Tuesday, January 29, 2013

Hyull Story Part 5






“ salahkah ku bila.. kaulah yang ada dihatiku... “ lagunya Maliq n d’essential yang berjudul Untitled terus-terusan ia nyanyikan, sambil duduk santai diatas pasir pantai dan juga menikmati suasana pesisir pantai yang kini sudah ramai dengan kehadiran turis, terlihat wanita dan pria tak berpakaian lengkap(hihihii..), ada juga sepasang kekasih yang sedang......kissing?
“ oh my god! Mereka gak malu apa? Didepan umum, gila banget! Gak punya uang atau gimana sih, dihotel gitu, nah ini, didepan gw lagi, berasa banget jomblonya! Ih. “ kedua sepasang kekasih itu membuatnya kesal, dirinya yang sudah lama menjomblo(tepatnya tidak pernah pacaran) merasa terusik ketenangan jiwanya(ahahha, aja-aja ada!). terbalik.
“ ahahha.. lu lucu banget! “ seorang pria yang baru saja duduk disampingnya tertawa dikarenakan kata-kata yang baru saja ia ucapkan. Hyull masih belum mengerti maksud dari pria tersebut, maksud ia tertawa dan menatapnya, maksud ia mengatakan “ lu “ yang menunjukkan bahwa kalimat itu tertuju untuknya, kalimatnya yang terdengar akrab, seakan saling kenal.


“ gak ingat sama gw? “ tanya pria itu kembali.
“ hah? “
“ hah? Cuma hah? “
“ ihihii.. “ dari pada terlihat bego, Hyull memilih tertawa.
“ beneran gak ingat? “ jawaban yang pria itu dapatkan yaitu berupa gelengan kepalanya.
“ baiklah kalau begitu, tunggu disini, gw mau beli minuman. “ katanya seraya pergi untuk membeli minuman, kata-kata itu sedikit mengingatkan Hyull dengan wajah pria itu.
“ mukanya cakep sih, masa sih cowok cakep begitu kenal sama gw. Lagian ini kan di Bali..” pikirnya, dan kembali menyanyikan lagunya Maliq n d’’essential. Angin datang tanpa diundang, tapi Hyull tidak ada kepikiran akan turunnya hujan, ia terlalu terjerat dengan keindahan pantai ini. Langit masih sangat cerah, ia berniat untuk menyaksikan sunset seorang diri, pancaran sinar matahari bisa membuat jiwanya tenang, tanpa diminta pasti senyumannya akan mengiringi kepergian matahari itu.

Bali, sekarang ia berada di Bali tepatnya pantai Kuta. Kuta merupakan tempat menarik, terletak di kecamatan Kuta sebagai salah satu kecamatan di Kaupaten Bandung, Bali, sekitar 10 menit dari bandara. Terletak pada bagian selatan dari pulau dan terkenal dengan pantai berpasir putih, tempat yang tepat untuk berselancar dan untuk melihat matahari terbenam. Kebetulan rumah keluarga Divane tidak jauh dari pantai Kuta, kira-kira sekitar 100 meter saja. Karena itu Hyull meminta Divane untuk meninggalkannya sendiri disini, pesisir pantai.
“ ini untuk lu. “ Pria itu sudah kembali ketempat semula sambil memberikannya sebotol minuman.
“ makasi, tapi gw kan.. “ Hyull mencoba menolak, bagaimanapun Kyunn sudah sangat sering mengingatkan dirinya untuk tidak dengan mudah menerima makanan maupun minuman dari orang yang baru saja ia kenal.
“ ini bukan pertama kalinya gw bayarin lu kali.. masih gak ingat juga? “ pria itu memcoba membantu Hyull untuk kembali mengingatnya.
“ oh ya? Tapi maaf banget, gw memang........ ah, kantin! Kamu yang dikantin atlit itu? Yang bayarin gw minuman? Arrr..Arrr... “ Hyull mencoba mengingat namanya.
“ Arsha.. nama gw Arsha. “ tepat sudah, pria itu adalah Arsha, Kapten basket di kampus mereka, Pria tertampan di kampus mereka juga, walaupun banyak info mengatakan bahwa kehadiran Dave mulai merebut fansnya.
“ sorry gw lupa.. “
“ ok gak masalah, lagian kan kita memang belum kenalan. “
“ iyasih, nama gw Hyull. “ katanya sambil mengulurkan tangan yang dengan cepat Arsha sambut, seakan belum mengetahui nama Hyull, ia sambut seiring senyuman mautnya, tapi sayang, sepertinya Hyull tidak terpengaruh.(ahahha)
“ lu kesini dengan siapa? “ Arsha mulai membuka obrolan.
“ dengan teman.. “ jawabnya tanpa menanyakan kembali.
“ teman? “ tambahnya sambil melirik kesekitar mereka dalam arti mencari temannya.
“ gw minta ditinggalkan sendiri disini, dianya sih lagi ngumpul dengan keluarganya.. “ jelasnya santai tanpa mengetahui ekspresi muka Arsha yang sudah mulai penasaran siapa teman yang ia maksud.
“ keluarga? Dia bawa lu kesini untuk bertemu keluarganya? “
“ ia, kenapa sih? Tanyanya detail amat. “
“ ah, gak kenapa-kenapa, gw penasaran saja sama lu.. “ sebuah kalimat yang awalnya tidak ingin ia keluarkan, mungkin saja jika Nick mendengarnya akan langsung menertawakannya, bagaimana tidak, awal mula Arsha melihat Hyull, ia terang-terangan didepan Nick bahwa ia tidak tertarik pada Hyull, sepertinya semua itu musnah sudah. Bisa bertemu Hyull di Bali merupakan sebuah anugerah yang luar biasa baginya.
“ penasaran? Ahahha... “ Hyull tertawa lepas, ia merasa pernyataan itu sangat menggelikan.
“ kenapa? Lucu kah? “
“ tidak, hanya ingin tertawa. “
“ ini pertama kali gw melihat lu tertawa, hem... gw jadi penasaran, kalau lu sedang nangis gimana ya? Atau.. lu sedang ketakutan. Ahahha... “ Arsha semakin penasaran dengan Hyull, tepatnya, Arsha semakin menyukai Hyull.
“ apaan sih, gitu banget! Mau ketawa atau tidak muka gw tetap aja bgini.. “
“ ahahha.. iya-iya. “ mereka berdua mengobrol dengan santai, Hyull yang awalnya cuek terhadapnya kini dapat ia luluhkan secara perlahan, Playboy memang paling bisa. Angin semakin kencang, langit mulai meredup seiring kepulangannya matahari, Hyull sedang mengamati kepergian matahari itu sambil ditemani Arsha yang sedari tidak tidak bosan-bosannya mengajaknya mengobrol.
Gerimis!
“ kok gerimis sih, lagi enak santai juga.. kita pindah yuk, masuk kafe itu aja... lu mau kan? Kafe itu enak loh, desainnya... Hyull! Lu kenapa? “ ia baru menyadari ketika melihat Hyull, badannya gemetaran dan mukanya pucat.
“ gak, gak, gw gak kenapa-kenapa.. bawa gw pergi dari sini, kayaknya gw gak begitu sanggup untuk berjalan.. “ untuk berjalan sepenuhnya sepertinya ia tidak akan sanggup, Arsha yang sepertinya mengerti dengan keadaan Hyull, ia langsung menggandeng Hyull menuju kafe yang ia maksud, terlihat jelas bahwa dirinya cemas dengan Hyull, wanita yang ia suka ketakutan, ia semakin meyakinkan dirinya, Arsha menyukai Hyull.
“ Dave.. “ batinnya, Hyull melihat Dave sedang berjalan membelakangi mereka, ia berjalan menundukkan kepala tanpa sesekali melihat kebelakang, ingin sekali Hyull berteriak memanggilnya, tetapi ia sedang tidak sekuat itu, ia tahu maksud Dave datang pasti atas perintah Divane. Tapi, kenapa Dave tidak menemuinya?


     Langit yang mulai meredup ditambah angin yang semakin kecang membuat Dave semakin mengkhawatirkan keadaan Hyull, apalagi setelah rintikan halus hujan mulai membelai tubuhnya, ia berlari sekuat tenaga guna mencari wanita itu, wanita yang mampu membuatnya sekhawatir ini. Ia telusuri seluruh pondok tempat dimana orang sering duduk disana agar terlindung dari hujan, ia tidak menemukannya, ia coba mencari Hyull disetiap kafe yang terdapat disekitar pantai, tetap tidak ada.
“ kemana dia? Gerimis begini bagaimana mungkin dia tidak berlindung! “ Dave memilih mencari Hyull ke pesisir pantai walaupun menurutnya Hyull tidak mungkin berada disana disaat gerimis seperti ini.
Wanita itu, ia melihatnya. Hyull sedang berjalan bergandengan dengan seorang pria yang tidak Dave kenal, Pria itu terlihat sangat panik, terlihat dari kejauhan, sepertinya pobhia Hyull kembali, ekspresi mukanya yang terlihat tegang, tangannya menggenggam erat tangan pria tersebut, tangan pria tersebut, tangan pria tersebut. Dave memperhatikan kedua tangan itu, kedua tangan yang saling menggenggam erat. Huh.. terdengar hempasan nafasnya, seperti baru saja menahan nafas, kenapa kamu Dave? Menurutnya Hyull sudah ada yang menjaga, karena itu ia kembali kerumah, berjalan tanpa menghiraukan air hujan yang perlahan menderas, dan tiba dirumah dengan pakaiannya yang sudah basah.
“ Dave, kok sendiri? Hyull mana? “ tanya Divane yang sedang menunggu di teras, ia terlihat gelisah dan merasa bersalah karena sudah meninggalkan Hyull sendirian.
“ sorry, gw gak ngelihat dia, mungkin dia sedang bersama temannya atau apalah, lu masuk aja, diluar dingin, gw masuk duluan. “ jelasnya dan mencoba berbohong.
“ kok bisa? Loh Dave.. kamu cari lagi dong.. ini kan sedang hujan, kalau Hyullnya kenapa-kenapa gimana? Dave...! “ percuma, Dave sudah menghilang dibalik pintu. “ ah kamu ini Dave, bagaimana ini.. aku semakin merasa bersalah kepadanya.. bagaimana kalau aku saja yang.. “
Trrrt....trrrrt...
Handphonenya bergetar, setelah ia melihat, tertera nama Hyull disana, dengan cepat ia menjawabnya.
“ halo hyull, Kamu, kamu gimana? Keadaan kamu gimana? Kamu dimana sekarang, aku akan segera menyusulmu. “ setelah mendapatkan jawaban ia langsung memutuskan teleponnya dan langsung menemui Hyull.

     Papa’s Cafe. Sebuah restoran Italia terbaik(the numero uno Italian Restauran), pada tahun 2004 dimana disini menawarkan pengalaman bersantap yang luar biasa. Papa’s cafe merupakan restoran Italia yang memberikan pelayanan menu-menu otentik Italia di tepi pantai Bali, dengan dilatarbelakangi oleh deburan ombak yang besar dan memuat betah banyak pengunjungnya, begitu juga dengan Hyull, kini ia tidak secemas tadi, keadaannya mulai pulih, Arsha memesankannya secangkir coklat panas dan seporsi pasta yang merupakan makanan khas Italia, Arsha juga memakaikannya jaket yang tadinya ia pakai, Arsha sangat menjaganya. Terlihat Divane didepan pintu kafe, Hyull pun melambaikan tangannya agar Divane mengetahui keberadaanya,
“ kak, sini! “ ucapnya keras sambil melambaikan tangan. Divane berlari menjumpainya.
“ hyull, bagaimana keadaan kamu, phobia kamu, kamu tidak... “
“ tidak, aku baik-baik saja.. tenanglah..” jawabnya tenang, sikap Divane mengingatkannya kepada Kyunn, Kyunn yang selalu cemas terhadapnya.
“ benarkah, hyull maafkan aku, seharusnya tadi aku menemanimu.. “
“ sudahlah kak, lagian aku tadi bersama teman. Kenalkan, ini Arsha seniorku... “ Hyull mencoba mengenalkan Divane dengan Arsha yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.
“ astaga, maafkan aku, aku tidak melihatmu dikarenakan terlalu mencemaskannya. Namaku Divane.. aku kakaknya Dave.. “
“ saya Arsha, Dave? “ sepertinya Arsha tidak mengenal Dave, tentu saja tidak, Dave yang terkenal cuek dan suka menyendiri tidak akan dengan mudah diketahui kehadirannya.
“ iya Dave, kamu tidak kenal? Bukankah kalian satu universitas? “
“ oh maaf, saya tidak.. “
“ begini kak, dia senior kami, dan aku juga baru mengenalnya, dan aku rasa mereka juga belum pernah bertemu.. “ Hyull mencoba menjelaskan.
“ begitu? Yasudah, kalau begitu salam kenal.. ah, saya boleh bawa Hyull pulang? dia harus segera beristirahat. “ tanya Divane dengan sopan.
“ tentu saja boleh, dia memang harus beristirahat. Pulanglah Hyull.. “ Arsha mempersilahkannya.
“ makasih kak, gw pulang dulu.. “ pamitnya kepada Arsha. Divane pun membantu Hyull berdiri, mereka pulang berjalan kaki sambil kembali mengobrol.


“ hyull.. “ Ucap Divane disela perjalanan mereka.
“ ya? “
“ pria itu, tampan juga.. “
“ ahahha... “ sebuah pernyataan yang malah dijawab Hyull dengan tawa.
“ lucu? Kamu gak suka sama dia hyull? Tampan banget loh.. “ tanya Divane heran dan terus menatap Hyull tajam.
“ jangan menatapku begitu.. lagian, kenapa harus suka? Kakak ini.. “
“ benarkah? Jadi kamu tidak suka? “
“ kakak.. tidak perlu ku ulang kan? “
“ baiklah! Bagus kalau begitu. “ Divane mulai memikirkan sebuah rencana terhadap Hyull yang masih menjadi rahasia, apakah itu?
“ bagus? Bagus apanya? “
“ ah sudahlah, kita harus segera kembali, mereka sedang menunggu kita di meja makan. “
“ tapi kak, aku malu.. “
“ kamu itu tamuku, tamu kami, tenang saja. “  mereka mempercepat langkahnya, syukur gerimis sudah tiada, jadi Divane bisa segera membawa Hyull pulang.

     Keluarga Anderson menyambut Hyull dengan ramah, Hyull sangat nyaman dengan keluarga ini, Dey yang banyak bicara dan juga Ny Anderson yang tersenym ramah kepadanya, ditambah dua pria muda yang sejak tadi menawarkan makanan kepadanya, tapi.. Dave, dia tidak terlihat, dimana dia?
     Menggaris kesana kesini, kertas yang tadinya putih bersih kini sudah penuh dengan lukisannya. Dave, yang sudah lama tidak melukis, kini disaat ia kembali kerumah neneknya, rumah kakeknya, hadir sebesit perasaan rindu akan gerakan indah yang menghasilkan karya yang indah yaitu lukisan. Tangan dan jarinya bergerak dengan lihai dan terlihat kerjasama yang baik dengan pensil yang dipegannya, setelah beberapa menit, terlihat dengan jelas hasil lukisan yang tidak bisa diremehkan nilai seninya itu, sebuah pohon besar dengan daunnya yang lebat, dibawahnya terdapat sebuah kursi berukuran untuk dua orang, kursi yang terlihat sedang diduduki dengan dua sepasang kekasih, sang pria memakai topi berbentuk seperti topi koboy, sedangkan sang wanita memakai syall tebal, wajahnya tidak terlalu jelas dikarenakan Dave melukis kedua sepasang kekasih itu dengan ukuran yang kecil. Setelah selesai melukis, ia tersenyum sebagai tanda kepuasaannya akan lukisan itu. Ia berjalan keluar dari kamarnya dan memilih duduk di balkon ruang tengah, ruang tengah yang terdapat dilantai tiga ini mempunyai sebuah balkon yang luas, balkon itu juga menghadap langsung ke pantai sehingga balkon ini menjadi tempat favoritnya.
Seorang wanita menduduki kursi dimana tempat ia duduk biasanya, wanita itu juga sedang bermain dengan kertas dan bolpoin, tidak, ia tidak melukis, tapi entah apa yang ia tulis, sebuah kalimat yan tertata rapi dan memiliki banyak halaman, seperti sebuah cerita.
“ hyull? “ pikirnya dan tanpa sadar ia katakan sehingga wanita itu yang ternyata Hyull menoleh kepadanya.                                                                               
“ hey, duduklah. “ katanya sambil menepuk tempat disampingnya, sebuah kursi berukuran satu meter, seperti tertuju hanya untuk dua orang. Dave yang pada saat itu posisinya sudah sangat dekat tidak mungkin menolak, ia memilih untuk duduk bersama Hyull. Tidak terdengar satu kalimat pun dari mulut mereka berdua, ada apa ini?
“ tadi lu.. “ Hyull mencoba bertanya tentang penglihatannya dipesisir pantai tadi.
“ kenapa? “ tanya balik Dave bersaman dengan tatapannya yang sebenarnya biasa saja, tapi, bagi Hyull tatapan itu sedikit menusuk.(wow!)
“ ah, tidak kenapa-kenapa, lupakanlah. “ tidak bisa menahan nervous akibat tatapan Dave barusan membuat Hyull membatalkan pertanyaannya.
“ td gw mau jemput lu, tapi sepertinya lu sedang bersama seorang pria, makanya gw balik. “ jelas Dave tanpa titik koma, kini tatapannya tepat memandang pantai.  
“ itu.. senior kita, dia kapten basket dikampus.. lu gak kenal? “ berharap Dave mengenal pria itu, tidak tahu kenapa, ia hanya berharap seperti itu.
“ tidak. “ jawabnya singkat.
“ gak heran sih lu gak kenal, lu kan cowok.. ahahha.. “ sedikit merenggangkan suasana, Hyull mencoba tertawa.
“ hyull, tolong jangan tertawa disaat seperti ini, terlalu mengagetkan.. “ Dave yang sedari tadi serius memandang pantai dengan damai berhasil dikagetkan dengan tawaan Hyull yang sebenarnya bukan sebuah tawa nyatanya.
“ ia sorry, gak asik banget. “ pipinya memerah, seharusnya Hyull berterimakasih dengan malam karena sudah meredupkan rona pipinya, jika Dave melihat rona itu, mungkin Dave akan berpikir yang tidak-tidak.
“ lu nulis? “
“ iya, tulisan lama, sudah lama gak gw sambung, lagi banyak inspirasi jadi apa salahnya kalau gw tulis saja.. itu, lukisan lu? Lu yang lukis? Wah.. “ Hyull baru menyadari lukisan yang ada ditangan Dave setelah ia meliriknya, ia terkagum dengan lukisan itu, tidak bisa dibilang lukisan biasa, lukisan yang terdapat sebuah cerita didalamnya yang pastinya Hyull sangat ingin tahu apa cerita itu.
“ bolehkah gw tahu cerita dari lukisan lu? “
“ dari mana lu tahu “ Dave tidak menyangka bahwa Hyull bisa menyadari terdapatnya sebuah cerita pada lukisannya.
“ apanya? “
“ kalau lukisan ini ada ceritanya.. “
“ setiap garis yang tertata didalamnya merupakan sebuah pertanda yang erat bahwa lukisan ini memiliki cerita, itu dapat dengan mudah gw temukan Dave.. ceritakan dong, penasaran nih.. “
“ tidak, tidak sekarang. “
“ hah, maksudnya? “
“ gw bakalan cerita sama lu, tapi tidak sekarang.. gw masuk dulu. “ ia berjalan menuju kamarnya. “ besok bangunlah pagi-pagi. “ tambahnya dan masuk kedalam kamarnya.
“ hah, pagi-pagi? Buat apa coba? Dasar, ngobrol sama dia selalu gantung! Hoamm... gw tidur juga deh, penasaran dengan besok. “ Hyull pun melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Tanpa mereka sadari, sedari tadi Divane mendengarkan percakapan mereka, ia bersembunyi dibalik jendela yang menghubungkan antara ruang tengah dan balkon, dengan serius ia serap setiap kalimat yang dua manusia itu ucapkan. Divane, apa yang kamu pikirkan?

     Cuaca pagi ini sangat bersahabat, matahari mulai memancarkan sinarnya, sepertinya hari ini akan menjadi hot summer karena itu Hyull memilih memakai kaos tanpa lengan dan celana basket yang selalu menjadi celana favoritnya, ditambah sepatu hip hop yang besar, tidak lupa membawa mp3 player untuk menghilangkan bosan disaat diperlukan. Ranselnya sudah penuh dengan beberapa barang yang menurutnya penting.
“ kita cuma bersepeda hyull, turunkan ransel lu itu! “ tegur Dave yang pusing melihat Hyull memeriksa barang bawaannya.
“ tapi kan gw.. “
“ turunkan.. “
“ baiklah, kenapa tidak bilang dari tadi! Is. “ hal hasil ia tidak membawa apa-apa, hanya mp3 player yang selalu berada dalam kantong celananya.

Sepasang sepeda meluncur bebas, terlihat wajah senang dari mereka berdua, walaupun matahari sudah mencoba memanaskan keadaan, udara sejuk dipagi masih saja terasa, sesekali mereka mencoba mempercepat dayungan dan disaat merasa lelah mereka pun turun dari sepeda lalu mendorong sepeda tersebut.
“ huh, capek banget.. “ keluh Hyull yang sudah menepi dibawah pohon kelapa.
“ baru juga setengah perjalanan, sudah capek aja lu. “ sambarnya sembari duduk disamping Hyull.
“ kita mau kemana sih? “
“ taman safari, makanya jangan kebanyakan istirahat, masih ada 15km lg.. “ jelasnya dan sudah kembali menaiki sepedanya.
“ hah! 15km lagi? Berapa lama itu? “ itu lumayan jauh menurutnya, pantas saja ia kelelahan, mereka sudah berdayung sangat jauh.
“ maka itu, kita harus cepat, bangkit lah.. “ sepasang sepeda itu kembali meluncur dan kali ini jelas sudah, mereka menuju Taman Safari yang Berada tidak begitu jauh dari kota Denpasar tetapi sangat jauh dari Kuta. Hyull yang tidak terbiasa mendayung sejauh ini mulai keletihan, tapi syukur ia seorang atlit, pastinya ia bisa mengontrol daya tahan tubuhnya ini.

Taman Safari Bali (Bali Safari and Marine Park) adalah lokasi wisata yang berisi aneka satwa dari berbagi penjuru dunia yang habitatnya dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Kawasan ini merupakan objek wisata nasional yang dibangun diatas lahan seluas 40 hektar. Terdiri dari 80 spesies dan 400 ekor satwa yang berasal dari tiga wilayah, yaitu, Indonesia, India, dan Afrika. Taman Safari juga dilengkapi dengan berbagai arena bermain seperti Roller Coaster, Twister dan juga terdapat sebuah kawasan Fun Zone yang disediakan khusus untuk anak-anak berusia maksial 10 tahun. Sesampai mereka disana, tak terlihat ekspresi lelah dari muka mereka, begitu juga dengan Hyull, seketika senyumnya merekah setelah melihat berbagai macam hewan yang terdapat disana, setelah puas melihat berbagai macam satwa, Hyull mengajak Dave untuk menaiki Roller Coaster, namun sayang..
“ tidak! “ Dave menolak dengan cepat.
“ loh, kenapa? Ayolah... “ ia terus membujuk Dave agar mau menemaninya menaiki permainan yang seenarnya sangat ditakuti Dave.
“ sudah gw katakan, tidak! “ Dave tetap menolak bahkan berjalan menjauh darinya.
“ ya! Dave! Dasar penakut! Cuih. “ kalimat itu ternyata membuat Dave sebal, kata “pengecut” sangat menyayat kupingnya, dan akhirnya ia memilih untuk menguatkan dirinya, ia luluh juga, tetapi tepatnya sih tidak mau dibilang pengecut...
Mereka pun menaiki permainan mengerikan itu.
Putaran terakhir sudah selesai, mereka kini sudah duduk di sebuah kafe guna untuk menghilangkan seberkas rasa takut, tidak, bukan Hyull, tetapi Dave.
“ ahahha... gak nyangka gw, roller coaster saja lu sampai begini.. “ candanya yang merasa geli melihat Dave yang sedari tadi terdiam dan pucat. “ minum yang banyak, terus kita naik yang lain lagi...” diberikannya sebotol minuman yang baru saja ia beli.
“ sehabis ini kita pulang saja. “
“ pulang, yang benar saja? Kita kan belum habis.. “
“ pulang.. “ kata terakhir membuat Hyull berhenti membantah. Tapi ia kembali tersenyum ketika mengetahui bahwa mereka pulang tidaklah menaiki sepeda lagi, sepeda yang tadinya masih terparkir kini sudah diangkut kesebuah mobil untuk dibawa kembali ke Kuta, Dan mereka, Dave sudah mempersiapkan sebuah motor berwarna biru tua sama persis dengan motornya yang dibandung, Kawasaki Ninja 300.
“ naiklah. “ perintahnya seraya menyodorkan sebuah helm berwarna biru muda, masih dengan senyuman Hyull menyambut helm tersebut dan segera menaiki motor besar itu.

Cuaca disore ini sangat bagus, tidak ada tanda-tanda bahwa akan turunnya hujan, pikir Hyull. Dave membawa motornya dengan kecepatan sedang dengan maksud agar lebih menikmati perjalanan mereka, disaat Hyull mendapatkan tempat yang menurutnya menarik, ia meminta Dave untuk mengentikan laju motornya agar ia bisa berfoto-foto sejenak, setelah puas mengambil beberapa gambar mereka pun kembali melanjutkan perjalanan. Diperjalanan Hyull sempat mengajak Dave mengobrol yang menurut Dave tidak terlalu penting untuk dijawab.

“ dave! Kemarin lu kepantai karena khawatir sama gw kan? “ teriaknya, sayangnya Dave tidak menghiraukannya. “ dave, lu dengar gw gak sih? benar kan? “ ulangnya dikarenakan terlalu penasaran dengan kejadian sehari yang lalu.
“ diamlah, suara lu terlalu menganggu konsentrasi gw.. “ jawaban yang tidak sedikitpun menyinggung dari pertanyaan yang Hyull lontarkan.
“ huh, dasar, bilang iya saja susah! Gengsi lu boros banget. “ batinnya. “ Dave, bisa tidak kalau kita tidak pulang dulu? Ke pantai dulu ya, kemarin gw gagal liat sunset sampai tuntas.. “ pintanya, kemarin ia tidak dapat menikmati kepergian matahari itu dengan tuntas dikarenakan hujan turun tanpa sepengetahuannya.
“ ini sudah terlalu sore, gw gak yakin bisa keburu.. “
“ ah, tolonglah Dave.. gw... “
“ pegangan yang erat. “ jawabnya sebagai pertanda bahwa ia mengiyakan permintaan Hyull, Dave mempercepat laju motornya sehingga membuat Hyull secara reflek memeluknya.
Dug, dug, dug.
Jantung mereka berdetak serentak, serentak kacaunya, waktu seakan berhenti. Oh tidak, ini seperti di novel-novel saja!
Hyull merasa asing dengan pelukan yang ia lakukan, tapi aneh, tidak ada keinginan untuknya melepaskan pelukan itu, nyaman, pikirnya. Terlihat sedikit senyuman dibibirnya, dan juga dibibir Dave. Romansa anak mudah. Hem.. hem..

Tepat disaat sunset mulai berlangsung, mereka sudah tiba di pantai kuta, senyuman Hyull semakin merekah setelah melihat sunset itu, hari ini merupakan salah satu dimana hari yang sangat ia suka, setiap peristiwa yang ia alami memiliki nilainya masing, dan juga, hari dimana hanya ia dan Dave. Perfect!
“ makasih dave, pas banget sampainya, makasih banget. “ ucapnya masih dengan senyuman merekahnya.
“sudah selesai kan? Kalau begitu kita pulang saja. “ tidak menghiraukan perkataan Hyull, Dave langsung menaiki motornya, dipandangnya Hyull dengan maksud agar wanita itu segera menaiki motornya.
“ lu ini benar-benar! “ tidak ada lagi senyuman dibibirnya, kali ini ia kembali dibuat kesal dengan Dave, pria itu terlalu cuek, berbeda jauh dengan Dave yang di Bandung.
“ cepetan.. “
“ iya.. ya.. “ mukanya yang manyun hampir membuat Dave tertawa, namun Dave berhasil menahannya, menurut Dave, Hyull terlalu polos dalam bertindak dan itu merupakan daya tarik dari dirinya.

Rumah Ny.Anderson terlihat ramai, terdengar suara sekumpulan wanita yang sedang bergosip, tapi Dave terlihat biasa-biasa saja dan tetap berjalan dengan santai, tidak seperti Hyull, ia berlari saking penasaran dengan suara ribut itu.
Hanya ada Dey Anderson, Divane, dan... seorang wanita. Siapakah wanita cantik itu?
“ hey Hyull, kemarilah, kenalkan ini Fona, temannya Dave.. “ sapa meriah Dey.
“ Fona.. “ sapa wanita itu ramah, tapi terlihat seperti dipaksakan.
“ Hyull.. “
“ loh, lu bukannya cewek yang dulunya didepan toko musik itu? Yang jatuh tersenggol bukan? “
“ apa! Jadi dia wanita itu? “ pikirnya kesal. “ ah, iya.. “ Hyull terlihat enggan melihatnya.
“ Dave! “ hebohnya setelah meihat kehadiran Dave dan langsung memeluk Dave dengan erat.
“ lu sedang apa disini? “ tanya Dave setelah ia melepaskan pelukan itu.
“ aku tuh kangen sama kamu, setelah kepergian aku ke Jakarta kemarin, kita jadinya tidak bisa bertemu, makanya aku nyusul kamu kesini. “ cara bicaranya yang sepertinya berlebihan sukses membuat kekesalan Hyull semakin menunjak. Tak ingin melihat peristiwa menggelikan itu lebih lama, Hyull memilih untuk kekamar untuk membersihkan tubuhnya yang sudah seharian tidak mandi. Setelah itu ia kembali duduk di balkon lantai 3 guna untuk menyambung cerita yang sedang ia tulis.
“ wanita itu berlari tiada henti, sambil menangis ia terus berlari. Kenyataan membuat dirinya sangat terpukul, Ia terlalu rapuh, pria yang ia cintai seperti mengacuhkannya begitu saja dan memilih wanita lain. Namun juga salah dirinya yang tidak juga mengakui perasaannya kepada pria tersebut, bahwa ia.. “
“ kamu sedang apa hyull? “ tanya Divane yang tanpa sepengetahuannya sudah berada disampinya.
“ mencintainya! “ kagetnya ketika mendengar pertanyaan dari Divane.
“ siapa? “ tanya Divane.
“ ah kak, aku sedang menulis.. “
“ oh, kakak kira kamu mencintai seseorang.. nulis apa sih? Panjang amat. “
“ novel.. “
“ kamu bisa nulis novel? Wah, hebat dong. “ pujinya.
“ baru sekadar menulis kak, belum menjadi penulis. Oh ya kak, wanita itu siapa sih? “ kini ia sudah menutup bukunya dan mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang wanita yang dulunya pernah memaki dirinya.
“ dia wanita yang dijodohkan mamaku dengan Dave.. tapi ya gitu, Dave tidak pernah menyetujuinya, paling ia hanya mengiyakan segala sesuatu yang wanita itu minta selagi itu masih didalam tahap wajar. Kenapa? “
“ aku cuma ingin tahu saja, terus dia tidur dirumah ini juga? Memangnya Ny Anderson mengizinkannya? “
“ sebenarnya nenekku tidak terlalu menyukainya, ya begitulah. Menurut kamu gimana? “ jelasnya.
“ menurutku? Apanya? “ tanya nya kembali seakan tidak mengerti.
“ ya menurut kamu gimana? Mereka cocok gak? “
“ em, cocok sih, mereka sama-sama menarik. Oh ya kak, kemarin waktu aku kehujanan di pantai, aku melihat Dave berjalan membelakangi kami, awalnya aku kira dia datang untuk menjemputku.. “ katanya dan masih saja penasaran dengan peristiwa itu.
“ oh ya? Kamu sudah tanya langsung dengannya? “ Divane mulai memikirkan sesuatu, entah apa itu.
“ sudah sih, tapi aku juga sudah lupa dia bilang apa, adikmu itu memang aneh! Semenjak aku kehujanan itu, besoknya dia berubah sedikit ketus terhadapku, entah apa salahku padanya. “
“ ahahha.. oh iya, seingatku kemarin temanmu itu meminjamkanmu sebuah jaket, kamu tidak ingin membalikkannya? “
“ astaga, aku lupa, baiklah, kalau begitu besok aku akan mencoba menghubunginya. Syukur kami sudah bertukaran no handphone.. kak, aku tidur dulu ya, aku lelah sekali setelah seharian bersama adikmu itu. “
“ yasudah, tidurlah.. kakak juga mau tidur. “
“ good night.. “ pamit Hyull seraya berjalan kekamarnya untuk beristirahat.
“ hem.. “ Divane tersenyum seakan baru saja mendapatkan lotre dengan hadiah yang luar biasa.  “ perperangan akan segera dimulai.. “ kalimat penuh kata tanya.

next part 6