“ salahkah ku bila.. kaulah yang ada dihatiku... “ lagunya Maliq n d’essential yang berjudul Untitled terus-terusan ia nyanyikan, sambil duduk santai diatas pasir pantai dan juga menikmati suasana pesisir pantai yang kini sudah ramai dengan kehadiran turis, terlihat wanita dan pria tak berpakaian lengkap(hihihii..), ada juga sepasang kekasih yang sedang......kissing?
“ ahahha.. lu
lucu banget! “ seorang pria yang baru saja duduk disampingnya tertawa
dikarenakan kata-kata yang baru saja ia ucapkan. Hyull masih belum mengerti
maksud dari pria tersebut, maksud ia tertawa dan menatapnya, maksud ia mengatakan
“ lu “ yang menunjukkan bahwa kalimat itu tertuju untuknya, kalimatnya yang terdengar
akrab, seakan saling kenal.
“ gak ingat
sama gw? “ tanya pria itu kembali.
“ hah? “
“ hah? Cuma
hah? “
“ ihihii.. “
dari pada terlihat bego, Hyull memilih tertawa.
“ beneran gak
ingat? “ jawaban yang pria itu dapatkan yaitu berupa gelengan kepalanya.
“ baiklah kalau
begitu, tunggu disini, gw mau beli minuman. “ katanya seraya pergi untuk
membeli minuman, kata-kata itu sedikit mengingatkan Hyull dengan wajah pria
itu.
“ mukanya cakep
sih, masa sih cowok cakep begitu kenal sama gw. Lagian ini kan di Bali..”
pikirnya, dan kembali menyanyikan lagunya Maliq n d’’essential. Angin datang
tanpa diundang, tapi Hyull tidak ada kepikiran akan turunnya hujan, ia terlalu
terjerat dengan keindahan pantai ini. Langit masih sangat cerah, ia berniat
untuk menyaksikan sunset seorang diri, pancaran sinar matahari bisa membuat
jiwanya tenang, tanpa diminta pasti senyumannya akan mengiringi kepergian
matahari itu.
Bali, sekarang
ia berada di Bali tepatnya pantai Kuta. Kuta merupakan tempat menarik, terletak
di kecamatan Kuta sebagai salah satu kecamatan di Kaupaten Bandung, Bali,
sekitar 10 menit dari bandara. Terletak pada bagian selatan dari pulau dan
terkenal dengan pantai berpasir putih, tempat yang tepat untuk berselancar dan
untuk melihat matahari terbenam. Kebetulan rumah keluarga Divane tidak jauh
dari pantai Kuta, kira-kira sekitar 100 meter saja. Karena itu Hyull meminta
Divane untuk meninggalkannya sendiri disini, pesisir pantai.
“ ini untuk lu.
“ Pria itu sudah kembali ketempat semula sambil memberikannya sebotol minuman.
“ makasi, tapi
gw kan.. “ Hyull mencoba menolak, bagaimanapun Kyunn sudah sangat sering
mengingatkan dirinya untuk tidak dengan mudah menerima makanan maupun minuman
dari orang yang baru saja ia kenal.
“ ini bukan
pertama kalinya gw bayarin lu kali.. masih gak ingat juga? “ pria itu memcoba
membantu Hyull untuk kembali mengingatnya.
“ oh ya? Tapi
maaf banget, gw memang........ ah, kantin! Kamu yang dikantin atlit itu? Yang
bayarin gw minuman? Arrr..Arrr... “ Hyull mencoba mengingat namanya.
“ Arsha.. nama
gw Arsha. “ tepat sudah, pria itu adalah Arsha, Kapten basket di kampus mereka,
Pria tertampan di kampus mereka juga, walaupun banyak info mengatakan bahwa
kehadiran Dave mulai merebut fansnya.
“ sorry gw
lupa.. “
“ ok gak
masalah, lagian kan kita memang belum kenalan. “
“ iyasih, nama
gw Hyull. “ katanya sambil mengulurkan tangan yang dengan cepat Arsha sambut,
seakan belum mengetahui nama Hyull, ia sambut seiring senyuman mautnya, tapi
sayang, sepertinya Hyull tidak terpengaruh.(ahahha)
“ lu kesini
dengan siapa? “ Arsha mulai membuka obrolan.
“ dengan
teman.. “ jawabnya tanpa menanyakan kembali.
“ teman? “
tambahnya sambil melirik kesekitar mereka dalam arti mencari temannya.
“ gw minta
ditinggalkan sendiri disini, dianya sih lagi ngumpul dengan keluarganya.. “
jelasnya santai tanpa mengetahui ekspresi muka Arsha yang sudah mulai penasaran
siapa teman yang ia maksud.
“ keluarga? Dia
bawa lu kesini untuk bertemu keluarganya? “
“ ia, kenapa
sih? Tanyanya detail amat. “
“ ah, gak
kenapa-kenapa, gw penasaran saja sama lu.. “ sebuah kalimat yang awalnya tidak
ingin ia keluarkan, mungkin saja jika Nick mendengarnya akan langsung
menertawakannya, bagaimana tidak, awal mula Arsha melihat Hyull, ia
terang-terangan didepan Nick bahwa ia tidak tertarik pada Hyull, sepertinya
semua itu musnah sudah. Bisa bertemu Hyull di Bali merupakan sebuah anugerah
yang luar biasa baginya.
“ penasaran?
Ahahha... “ Hyull tertawa lepas, ia merasa pernyataan itu sangat menggelikan.
“ kenapa? Lucu
kah? “
“ tidak, hanya
ingin tertawa. “
“ ini pertama
kali gw melihat lu tertawa, hem... gw jadi penasaran, kalau lu sedang nangis
gimana ya? Atau.. lu sedang ketakutan. Ahahha... “ Arsha semakin penasaran
dengan Hyull, tepatnya, Arsha semakin menyukai Hyull.
“ apaan sih, gitu
banget! Mau ketawa atau tidak muka gw tetap aja bgini.. “
“ ahahha..
iya-iya. “ mereka berdua mengobrol dengan santai, Hyull yang awalnya cuek
terhadapnya kini dapat ia luluhkan secara perlahan, Playboy memang paling bisa.
Angin semakin kencang, langit mulai meredup seiring kepulangannya matahari,
Hyull sedang mengamati kepergian matahari itu sambil ditemani Arsha yang sedari
tidak tidak bosan-bosannya mengajaknya mengobrol.
Gerimis!
“ kok gerimis
sih, lagi enak santai juga.. kita pindah yuk, masuk kafe itu aja... lu mau kan?
Kafe itu enak loh, desainnya... Hyull! Lu kenapa? “ ia baru menyadari ketika
melihat Hyull, badannya gemetaran dan mukanya pucat.
“ gak, gak, gw
gak kenapa-kenapa.. bawa gw pergi dari sini, kayaknya gw gak begitu sanggup untuk
berjalan.. “ untuk berjalan sepenuhnya sepertinya ia tidak akan sanggup, Arsha
yang sepertinya mengerti dengan keadaan Hyull, ia langsung menggandeng Hyull
menuju kafe yang ia maksud, terlihat jelas bahwa dirinya cemas dengan Hyull,
wanita yang ia suka ketakutan, ia semakin meyakinkan dirinya, Arsha menyukai
Hyull.
“ Dave.. “
batinnya, Hyull melihat Dave sedang berjalan membelakangi mereka, ia berjalan
menundukkan kepala tanpa sesekali melihat kebelakang, ingin sekali Hyull
berteriak memanggilnya, tetapi ia sedang tidak sekuat itu, ia tahu maksud Dave
datang pasti atas perintah Divane. Tapi, kenapa Dave tidak menemuinya?
Langit yang mulai meredup ditambah angin
yang semakin kecang membuat Dave semakin mengkhawatirkan keadaan Hyull, apalagi
setelah rintikan halus hujan mulai membelai tubuhnya, ia berlari sekuat tenaga
guna mencari wanita itu, wanita yang mampu membuatnya sekhawatir ini. Ia
telusuri seluruh pondok tempat dimana orang sering duduk disana agar terlindung
dari hujan, ia tidak menemukannya, ia coba mencari Hyull disetiap kafe yang
terdapat disekitar pantai, tetap tidak ada.
“ kemana dia?
Gerimis begini bagaimana mungkin dia tidak berlindung! “ Dave memilih mencari Hyull
ke pesisir pantai walaupun menurutnya Hyull tidak mungkin berada disana disaat
gerimis seperti ini.
Wanita itu, ia
melihatnya. Hyull sedang berjalan bergandengan dengan seorang pria yang tidak
Dave kenal, Pria itu terlihat sangat panik, terlihat dari kejauhan, sepertinya
pobhia Hyull kembali, ekspresi mukanya yang terlihat tegang, tangannya
menggenggam erat tangan pria tersebut, tangan pria tersebut, tangan pria
tersebut. Dave memperhatikan kedua tangan itu, kedua tangan yang saling
menggenggam erat. Huh.. terdengar hempasan nafasnya, seperti baru saja menahan
nafas, kenapa kamu Dave? Menurutnya Hyull sudah ada yang menjaga, karena itu ia
kembali kerumah, berjalan tanpa menghiraukan air hujan yang perlahan menderas,
dan tiba dirumah dengan pakaiannya yang sudah basah.
“ Dave, kok
sendiri? Hyull mana? “ tanya Divane yang sedang menunggu di teras, ia terlihat
gelisah dan merasa bersalah karena sudah meninggalkan Hyull sendirian.
“ sorry, gw gak
ngelihat dia, mungkin dia sedang bersama temannya atau apalah, lu masuk aja,
diluar dingin, gw masuk duluan. “ jelasnya dan mencoba berbohong.
“ kok bisa? Loh
Dave.. kamu cari lagi dong.. ini kan sedang hujan, kalau Hyullnya kenapa-kenapa
gimana? Dave...! “ percuma, Dave sudah menghilang dibalik pintu. “ ah kamu ini
Dave, bagaimana ini.. aku semakin merasa bersalah kepadanya.. bagaimana kalau
aku saja yang.. “
Trrrt....trrrrt...
Handphonenya
bergetar, setelah ia melihat, tertera nama Hyull disana, dengan cepat ia
menjawabnya.
“ halo hyull,
Kamu, kamu gimana? Keadaan kamu gimana? Kamu dimana sekarang, aku akan segera
menyusulmu. “ setelah mendapatkan jawaban ia langsung memutuskan teleponnya dan
langsung menemui Hyull.
Papa’s Cafe. Sebuah restoran Italia
terbaik(the numero uno Italian Restauran),
pada tahun 2004 dimana disini menawarkan pengalaman bersantap yang luar biasa.
Papa’s cafe merupakan restoran Italia yang memberikan pelayanan menu-menu
otentik Italia di tepi pantai Bali, dengan dilatarbelakangi oleh deburan ombak
yang besar dan memuat betah banyak pengunjungnya, begitu juga dengan Hyull,
kini ia tidak secemas tadi, keadaannya mulai pulih, Arsha memesankannya
secangkir coklat panas dan seporsi pasta yang merupakan makanan khas Italia,
Arsha juga memakaikannya jaket yang tadinya ia pakai, Arsha sangat menjaganya.
Terlihat Divane didepan pintu kafe, Hyull pun melambaikan tangannya agar Divane
mengetahui keberadaanya,
“ kak, sini! “
ucapnya keras sambil melambaikan tangan. Divane berlari menjumpainya.
“ hyull,
bagaimana keadaan kamu, phobia kamu, kamu tidak... “
“ tidak, aku
baik-baik saja.. tenanglah..” jawabnya tenang, sikap Divane mengingatkannya
kepada Kyunn, Kyunn yang selalu cemas terhadapnya.
“ benarkah,
hyull maafkan aku, seharusnya tadi aku menemanimu.. “
“ sudahlah kak,
lagian aku tadi bersama teman. Kenalkan, ini Arsha seniorku... “ Hyull mencoba
mengenalkan Divane dengan Arsha yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.
“ astaga,
maafkan aku, aku tidak melihatmu dikarenakan terlalu mencemaskannya. Namaku
Divane.. aku kakaknya Dave.. “
“ saya Arsha,
Dave? “ sepertinya Arsha tidak mengenal Dave, tentu saja tidak, Dave yang
terkenal cuek dan suka menyendiri tidak akan dengan mudah diketahui
kehadirannya.
“ iya Dave,
kamu tidak kenal? Bukankah kalian satu universitas? “
“ oh maaf, saya
tidak.. “
“ begini kak,
dia senior kami, dan aku juga baru mengenalnya, dan aku rasa mereka juga belum
pernah bertemu.. “ Hyull mencoba menjelaskan.
“ begitu?
Yasudah, kalau begitu salam kenal.. ah, saya boleh bawa Hyull pulang? dia harus
segera beristirahat. “ tanya Divane dengan sopan.
“ tentu saja
boleh, dia memang harus beristirahat. Pulanglah Hyull.. “ Arsha
mempersilahkannya.
“ makasih kak,
gw pulang dulu.. “ pamitnya kepada Arsha. Divane pun membantu Hyull berdiri,
mereka pulang berjalan kaki sambil kembali mengobrol.
“ hyull.. “
Ucap Divane disela perjalanan mereka.
“ ya? “
“ pria itu,
tampan juga.. “
“ ahahha... “
sebuah pernyataan yang malah dijawab Hyull dengan tawa.
“ lucu? Kamu
gak suka sama dia hyull? Tampan banget loh.. “ tanya Divane heran dan terus
menatap Hyull tajam.
“ jangan
menatapku begitu.. lagian, kenapa harus suka? Kakak ini.. “
“ benarkah?
Jadi kamu tidak suka? “
“ kakak.. tidak
perlu ku ulang kan? “
“ baiklah!
Bagus kalau begitu. “ Divane mulai memikirkan sebuah rencana terhadap Hyull
yang masih menjadi rahasia, apakah itu?
“ bagus? Bagus
apanya? “
“ ah sudahlah,
kita harus segera kembali, mereka sedang menunggu kita di meja makan. “
“ tapi kak, aku
malu.. “
“ kamu itu
tamuku, tamu kami, tenang saja. “ mereka
mempercepat langkahnya, syukur gerimis sudah tiada, jadi Divane bisa segera
membawa Hyull pulang.
Keluarga Anderson menyambut Hyull dengan
ramah, Hyull sangat nyaman dengan keluarga ini, Dey yang banyak bicara dan juga
Ny Anderson yang tersenym ramah kepadanya, ditambah dua pria muda yang sejak
tadi menawarkan makanan kepadanya, tapi.. Dave, dia tidak terlihat, dimana dia?
Menggaris kesana kesini, kertas yang
tadinya putih bersih kini sudah penuh dengan lukisannya. Dave, yang sudah lama
tidak melukis, kini disaat ia kembali kerumah neneknya, rumah kakeknya, hadir
sebesit perasaan rindu akan gerakan indah yang menghasilkan karya yang indah
yaitu lukisan. Tangan dan jarinya bergerak dengan lihai dan terlihat kerjasama yang
baik dengan pensil yang dipegannya, setelah beberapa menit, terlihat dengan
jelas hasil lukisan yang tidak bisa diremehkan nilai seninya itu, sebuah pohon
besar dengan daunnya yang lebat, dibawahnya terdapat sebuah kursi berukuran
untuk dua orang, kursi yang terlihat sedang diduduki dengan dua sepasang
kekasih, sang pria memakai topi berbentuk seperti topi koboy, sedangkan sang wanita
memakai syall tebal, wajahnya tidak terlalu jelas dikarenakan Dave melukis
kedua sepasang kekasih itu dengan ukuran yang kecil. Setelah selesai melukis,
ia tersenyum sebagai tanda kepuasaannya akan lukisan itu. Ia berjalan keluar
dari kamarnya dan memilih duduk di balkon ruang tengah, ruang tengah yang
terdapat dilantai tiga ini mempunyai sebuah balkon yang luas, balkon itu juga
menghadap langsung ke pantai sehingga balkon ini menjadi tempat favoritnya.
Seorang wanita
menduduki kursi dimana tempat ia duduk biasanya, wanita itu juga sedang bermain
dengan kertas dan bolpoin, tidak, ia tidak melukis, tapi entah apa yang ia
tulis, sebuah kalimat yan tertata rapi dan memiliki banyak halaman, seperti
sebuah cerita.
“ hyull? “
pikirnya dan tanpa sadar ia katakan sehingga wanita itu yang ternyata Hyull
menoleh kepadanya.
“ hey,
duduklah. “ katanya sambil menepuk tempat disampingnya, sebuah kursi berukuran
satu meter, seperti tertuju hanya untuk dua orang. Dave yang pada saat itu
posisinya sudah sangat dekat tidak mungkin menolak, ia memilih untuk duduk
bersama Hyull. Tidak terdengar satu kalimat pun dari mulut mereka berdua, ada
apa ini?
“ tadi lu.. “
Hyull mencoba bertanya tentang penglihatannya dipesisir pantai tadi.
“ kenapa? “
tanya balik Dave bersaman dengan tatapannya yang sebenarnya biasa saja, tapi,
bagi Hyull tatapan itu sedikit menusuk.(wow!)
“ ah, tidak
kenapa-kenapa, lupakanlah. “ tidak bisa menahan nervous akibat tatapan Dave
barusan membuat Hyull membatalkan pertanyaannya.
“ td gw mau
jemput lu, tapi sepertinya lu sedang bersama seorang pria, makanya gw balik. “
jelas Dave tanpa titik koma, kini tatapannya tepat memandang pantai.
“ itu.. senior
kita, dia kapten basket dikampus.. lu gak kenal? “ berharap Dave mengenal pria
itu, tidak tahu kenapa, ia hanya berharap seperti itu.
“ tidak. “
jawabnya singkat.
“ gak heran sih
lu gak kenal, lu kan cowok.. ahahha.. “ sedikit merenggangkan suasana, Hyull
mencoba tertawa.
“ hyull, tolong
jangan tertawa disaat seperti ini, terlalu mengagetkan.. “ Dave yang sedari
tadi serius memandang pantai dengan damai berhasil dikagetkan dengan tawaan
Hyull yang sebenarnya bukan sebuah tawa nyatanya.
“ ia sorry, gak
asik banget. “ pipinya memerah, seharusnya Hyull berterimakasih dengan malam
karena sudah meredupkan rona pipinya, jika Dave melihat rona itu, mungkin Dave
akan berpikir yang tidak-tidak.
“ lu nulis? “
“ iya, tulisan
lama, sudah lama gak gw sambung, lagi banyak inspirasi jadi apa salahnya kalau
gw tulis saja.. itu, lukisan lu? Lu yang lukis? Wah.. “ Hyull baru menyadari
lukisan yang ada ditangan Dave setelah ia meliriknya, ia terkagum dengan
lukisan itu, tidak bisa dibilang lukisan biasa, lukisan yang terdapat sebuah
cerita didalamnya yang pastinya Hyull sangat ingin tahu apa cerita itu.
“ bolehkah gw
tahu cerita dari lukisan lu? “
“ dari mana lu
tahu “ Dave tidak menyangka bahwa Hyull bisa menyadari terdapatnya sebuah
cerita pada lukisannya.
“ apanya? “
“ kalau lukisan
ini ada ceritanya.. “
“ setiap garis
yang tertata didalamnya merupakan sebuah pertanda yang erat bahwa lukisan ini
memiliki cerita, itu dapat dengan mudah gw temukan Dave.. ceritakan dong,
penasaran nih.. “
“ tidak, tidak
sekarang. “
“ hah,
maksudnya? “
“ gw bakalan
cerita sama lu, tapi tidak sekarang.. gw masuk dulu. “ ia berjalan menuju
kamarnya. “ besok bangunlah pagi-pagi. “ tambahnya dan masuk kedalam kamarnya.
“ hah,
pagi-pagi? Buat apa coba? Dasar, ngobrol sama dia selalu gantung! Hoamm... gw
tidur juga deh, penasaran dengan besok. “ Hyull pun melangkahkan kakinya menuju
kamarnya. Tanpa mereka sadari, sedari tadi Divane mendengarkan percakapan
mereka, ia bersembunyi dibalik jendela yang menghubungkan antara ruang tengah
dan balkon, dengan serius ia serap setiap kalimat yang dua manusia itu ucapkan.
Divane, apa yang kamu pikirkan?
Cuaca pagi ini sangat bersahabat, matahari
mulai memancarkan sinarnya, sepertinya hari ini akan menjadi hot summer karena itu Hyull memilih
memakai kaos tanpa lengan dan celana basket yang selalu menjadi celana
favoritnya, ditambah sepatu hip hop yang besar, tidak lupa membawa mp3 player
untuk menghilangkan bosan disaat diperlukan. Ranselnya sudah penuh dengan beberapa
barang yang menurutnya penting.
“ kita cuma
bersepeda hyull, turunkan ransel lu itu! “ tegur Dave yang pusing melihat Hyull
memeriksa barang bawaannya.
“ tapi kan gw..
“
“ turunkan.. “
“ baiklah,
kenapa tidak bilang dari tadi! Is. “ hal hasil ia tidak membawa apa-apa, hanya
mp3 player yang selalu berada dalam kantong celananya.
Sepasang sepeda
meluncur bebas, terlihat wajah senang dari mereka berdua, walaupun matahari
sudah mencoba memanaskan keadaan, udara sejuk dipagi masih saja terasa,
sesekali mereka mencoba mempercepat dayungan dan disaat merasa lelah mereka pun
turun dari sepeda lalu mendorong sepeda tersebut.
“ huh, capek
banget.. “ keluh Hyull yang sudah menepi dibawah pohon kelapa.
“ baru juga
setengah perjalanan, sudah capek aja lu. “ sambarnya sembari duduk disamping
Hyull.
“ kita mau
kemana sih? “
“ taman safari,
makanya jangan kebanyakan istirahat, masih ada 15km lg.. “ jelasnya dan sudah
kembali menaiki sepedanya.
“ hah! 15km
lagi? Berapa lama itu? “ itu lumayan jauh menurutnya, pantas saja ia kelelahan,
mereka sudah berdayung sangat jauh.
“ maka itu,
kita harus cepat, bangkit lah.. “ sepasang sepeda itu kembali meluncur dan kali
ini jelas sudah, mereka menuju Taman Safari yang Berada tidak begitu jauh dari
kota Denpasar tetapi sangat jauh dari Kuta. Hyull yang tidak terbiasa mendayung
sejauh ini mulai keletihan, tapi syukur ia seorang atlit, pastinya ia bisa
mengontrol daya tahan tubuhnya ini.
Taman Safari
Bali (Bali Safari and Marine Park) adalah lokasi wisata yang berisi aneka satwa
dari berbagi penjuru dunia yang habitatnya dibuat semirip mungkin dengan
aslinya. Kawasan ini merupakan objek wisata nasional yang dibangun diatas lahan
seluas 40 hektar. Terdiri dari 80 spesies dan 400 ekor satwa yang berasal dari
tiga wilayah, yaitu, Indonesia, India, dan Afrika. Taman Safari juga dilengkapi
dengan berbagai arena bermain seperti Roller Coaster, Twister dan juga terdapat
sebuah kawasan Fun Zone yang disediakan khusus untuk anak-anak berusia maksial
10 tahun. Sesampai mereka disana, tak terlihat ekspresi lelah dari muka mereka,
begitu juga dengan Hyull, seketika senyumnya merekah setelah melihat berbagai
macam hewan yang terdapat disana, setelah puas melihat berbagai macam satwa,
Hyull mengajak Dave untuk menaiki Roller Coaster, namun sayang..
“ tidak! “ Dave
menolak dengan cepat.
“ loh, kenapa?
Ayolah... “ ia terus membujuk Dave agar mau menemaninya menaiki permainan yang
seenarnya sangat ditakuti Dave.
“ sudah gw
katakan, tidak! “ Dave tetap menolak bahkan berjalan menjauh darinya.
“ ya! Dave! Dasar
penakut! Cuih. “ kalimat itu ternyata membuat Dave sebal, kata “pengecut”
sangat menyayat kupingnya, dan akhirnya ia memilih untuk menguatkan dirinya, ia
luluh juga, tetapi tepatnya sih tidak mau dibilang pengecut...
Mereka pun
menaiki permainan mengerikan itu.
Putaran
terakhir sudah selesai, mereka kini sudah duduk di sebuah kafe guna untuk
menghilangkan seberkas rasa takut, tidak, bukan Hyull, tetapi Dave.
“ ahahha... gak
nyangka gw, roller coaster saja lu sampai begini.. “ candanya yang merasa geli melihat
Dave yang sedari tadi terdiam dan pucat. “ minum yang banyak, terus kita naik
yang lain lagi...” diberikannya sebotol minuman yang baru saja ia beli.
“ sehabis ini
kita pulang saja. “
“ pulang, yang
benar saja? Kita kan belum habis.. “
“ pulang.. “
kata terakhir membuat Hyull berhenti membantah. Tapi ia kembali tersenyum
ketika mengetahui bahwa mereka pulang tidaklah menaiki sepeda lagi, sepeda yang
tadinya masih terparkir kini sudah diangkut kesebuah mobil untuk dibawa kembali
ke Kuta, Dan mereka, Dave sudah mempersiapkan sebuah motor berwarna biru tua
sama persis dengan motornya yang dibandung, Kawasaki Ninja 300.
“ naiklah. “
perintahnya seraya menyodorkan sebuah helm berwarna biru muda, masih dengan
senyuman Hyull menyambut helm tersebut dan segera menaiki motor besar itu.
Cuaca disore
ini sangat bagus, tidak ada tanda-tanda bahwa akan turunnya hujan, pikir Hyull.
Dave membawa motornya dengan kecepatan sedang dengan maksud agar lebih
menikmati perjalanan mereka, disaat Hyull mendapatkan tempat yang menurutnya
menarik, ia meminta Dave untuk mengentikan laju motornya agar ia bisa
berfoto-foto sejenak, setelah puas mengambil beberapa gambar mereka pun kembali
melanjutkan perjalanan. Diperjalanan Hyull sempat mengajak Dave mengobrol yang
menurut Dave tidak terlalu penting untuk dijawab.
“ dave! Kemarin lu kepantai karena khawatir sama gw kan? “ teriaknya, sayangnya Dave tidak
menghiraukannya. “ dave, lu dengar gw gak sih? benar kan?
“ ulangnya dikarenakan terlalu penasaran dengan kejadian sehari yang lalu.
“ diamlah,
suara lu terlalu menganggu konsentrasi gw.. “ jawaban yang tidak sedikitpun menyinggung
dari pertanyaan yang Hyull lontarkan.
“ huh, dasar,
bilang iya saja susah! Gengsi lu boros banget. “ batinnya. “ Dave, bisa tidak
kalau kita tidak pulang dulu? Ke pantai dulu ya, kemarin gw gagal liat sunset
sampai tuntas.. “ pintanya, kemarin ia tidak dapat menikmati kepergian matahari
itu dengan tuntas dikarenakan hujan turun tanpa sepengetahuannya.
“ ini sudah
terlalu sore, gw gak yakin bisa keburu.. “
“ ah, tolonglah
Dave.. gw... “
“ pegangan yang
erat. “ jawabnya sebagai pertanda bahwa ia mengiyakan permintaan Hyull, Dave
mempercepat laju motornya sehingga membuat Hyull secara reflek memeluknya.
Dug, dug, dug.
Jantung mereka
berdetak serentak, serentak kacaunya, waktu seakan berhenti. Oh tidak, ini
seperti di novel-novel saja!
Hyull merasa asing
dengan pelukan yang ia lakukan, tapi aneh, tidak ada keinginan untuknya
melepaskan pelukan itu, nyaman, pikirnya. Terlihat sedikit senyuman dibibirnya,
dan juga dibibir Dave. Romansa anak mudah. Hem.. hem..
Tepat disaat
sunset mulai berlangsung, mereka sudah tiba di pantai kuta, senyuman Hyull
semakin merekah setelah melihat sunset itu, hari ini merupakan salah satu
dimana hari yang sangat ia suka, setiap peristiwa yang ia alami memiliki
nilainya masing, dan juga, hari dimana hanya ia dan Dave. Perfect!
“ makasih dave,
pas banget sampainya, makasih banget. “ ucapnya masih dengan senyuman
merekahnya.
“sudah selesai
kan? Kalau begitu kita pulang saja. “ tidak menghiraukan perkataan Hyull, Dave
langsung menaiki motornya, dipandangnya Hyull dengan maksud agar wanita itu
segera menaiki motornya.
“ lu ini
benar-benar! “ tidak ada lagi senyuman dibibirnya, kali ini ia kembali dibuat
kesal dengan Dave, pria itu terlalu cuek, berbeda jauh dengan Dave yang di
Bandung.
“ cepetan.. “
“ iya.. ya.. “
mukanya yang manyun hampir membuat Dave tertawa, namun Dave berhasil
menahannya, menurut Dave, Hyull terlalu polos dalam bertindak dan itu merupakan
daya tarik dari dirinya.
Rumah
Ny.Anderson terlihat ramai, terdengar suara sekumpulan wanita yang sedang
bergosip, tapi Dave terlihat biasa-biasa saja dan tetap berjalan dengan santai,
tidak seperti Hyull, ia berlari saking penasaran dengan suara ribut itu.
Hanya ada Dey
Anderson, Divane, dan... seorang wanita. Siapakah wanita cantik itu?
“ hey Hyull,
kemarilah, kenalkan ini Fona, temannya Dave.. “ sapa meriah Dey.
“ Fona.. “ sapa
wanita itu ramah, tapi terlihat seperti dipaksakan.
“ Hyull.. “
“ loh, lu
bukannya cewek yang dulunya didepan toko musik itu? Yang jatuh tersenggol
bukan? “
“ apa! Jadi dia
wanita itu? “ pikirnya kesal. “ ah, iya.. “ Hyull terlihat enggan melihatnya.
“ Dave! “
hebohnya setelah meihat kehadiran Dave dan langsung memeluk Dave dengan erat.
“ lu sedang apa
disini? “ tanya Dave setelah ia melepaskan pelukan itu.
“ aku tuh
kangen sama kamu, setelah kepergian aku ke Jakarta kemarin, kita jadinya tidak
bisa bertemu, makanya aku nyusul kamu kesini. “ cara bicaranya yang sepertinya
berlebihan sukses membuat kekesalan Hyull semakin menunjak. Tak ingin melihat
peristiwa menggelikan itu lebih lama, Hyull memilih untuk kekamar untuk
membersihkan tubuhnya yang sudah seharian tidak mandi. Setelah itu ia kembali
duduk di balkon lantai 3 guna untuk menyambung cerita yang sedang ia tulis.
“ wanita itu
berlari tiada henti, sambil menangis ia terus berlari. Kenyataan membuat
dirinya sangat terpukul, Ia terlalu rapuh, pria yang ia cintai seperti
mengacuhkannya begitu saja dan memilih wanita lain. Namun juga salah dirinya
yang tidak juga mengakui perasaannya kepada pria tersebut, bahwa ia.. “
“ kamu sedang
apa hyull? “ tanya Divane yang tanpa sepengetahuannya sudah berada disampinya.
“ mencintainya!
“ kagetnya ketika mendengar pertanyaan dari Divane.
“ siapa? “
tanya Divane.
“ ah kak, aku
sedang menulis.. “
“ oh, kakak
kira kamu mencintai seseorang.. nulis apa sih? Panjang amat. “
“ novel.. “
“ kamu bisa
nulis novel? Wah, hebat dong. “ pujinya.
“ baru sekadar
menulis kak, belum menjadi penulis. Oh ya kak, wanita itu siapa sih? “ kini ia
sudah menutup bukunya dan mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang wanita yang
dulunya pernah memaki dirinya.
“ dia wanita
yang dijodohkan mamaku dengan Dave.. tapi ya gitu, Dave tidak pernah
menyetujuinya, paling ia hanya mengiyakan segala sesuatu yang wanita itu minta
selagi itu masih didalam tahap wajar. Kenapa? “
“ aku cuma
ingin tahu saja, terus dia tidur dirumah ini juga? Memangnya Ny Anderson
mengizinkannya? “
“ sebenarnya
nenekku tidak terlalu menyukainya, ya begitulah. Menurut kamu gimana? “
jelasnya.
“ menurutku?
Apanya? “ tanya nya kembali seakan tidak mengerti.
“ ya menurut kamu
gimana? Mereka cocok gak? “
“ em, cocok
sih, mereka sama-sama menarik. Oh ya kak, kemarin waktu aku kehujanan di
pantai, aku melihat Dave berjalan membelakangi kami, awalnya aku kira dia
datang untuk menjemputku.. “ katanya dan masih saja penasaran dengan peristiwa
itu.
“ oh ya? Kamu
sudah tanya langsung dengannya? “ Divane mulai memikirkan sesuatu, entah apa
itu.
“ sudah sih,
tapi aku juga sudah lupa dia bilang apa, adikmu itu memang aneh! Semenjak aku kehujanan itu,
besoknya dia berubah sedikit ketus terhadapku, entah apa salahku padanya. “
“ ahahha.. oh
iya, seingatku kemarin temanmu itu meminjamkanmu sebuah jaket, kamu tidak ingin
membalikkannya? “
“ astaga, aku
lupa, baiklah, kalau begitu besok aku akan mencoba menghubunginya. Syukur kami
sudah bertukaran no handphone.. kak, aku tidur dulu ya, aku lelah sekali
setelah seharian bersama adikmu itu. “
“ yasudah,
tidurlah.. kakak juga mau tidur. “
“ good night..
“ pamit Hyull seraya berjalan kekamarnya untuk beristirahat.
“ hem.. “ Divane tersenyum seakan baru saja
mendapatkan lotre dengan hadiah yang luar biasa. “ perperangan akan segera dimulai.. “ kalimat
penuh kata tanya.next part 6
1 komentar:
next min...
Post a Comment