak salah lagi, wanita itu adalah Hyull, tapi kenapa ia sama sekali tidak menghiraukannya?
“ hyull.. “ ia kembali mencoba memanggilnya, tetap tidak ada reaksi. Kali ini Dave mencoba dengan cara lain, ia duduk disamping wanita itu dan dengan perlahan ia menyentuh pundak wanita itu bermaksud agar wanita itu sadar bahwa sedari tadi ia menegurnya. Kali ini sepertinya ia mendapatkan respon dari wanita itu, wanita itu mulai memutar kepalanya untuk melihatnya dan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu.
“ dave! Lu kenapa? Bangun..bangun.. “ loh?
“ hah? “ kembalilah ia ke dunia yang nyata.
“ apa? Kenapa? Hyull.. hyull.. lu mimpiin gw? Hahha.. kok bisa. “ ternyata sedari tadi Hyull memperhatikan Dave yang terus-terusan memanggil namanya, berkat Dave ia pun terbangun dari tidurnya.
“ ..... “ kali ini Dave hanya terdiam, ia masih tidak menyangka dengan apa yang baru saja terjadi, kejadian yang baru saja ia alami, ternyata hanya mimpi, tapi itu terasa begitu nyata baginya.
“ hahahaha... ini minum dulu. “ Hyull menyodorkan sebotol minuman kepadanya. Setelah mencoba meminum minuman itu, ekspresi wajahnya tetap tidak berubah, sepertinya ia masih memikirkan mimpi yang baru saja ia alami. “ idih, mimpi apa sih lu? Ekspresi lu sampai segini nya, aneh. “ Dave tetap tidak menjawab, ia malah menatap Hyull, terus menatap wanita itu, entah apa yang sedang ia pikirkan, tatapan itu terlalu menusuk bahkan sangat menusuk, menusuk dengan lembut hingga tidak dapat Hyull lepaskan.
“ Dave! “ Fona datang dan merusak suasana yang sedang terjadi.
“ ...... “ Tidak menjawab Dave malah memalingkan pandangannya lalu pergi menjauhi Fona, gadis itu tentu saja tidak mau diam, ia mengejar Dave dan terus-terusan menggodanya, sedangkan Hyull, ia masih saja termenung, tatapan itu, masih saja ia rasakan, tatapan yang sangat menusuk hatinya namun nyaman untuknya, apa maksudnya dari tatapanmu Dave? Apa yang sedang kamu pikirkan dan apa yang ingin kamu katakan?
     Malam ini cuaca sangat dingin. Tapi itu tidak membuat Hyull berdiam diri dikamar, ia memilih untuk duduk di pantai seorang diri sambil menyambung novelnya. Lembar demi lembar terus ia isi dengan berbagai macam kalimat, terkadang ia menangis dan juga tertawa, itu menunjukkan sejauh apa ia menghayati cerita didalam novelnya itu. Titik kejenuhan akhirnya muncul juga, dari pada ia memaksa menulis, ia memilih untuk menyudahi tulisannya dan mengamati keadaan disekelilingnya. Terlihat seorang anak laki-laki sedang bermain dengan ombak, ia terus mengamati anak lelaki itu, tubuhnya yang kecil berlari-lari menjauhi ombak dan disaat ombak surut ia kembali mengejarnya. Terlihat senyum bahagia diwajahnya, Hyull tanpa sadar juga ikutan tersenyum, terlintas dipikirannya untuk bergabung dengan anak itu, ia pun meletakkan bukunya di atas pasir lalu berjalan menuju anak itu.
“ hey, kakak boleh ikutan gak? “ tegurnya ramah.
“ boleh dong kak, ayo sini, ombak akan segera datang, siap-siap berlari ya! “ serunya sambil memberi aba-aba. “ lari kak! “ mereka berlari sekuat mungkin menjauhi ombak, Hyull sangat menikmatinya, dapat terlihat dengan jelas kebahagiaan yang mereka rasakan.
“ stop..stop.. istirahat dong, kakak capek. “ pintanya sambil mengatur nafas yang sudah kelehan akibat berlarian tanpa henti.
“ yah kakak, cepat banget capeknya, kalau gitu kakak istirahat saja, aku mau sambung lagi.. “ katanya dan tidak mengentikan permainannya, ia masih saja bermain dengan ombak, tubuhnya yang kecil ternyata tidak bisa diremehkan.
“ yakin kamu tidak mau istirahat, bahaya tahu.. ntar kamu kelelahan, bisa-bisa kamu terpeleset loh... ombaknya kan besar.. “ tambahnya yang kali ini sudah terduduk kembali di pasir tidak jauh dari anak itu berada.
“ aku itu kuat kak, ini permainan aku setiap hari... bermain dengan ombak itu sangat... Aaaa!!! “ anak itu terpeleset, kini tubuhnya dibawa ombak yang dengan kasar menariknya kedalam air.
“ hey, kamu bertahanlah.. a,aku... t,tolong...tolong!!! “ Dengan cepat Hyull berteriak meminta pertolongan. Tidak lama sedetik dari itu seorang pria berlari dan melompat kedalam air, ia berenang sekuat tenaga mengejar anak itu yang sedang terbawa ombak, Hyull tidak bisa melihat dengan jelas siapa pria yang sedang berusaha menolong anak itu, pastinya saat ini yang ia harapkan hanyalah keselamatan anak itu. Warga sudah pada berdatangan, ada juga penjaga pantai yang sudah menyiapkan berbagai perlengkapan untuk menolong anak itu. Beberapa menit kemudian pria itu terlihat menggendong seorang anak, ia berjalan mendekati pesisir pantai, ya, ia berhasil menyelamatkan anak itu. Penjaga pantai dan beberapa orang lainnya langsung mengambil alih untuk segera mengobati anak tersebut, dan pria itu, ia menjauh dari keramaian dan memilih duduk dikursi yang terdapat tidak jauh dari sana. Hyull sangat mengkhawatirkan anak itu, kini ia berada disamping anak yang sebenarnya tidak ia ketahui namanya.
“ bertahanlah dik... “ ia genggam erat tangan anak laki-laki itu, tubuhnya lemah tak berdaya, Hyull merasa bersalah, seharusnya tadi ia membujuk anak itu untuk berhenti bermain sampai anak itu benar-benar berhenti, tapi semuanya sudah berlalu.
“ maaf, anda siapa? “ tanya penjaga pantai.
“ Tadi saya sedang bermain dengannya.. “ jawab Hyull sedikit ketakutan.
“ jadi tadi anda bersamanya? “ tanya penjaga itu kembali.
“ ia, tapi saya sudah menegurnya untuk berhenti bermain, maafkan saya karena saya tidak.. “
“ bukan itu maksud saya, saya tidak menyalahkan anda, anak ini memang sedikit nakal.. “ penjaga itu encoba meyakinkannya.
“ nakal? Maksud bapak? “
“ dia anak saya, terimakasih anda sudah mau bermain dengannya.. “
“ maaf, saya masih tidak mengerti dengan perkataan bapak.. “
“ begini saja, lebih baik anda antarkan handuk ini kepada pria yang duduk disana, tadi saya tidak sempat berterimakasih kepadanya, dan masalah ini, lain kali saja kita bicarakan. Sekali lagi terimakasih. “ penjaga pantai itu langsung membawa anaknnya pergi. Hyull mencari pria yang penjaga pantai itu maksud, seorang pria sedang duduk dikursi tidak jauh dari tempatnya berada, sekilas ia seperti mengenal pria itu, ia mulai melangkahkan kakinya, sesampai disana ia pun langsung menyerahkan handuk kepada pria tersebut.
“ ini handuk buat.... dave? “ dan yang sangat mengejutkan, pria penolong itu adalah Dave.
“ makasih. “ Dave menerima handuk itu dan langsung membaluti tubuhnya dengan handuk.
“ lu, gimana bisa? “ tanya Hyull.
“ apanya? “
“ hem.. maksud gw, lu tadi dimana? Kok lu bisa tahu dengan cepat kalau ada yang tenggelam? “
“ tadi gw... tadi gw kebetulan lewat saja. “
“ kebetulan? “
“ ia, banyak tanya lu. “
“ ya.. aneh aja, lu nya tiba-tiba nongol.. dari pada duduk disini, lebih baik kita pulang saja, ntar lu masuk angin, pakaian lu basah begitu.. “
“ gw malas berdiri.. “
“ ayo.. dari pada lu sakit, kita kan mau uas.. “
“ ah.. malas. “
“ ayo! “ paksanya seraya menarik lengan Dave agar pria itu mau mengikuti perintahnya. Kini Dave tidak bisa menolak, permintaan Hyull terdengar tulus membuatnya secara tidak sadar mengikuti permintaan wanita itu. Mereka berjalan menuju rumah, Hyull tanpa sadar masih memegang lengan Dave tanpa perlawanan sedikitpun dari Dave. Setiba mereka dirumah, Dey yang tadinya sedang mengobrol dengan Divane kini panik diakibatkan melihat kondisi Dave yang sebenarnya tidak perlu dilebih-lebihkan seperti ini. Berbeda dengan Divane, ia malah memandang erat-erat kedua tangan yang sedari tadi masih juga bergandengan. Hyull yang tersadar dengan pandangan Divane spontan melepaskan tangannya. Ia tersipu malu karena kedapatan memeluk lengan Dave.
“ dave, kamu kenapa? Pakaian kamu.. “ tanya Dey penuh dengan kepanikan,
“ aku baik-baik saja tante.. aku masuk kekamar dulu. “ ucapnya lalu pergi.
“ hyull, tolong jelaskan sama tante, apa yang sebenarnya terjadi? “
“ begini tante, tadi itu dave menolong anak laki-laki yang tenggelam di pantai, makanya pakaiannya basah begitu.. “ jelasnya.
“ astaga, terus keadaan anak itu bagaimana? “
“ dia baik-baik saja tante.. aku masuk kemar dulu ya tante.. “ kini Hyull juga meninggalkan Dey yang masih saja panik tidak jelas.
“ hey divane, bukannya kamu dokter? Sana periksa adikmu.. beri ia obat..”
“ sudahlah kak.. dia hanya perlu istirahat. Kalau begitu aku mau kekamar juga, hentikan kepanikkanmu itu kak.. “
“ loh, kenapa semuanya pada masuk kekamar? Terus aku gimana? Ah.. aku tidur saja deh. “ Dey pun ikut-ikutan masuk kekamar.

     Tersenyum dibalik pintu. Ternyata Ny Anderson memperhatikan peristiwa yang baru saja terjadi dirumahnya itu, tapi lebih tepatnya ia memperhatikan kedekatan Dave dengan Hyull yang sepertinya semakin mantap. Sama seperti Divane, ia semakin penasaran, ia bahkan tidak bisa duduk tenang dikamarnya karena memikirkan hal itu, kedekatan Dave dengan Hyull. Dari pada tidak tenang seperti ini, ia memilih untuk menjumpai Dave dikamarnya. Ternyata Dave belum tidur, ia sedang melukis di balkon kamarnya.
“ kak, bisa tidak ketok dulu! “
“ ah, kalau kakak ketok kamunya juga gak bakalan dengar.. lukisanmu itu kan selalu membuat kupingmu tuli. “ canda kakaknya yang kini sudah duduk disampinya.
“ ada apa? “ tanya Dave yang sudah bisa menebak maksud dari kedatangan kakaknya itu.
“ fona sudah kembali ke jakarta. “
“ oh, baguslah. “
“ kalian kapan kembali ke bandung? Bukannya kalian mau uas? “
“ kalian? Ah.. dia kenapa harus kembali denganku? Kakak yang membawanya kesini. “
“ kamu ini. Kakak masih ingin berlamaan disini.. kalian pulanglah duluan.. “
“ baiklah, mungkin besok kami akan kembali ke bandung. “
“ .... “ tidak ada reaksi dari Divane, ia hanya menatap Dave dengan penuh pertanyaan.
“ apa lagi? “
“ kamu.. menyukainya? “ pertanyaan itu berhasil membuat Dave tersedak.
“ uhukk, uhukk! “
“ benarkah? “
“ kembalilah kekamarmu! “ jawab Dave lalu beranjak menuju kasur, ia langsung berbaring dikasur lalu menyelimuti tubuhnya.
“ dave.. kamu sangat lucu.. ahahha.. “ sindir Divane seraya keluar dari kamarnya, seiring kepergian Divane, Dave kembali memikirkan pertanyaan yang baru saja Divane lontarkan.
“ yang benar saja.. gw suka? Sepertinya gw harus segera tidur sebelum pikiran gw sama buruknya dengan apa yang ada dipikiran Divane!
    
     Hyull sedang pamitan dengan keluarga Dave, sedangkan Dave sedang mengobrol dengan neneknya. Ny Anderson. Hari ini mereka akan kembali ke Bandung.

“ kapan kamu akan kembali kesini? “ tanya Ny Anderson.
“ aku belum bisa menjanjikannya nek.. jika aku ada waktu, aku akan mengunjungimu lagi, percayalah... “ Dave memeluk erat neneknya, jika ia harus memilih, ia pasti lebih memilih neneknya dari pada kedua orangtuanya yang sangat jarang ia temui. Entah dimana sekarang orangtuanya, ia tidak pernah menanyakan hal itu.
“ nenek selalu menunggumu.. ingatlah itu, nenek sayang kamu.. “ ia cium kening cucu kesayangannya itu.
“ jaga kesehatanmu nek.. “ kini Dave sudah beranjak dari duduknya dan berjalan menuju mobil yang akan membawa dirinya dan juga Hyull ke bandara.

     Bali Ngurah Rai, yang juga dikenal sebagai Bandara Udara Internasional Denpasar. Terletak di selatan Bali, sekitar 13 km dari kota Denpasar dan kurang lebih setengah jam dari Pantai Kuta. Ngurah Rai adalah Bandara Internasional ketiga tersibuk di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta-Jakarta dan Bandara Internasional Juanda-Surabaya. Nama Bandara ini diambil dari pahlawan Bali yaitu Gusti Ngurah Rai yang berjuang melawan belanda selama perang revolusi di tahun 1945. Setiap tahun, Bali Ngurah Rai Internasional Airport melayani lebih dari lima juta penumpang. Wow..
Kini Dave dan Hyull sudah berada didalam pesawat, Hyull terlihat tengah terlelap, sepertinya beberapa hari ini membuat Hyull kelelahan dan pastinya banyak juga kenangan-kenangan manisnya di sana. Mereka berada di bagian eksekutif, Hyull memilih tempat duduk tepat disamping jendela, alasannya sih biar bisa melihat pemandangan. Tapi, kenapa Ny.Anderson memesankan tempat yang eksekutif untuk mereka? Agar mereka hanya duduk berdua sajakah?
“ dasar, katanya mau lihat pemandangan, malah tidur. “ walau kalimatnya sedikit terdengar kesal, tapi tanpa sadar Dave tersenyum, sepertinya Dave mulai merasa nyaman berada didekat Hyull, hanya saja kebiasaan Dave yang suka tiba-tiba cuek membuat siapa pun tidak bisa mengerti akan dirinya. Bahasa gaulnya. Misterius guy..
Dua jam sudah berlalu, pesawat sudah mendarat di Bandara Husein,  Pak Sucipto selaku satpamnya Dave sudah menunggu mereka, setelah mereka selesai memasukkan barang kedalam mobil, Mobilnya pun melaju menuju Setra Duta yaitu perumahan mewah dimana Hyull tinggal, tapi tanpa sepengetahuan Hyull, ternyata rumah Dave juga berada di perumahan itu, hanya saja jarak rumah mereka yang terlampau jauh, jika diandaikan, bagaikan Sabang-Merauke. Sudut ke sudut.
“ jadi non hyull juga tinggal di setra? “ tanya satpam sambil terus menyetir.
“ maksudnya pak? Juga tinggal di setra? “ Hyull tidak mengerti dengan pertanyaan yang Pak Sucipto lontarkan.
“ loh, den.. “ ia mencoba bertanya kepada Dave, ya, Dave memang tidak pernah mengatakan kepada Hyull bahwa ia juga tinggal di Setra.
“ kita satu perumahan.. “ jelas Dave singkat.
“ satu perumahan? Lu tinggal disini juga? Kok gw bisa gak tahu? “
“ karena lu gak pernah tanya, sudah pak perhatikan saja jalan. “
“ wah.. gila. Jadi selama ini kita satu perumahan dan gw gak tahu itu? “
“ sepertinya tidak ada yang harus di wah kan. Lagian kenapa kalau kita satu perumahan? “ pertanyaan yang sepertinya sangat susah untuk dijawab.
“ hah? Ya... ya gak kenapa-napa. “ lalu ia memilih diam dari pada salah bicara. Dave ini terkadang memang aneh, ia bisa saja berubah menjadi orang yang baik bahkan sangat perhatian, tapi ia juga bisa berubah total menjadi pria super cuek, bahkan bicara sepatah katapun susah. Walaupun Dave seperti itu, kini wanita-wanita di kampusnya mengakui ketampanannya, bahkan sikap cueknya menjadi daya tariknya. Apakah Hyull sama dengan wanita-wanita itu?

     Hyull sudah tiba dirumahnya, Kyunn sedari tadi menunggunya di halaman rumahnya demi menunggu adik satu-satunya ini, disaat ia mendapatkan kabar dari Hyull bahwa ia akan balik ke Bandung, Kyunn langsung menawarkan diri untuk menjemputnya, namun Hyull menolak, karena Dave mengatakan bahwa satpamnya sudah menuggu mereka di Bandara. Setelah Dave mengobrol sejenak dengan Kyunn, ia segera pamit lalu masuk kedalam mobil dan pergi. Tanpa pamit dengan Hyull.
“ dasar! “ kesal Hyull karena diacuhkan dengan Dave.
“ gimana liburan kamu disana? “ tanya Kyunn sambil mengangkan barang Hyull kedalam rumah.
“ lumayan.. kapan-kapan kita pergi berdua ya kak.. sekalian lu cari cewek disana! “
“ gak ada waktu! “ Kyunn memang selalu marah jika Hyull membahas tentang cewek, eits, Kyunn normal kok, hanya saja ia sedang tidak ingin memikirkan tentang cinta.
“ ahahha... lu lucu banget! “ canda Hyull membuat Kyunn ngambek dan berjalan dengan cepat untuk menjauh darinya. Kyunn meletakkan barang-barang Hyull diatas sofa lalu ia mengambil bola basket dan berjalan ke lapangan basket yang terdapat dihalaman rumahnya, ia coba untuk beberapa kali nge_shoot, walaupun tidak juga masuk, paling tidak ia bisa melupakan itu.. cinta.
“ kak, lu kenapa sih? Apa yang salah dengan.. “ Hyull masih tidak mengerti dengan Kyunn, apa yang sebenarnya telah terjadi dengannya sehingga ia begitu membenci wanita itu.
“ cukup hyull, lebih baik kamu istirahat sana, aku lagi ingin sendiri. “ jawabnya dan terus melemparkan bola ke arah ring.
“ mau gw ajarin kak, dari tadi bolanya meleset terus.. “
“ boleh deh, sini ajarin aku! “ Hebatnya Kyunn, ia bisa dengan mudah melupakan amarahnya hanya dalam sedetik, itu dikarenakan saking sayangnya ia kepada adiknya itu. Mereka pun bermain bersama, terlihat senyum bahagia dari wajah mereka, walau kini mereka hanya tinggal berdua tanpa orangtua bahkan saudara lainnya, tapi mereka tetap bisa hidup bahagia sama seperti keluarga lainnya. Kyunn sudah berjanji dengan dirinya sendiri, ia harus bisa membahagiakan adiknya yang sangat ia sayangi ini. Hyull.
Saat ini mereka tengah beristirahat, mereka duduk diatas ayunan, sambil menikmati jus melon yang baru saja Hyull buat, ini pertama kalinya Hyull membuatkan Kyunn minuman dan juga jus melon. Kenapa harus jus melon?
“ gak enak, aku kan gak suka melon hyull... “ Kyunn tetap berusaha untuk menghabiskan jus itu, paling tidak ini minuman pertama yang dibuat oleh Hyull.
“ ya sama, gw juga gak suka. “ jawabnya sambil terus meminum jusnya.
“ lah, terus kenapa kamu buat juga? Gimana sih? “
“ aku penasaran saja.. sudah ah, tinggal minum juga! “
“ huh kamu ini. “ Kyunn langsung meneguk jus itu hingga habis tak bersisa.
“ kak, kenapa sih nama kita jelek banget? Hyull, kyunn. Gak enak banget didengar.. jawanya gak dapat, sunda apalagi. Aceh gak mungkin, batak tambah gak mungkin. Heran deh sama mama papa, sepelit itukah mereka dalam memberikan nama kepada kita? “ pertanyaan yang masuk akal, karena sampai sekarang Hyull dan juga Kyunn tidak tahu menau arti dari nama mereka, tapi sepertinya nama mereka memang tidak memiliki arti.
“ aku juga gak tahu, lagian apalah arti sebuah nama, yang penting sekarang orangnya, buat apa namanya bagus tapi orangnya tidak sebagus namanya? “
“ iyasih, tapi nama kita itu loh.. lu tahu gak, nama dave itu keren banget loh. “
“ oh ya? Apaan? “
“ dave anderson. “
“ apa? “ Kyunn kaget. Kenapa?
“ iya, kemarin gw gak sengaja aja ngeliat nama dia dibawah lukisan yang baru saja dia buat, awalnya sih gw gak terlalu mikirin nama itu, tapi kan gak mungkin juga dia buat nama orang lain di lukisan yang dia buat sendiri. “ ucapnya serius.
“ kamu yakin akhir dari nama dia anderson? “ ia masih tidak yakin dari apa yang baru saja ia dengar.
“ kenapa sih? Ada yang salah? “ kini Hyull yang merasa aneh dengan ekspresi Kyunn.
“ ah, tidak. Hyull, aku ke kantor dulu, kamu istirahat lah. “ Kyunn langsung berlari kedalam rumah untuk mengambil jaket dan juga kunci mobilnya, tidak lama kemudian mobilnya sudah meluncur dengan cepat.
“ kenapa sih tuh anak? Gak mandi lagi, jorok! “ Hyull tidak terlalu mengambil pusing, ia malah kembali melanjutkan bermain basket dari pada masuk kedalam rumah dan tidak tahu mau melakukan apa.

     Sebuah sanggar lukisan. Ruangannya tidak begitu besar, kurang lebih berukuran 10x15 meter. Ruangan itu penuh dengan berbagai macam lukisan, bahkan ada lukisan yang diletakkan dilantai dikarenakan tidak ada lagi dinding yang kosong. Ada seorang kakek disana, ia sedang serius melukis, pria yang berumur 75 tahun itu mengetahui kedatangan Kyunn namun ia tidak menghiraukannya dan terus melanjutkan lukisannya, Kyunn yang sepertinya sudah mengerti dengan keadaan, ia memilih untuk duduk sambil memperhatikan lukisan yang ada dihadapannya.

“ ada apa? “ tanya pria tua itu setelah ia menyelesaikan lukisannya.
“ bolehkah aku melihat lukisan sahabatmu? Lukisan yang dulunya pernah kamu perlihatkan kepadaku... “ Kyunn mencoba meyakinkan kakek tersebut, hubungan mereka sudah sangat dekat, dulunya disaat Kyunn dicampakkan begitu saja dengan sepupu dari orangtuanya, tepatnya disaat kedua orangtuanya sudah meninggal, kakek inilah yang menampungnya untuk beberapa saat, sampai akhirnya ia mempunyai sebuah pekerjaan yang tetap dan mampu membeli sebuah rumah, ia baru memberanikan diri untuk meninggalkan kakek itu, tetapi hal itu tidak membuatnya berhenti untuk mengunjungi sanggar ini, bagaimanapun juga sanggar ini pernah menjadi tempat tinggalnya. Kakek itu memang terkenal dengan sikap dinginnya, dari cara bicaranya yang terdengar ketus memang sangat menyakiti siapapun yang mendengarnya. Namun hal itu tidak membuat Kyunn membencinya, ia malah mencoba mencari tahu penyebab dari sikap si kakek yang sampai akhirnya ia mengetahui semua cerita si kakek yang sebenarnya merupakan penyebab dari permasalahan ini. Sikap ketusnya. Karena kakek itu merasa bahwa Kyunn dapat dipercaya, ia bersedia membawa Kyunn kedalam sebuah ruangan yang sangat dirahasiakan keberadaannya dan kembali memperlihatkan lukisan tersebut. Karena lukisan yang ia maksudkan sangat di rahasiakan, tidak ada satupun orang yang mengetahui keberadaan lukisan itu selain Kyunn.
“ astaga! Nama mereka sama! “ nama yang tertera dilukisan itu membuat Kyunn kaget bukan main.
“ apa maksud dari kata-katamu! “ nada bicara kakek itu terdengar tinggi.
“ mr anderson dan dave anderson. “
“ a,apa? Tolong jelaskan padaku! “ kakek itu semakin penasaran.
“ sahabatmu, mungkinkah ia memiliki seorang cucu? “ Kyunn mulai menanyakan hal lain.
“ apa katamu? Itu tidak mungkin! Mereka bahkan tidak sempat menikah, mereka telah membunuh sahabatku dan juga kekasihnya! “ amarahnya meninggi, Kyunn sepertinya sudah mengetahui semua cerita mengenai sahabat kakek itu. Mr Anderson.
“ tapi.. adikku mempunyai seorang teman yang bernamakan dave anderson, anderson! “
“ mungkin itu hanya sebuah kebetulan, kamu pulanglah, saya mau melanjutkan melukis. “
“ tolong percayalah padaku mr dean! “ Kyunn kembali mencoba meyakinkan kakek itu.
“ tolong jangan mengganggku, aku sedang sibuk, kamu kan tahu sendiri, sebentar lagi pameran lukisan akan di adakan, aku harus segera menyiapkan 20 lukisan... jadi tolong jangan menggangguku.. “ terlihat ekspresi lelah diwajahnya, tetapi lebih tepatnya lelah ditambah syok.
“ baiklah.. maafkan aku yang sudah mengganggumu, mr.dean. “ Kyunn berjalan dengan lesu menuju mobilnya, ia kembali termenung, sepertinya ada sesuatu yang harus ia cari tahu dibalik nama Dave Anderson dan Mr. Anderson.

     Mr Dean merupakan sahabatnya Mr Anderson, kakeknya Dave. Mereka berdua bersahabat dari mereka berumur 10 tahun. Disaat akan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi, mereka berdua sama-sama memilih Sydney sebagai tempat dimana mereka akan melanjutkan pendidikannya. Fakultas mereka juga sama, Faculty of Art. Kedua sahabat ini sama-sama menyukai seni lukis, dan yang membuat mereka berteman bahkan menjadi sahabat juga dikarenakan sebuah lukisan. Memilih Faculty of art guna untuk mempelajari seni lukis. Dimasa perkuliahan, Anderson dikenal sebagai pelukis terkenal sekampus dan lama-kelamaan karyanya dikenal sampai keluar wilayah perkampusan, hingga suatu ketika seorang kontraktor berkeinginan membeli salah satu dari lukisannya, dan lukian yang dipilihnya yaitu lukisan yang sangat ia sayangi, dimana lukisan itu adalah sebuah hadiah yang akan dia berikan kepada sang kekasih yang pada saat itu berada jauh darinya, yaitu di Bali. Kontraktor tersebut terkenal sekali dengan kekejamannya yang sering ia lakuakan kepada siapapun yang dapat membuatnya marah, dan tentu saja penolakan yang dilakukan Anderson sangat membuatnya merasa direndahkan, ia bahkan menawarkan dengan harga yang sangat fantastis dan hasilnya tetap sia-sia, Anderson tetap menolaknya. Seperti biasa, karena ia merasa Anderson sudah sangat berani terhadapnya, ia memerintahkan anak buahnya untuk membunuh Anderson dan merampas lukisan tersebut. Mr Dean sudah mencoba membujuk sahabatnya itu untuk merelakan lukisannya, karena nyawanya berada pada lukisan tersebut, namun tetap saja tidak di hiraukan. Anderson sudah membuat lukisan itu dari awal ia menginjakkan kakinya di Sydney sampai 2 tahun lamanya, ia membuat lukisan itu secara perlahan, lukisan itu sebagai tanda bahwa ia masih sangat mencintai kekasihnya dan disuatu saat nanti disaat ia sudah menjadi orang yang sukses, ia baru akan menyerahkan lukisan itu kepada kekasihnya Hirana. Ny.Anderson.

Next Part 7

2 komentar:

Unknown said...

mkinrumitceritanya + pnasarn!

Unknown said...

ditunggu saja ya.... ;)