Lukisanku Menjawab
Semuanya
Desa Jangho,
Sebuah desa nelayan kecil yang menjadi rumah bagi 72 keluarga di provinsi Gangwon,
Korea Selatan. Sebuah desa yang awalnya terasa nyaman, namun disuatu saat terjadi
suatu perubahan, kenyamanan itu seperti terenggut oleh jaman. Itu menurut
seorang gadis. Gadis yang sedang bermain seorang diri dibawah pohon, cara gadis
itu bermain sangatlah berbeda dengan gadis-gadis seumurnya. Melukis. Terlalu
asik memainkan kuasnya sampai ia tidak sadar bahwa langit sudah mulai gelap.
Tetapi walaupun begitu, sepertinya Ia tidak akan pulang sebelum lukisannya
selesai, terlihat dari gelagatnya yang begitu bersemangat disaat melukis, itulah
yang dilakukan gadis berumur 16 tahun itu disetiap ia pulang sekolah.
Ibunya sudah meninggal sejak ia berumur 7 tahun, sedangkan ayahnya sangat jarang pulang kerumah dengan alasan sedang bekerja. Tinggallah ia seorang diri disebuah rumah yang letaknya tidak jauh dari pantai. Desa ini bisa dibilang desa terindah di Korea Selatan, keindahan pantainya sudah sangat dikenal, bahkan desa ini memiliki julukannya tersendiri, Desa Jangho dari Italia. Hidup seorang diri dihadapan pantai yang sangat indah, berharap tidak ada seorang pun yang mengetahui keindahan pantai ini, karena menurutnya hidup nyaman itu tidak membutuhkan siapapun, namun keinginannya ditepis begitu saja oleh wisatawan yang mulai berdatangan, wisatawan yang mengunjungi desa ini biasanya menikmati pantai dengan berbagai cara, ada yang menyelam, snorkling, kano, arung jeram, dan berbagai pilihan aktivitas air lain. Dan pastinya, pantailah yang merupakan tujuan awal mereka. Semakin banyaknya wisatawan yang berdatangan, membuat keadaan disekitar pantai pun tak lagi nyaman untuk gadis itu, karena itu Kim Seo Hyeon mencari tempat lain untuk dijadikan tempatnya melukis. Terpilihlah sebuah taman, terdapat juga beberapa pohon yang tumbuh disekitarnya, gadis itu menelusuri setiap pohonnya, ia berencana mencari pohon terbesar yang akan dijadikan tempat ia melukis.
Ibunya sudah meninggal sejak ia berumur 7 tahun, sedangkan ayahnya sangat jarang pulang kerumah dengan alasan sedang bekerja. Tinggallah ia seorang diri disebuah rumah yang letaknya tidak jauh dari pantai. Desa ini bisa dibilang desa terindah di Korea Selatan, keindahan pantainya sudah sangat dikenal, bahkan desa ini memiliki julukannya tersendiri, Desa Jangho dari Italia. Hidup seorang diri dihadapan pantai yang sangat indah, berharap tidak ada seorang pun yang mengetahui keindahan pantai ini, karena menurutnya hidup nyaman itu tidak membutuhkan siapapun, namun keinginannya ditepis begitu saja oleh wisatawan yang mulai berdatangan, wisatawan yang mengunjungi desa ini biasanya menikmati pantai dengan berbagai cara, ada yang menyelam, snorkling, kano, arung jeram, dan berbagai pilihan aktivitas air lain. Dan pastinya, pantailah yang merupakan tujuan awal mereka. Semakin banyaknya wisatawan yang berdatangan, membuat keadaan disekitar pantai pun tak lagi nyaman untuk gadis itu, karena itu Kim Seo Hyeon mencari tempat lain untuk dijadikan tempatnya melukis. Terpilihlah sebuah taman, terdapat juga beberapa pohon yang tumbuh disekitarnya, gadis itu menelusuri setiap pohonnya, ia berencana mencari pohon terbesar yang akan dijadikan tempat ia melukis.
“
sepertinya pohon ini yang terbesar. wah.. daebak..
(mengagumkan) bahkan pohon ini lebih besar dari yang ku inginkan. Sudah ada
kursi tamannya lagi. Hem.. baiklah, akan kubersihkan! Hwaiting! (semangat!) “ Tidak hanya disekitaran pohon pilihannya,
ia bahkan membersihkan seluruh isi taman. Walaupun taman itu tidak terlalu
besar, taman itu berhasil membuatnya kehilangan sebagian tenaganya. Ia merebahkan
tubuhnya diatas kursi yang terbuat dari kayu, letak kursi yang tepat berada
dibawah pohon membuat dirinya terlindung dari panasnya sinar matahari, dan
tanpa sadar ia pun tertidur.
Panasnya hawa disiang hari kini berganti
dengan kesejukan angin sore. Cuaca juga sangat baik, langit biru memperlihatkan
awan putihnya dan beberapa ekor burung yang menari disana. suara kicauan burung
dan desiran ombak seakan memanggil para wisatawan untuk segera merapat ke
pantai. Tetapi tidak dengan Seo Hyeon, dirinya masih tertidur pulas diatas
kursi taman. Angin kencang beserta dedaunan beterbangan kearahnya, kontras
membuatnya terbangun, seraya menghilangkan rasa kantuk, ia pun menyanyikan
beberapa lagu sambil merapihkan kertasnya yang berserakan dikarenakan terpaan angin.
Sepasang sepatu berbahan kulit mengkilat menghadangnya, tubuhnya yang pada saat
itu sedang membungkuk langsung mendongakkan kepalanya guna melihat orang yang
memakai sepatu nan indah itu.
“ appa.. (ayah..) “ tanpa memperdulikan
kertas-kertas miliknya, ia berdiri dan langsung memeluk ayahnya dengan erat.
Sudah hampir 1 tahun ia tidak berjumpa dengan sang ayah, ayahnya beralasan
bahwa dirinya sedang mencari pekerjaan di sebuah kota pelabuhan yang terletak
di muara Sungai Nakdong, sebelah tenggara korea selatan, yaitu Busan. Begitu
lamanya sang ayah meninggalkan putri tercintanya di Desa Jangho, hidup seorang
diri tanpa perlindungan dari seorang pun, pada akhirnya putrinya pun mulai
terbiasa hidup seorang diri dan mencoba untuk tidak merindukan sang ayah,
namun, darah sudah menjadi daging, ayah tetaplah ayah, dan anak tetaplah
membutuhkan sang ayah. Seo Hyeon merindukan ayahnya, sangat merindukan ayahnya.
“ kau
merindukanku? “ tanya ayahnya, terlihat sebuah senyuman disudut bibirnya.
“ tentu
saja aku merindukanmu appa.. “ Seo
Hyeon semakin mempererat pelukannya. Seakan tidak mau kehilangan ayahnya untuk
yang sekian kalinya.
“ kau
sedang apa disini? Appa mencarimu di
pantai, tapi appa tidak bisa
menemukanmu, ternyata kau disini.. apa kau tidak lagi menyukai pantai? “ kini
mereka sudah duduk di atas kursi kayu yang terlihat tua.
“ aniyo.. (tidak..) bagiku kini pantai tidak nyaman lagi, wisatawan itu
meresahkanku appa.. bagaimana kalau
pantai kita dirusak oleh mereka? “
“ aish,
kau ini.. itu tidak mungkin. Mereka menyukai pantai kita, karena itu mereka
kesini, jika mereka merusak pantai kita, tentunya mereka juga merusak pantai
mereka sendiri. Karena semua ini milik kita bersama, kita dan juga mereka.
Takdir yang membuat kita sedikit lebih berbeda dengan mereka. Kau mengerti? “
jelas ayahnya.
“ arayo.. (aku mengerti..) “ jika jujur,
Seo Hyeon tetap tidak sependapat dengan ayahnya. Semenjak sering ditinggal oleh
sang ayah, Seo Hyeon berubah menjadi gadis yang kaku dan juga pendiam, ia juga
tidak begitu suka mengobrol. Ia hanya menjawab sebuah pertanyaan tanpa kembali
bertanya. Semua itu dikarenakan kosongnya kehidupan yang ia alami selama ini.
“ kau,
kenapa kau tidur disini? “
“ aku baru
saja membersihkan taman ini, aku kelelahan, karena itu aku tertidur disini. Appa, aku lapar.. “
“ kau
belum makan? “ Hati sang ayah terasa perih mendengar putri kesayangannya
kelaparan, sebagai orang tua ia sudah sangat berdosa, bagaimana mungkin ia meninggalkan
putrinya seorang diri? Seo Hyeon hanya menggelengkan kepalanya. “ baiklah, mari
kita makan. Kau mau apa? Appa akan
belikan untukmu. “ ia menggenggam tangan kanan putrinya sembari berjalan menuju
warung makan.
“ apa
saja appa, yang penting perutku dapat
terisi dengan penuh. “ berjalan dengan ayah yang dulunya hampir ia lupakan,
tidak pernah terbayangkan olehnya masa-masa indah seperti ini akan kembali
menghapirinya. Rasa benci yang dulunya pernah tertanam didirinya kini musnah
sudah. Mereka menghabiskan malam dengan menyantab berbagai makanan, mengobrol
dipinggir pantai, disaat Seo Hyeon mulai merasakan kantuk, mereka pun beranjak dari
pantai dan pulang kerumah. namun sesampai mereka dirumah, rasa kantuk yang
tadinya mengganggu Seo Hyeon kini seakan menghilang secepat kilat.
“ appa, kenapa koperku ada disini? “
terlihat sebuah koper berukuran besar di ruang tamu. Tentunya koper yang sangat
Seo Hyeon kenal, koper itu miliknya.
“ Seo
Hyeon, besok appa akan kembali ke
Busan, dan appa akan membawamu.
Tadinya appa sudah membereskan semua pakaianmu sewaktu kamu
berada di taman, jadi besok kamu tidak perlu repot-repot membereskan pakaianmu.
“ hening.
“ appa.. kau bergurau? “ ia tampak tak
bersemangat, wajahnya memperlihatkan kekecewaan.
“ Seo
Hyeon.. “
“ aniyo appa.. (aku tidak bisa..) Omma (ibu), begitu banyak kenangan.. yeogi (disini), yeogi appa.. walaupun aku
tidak begitu mengenal beliau, tapi bagaimanapun juga beliau tetaplah ibuku,
pernah menjadi ibuku, menyayangiku, melindungiku. “ Gadis yang kuat, walaupun
kini ia merasakan kesedihan yang amat sangat, tetapi ia bisa menahannya dan
tidak memperlihatkan kelemahannya. Nunmul
(air mata).
“ Seo
Hyeon, ayah mengerti, hajiman..
(tetapi..) kau tak bisa selamanya berada didalam kenangan itu, kau harus bisa
menyimpan kenangan itu, hanya menyimpan, bukan melupakan. jogeumssik
(perlahan), appa yakin kau pasti
bisa. “ ia terus berusaha membujuk putrinya untuk ikut pergi bersamanya ke
Busan.
“ appa.. wae? (mengapa?) “ bibirnya bergetar, dengan kuat ia menahan amarah
sekaligus rasa sedih yang bahkan hampir tak terbendung.
“ mian-heyo.. (maaf..) appa tidak bermaksud menyakitimu, appa hanya ingin yang terbaik untukmu, appa ingin kau bersekolah ditempat yang
lebih baik, tinggal dirumah yang lebih baik, makan makanan yang bergizi. Hanya
itu.. “
“ appa.. “ terduduk lemas di lantai, ia
menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Kesedihan ini tidak mampu ia bendung,
tanpa ia sadari, air mata turun membasahi wajahnya, suara tangisnya terdengar
membisik, ayahnya hanya bisa memeluknya dan menghapus air matanya dengan
jarinya. Kenangan tinggallah kenangan. Keesokan harinya, dipagi hari mereka
meninggalkan Jangho, tidak ada lagi air mata, Seo Hyeon sudah mengikhlaskan
semuanya, benar apa yang ayahnya katakan. Ia hanya perlu menyimpan kenangan itu
tanpa harus melupakannya.
Busan
adalah sebuah kota pelabuhan dan
metropolitan di sebelah tenggara Korea Selatan. Busan adalah kota kedua terbesar di Korea Selatan setelah Seoul dan salah satu dari 3 pelabuhan tersibuk di dunia. Busan terletak di
muara Sungai Nakdong, yang mengalir sepanjang 700 km dari pedalaman Semenanjung Korea. Seo
Hyeon sedikit terkagumi dengan keindahan kota ini, melihat reaksi yang
diperlihatkan putrinya, ayahnya juga ikut senang. Tapi..
“ appa, mereka siapa? ” Sebuah rumah
berukuran besar, segala sesuatunya tersusun rapih, terdapat banyak barang mewah
disana, rumah yang begitu megah, disebuah ruang keluarga, terlihat seorang
wanita yang sepertinya masih berumur 30an, ada juga seorang Namja (laki-laki) disana,
ia sedang asik memainkan bola basketnya tanpa menghiraukan seorangpun.
“ Seo
Hyeon, sekarang mereka menjadi keluarga kita.. dia, panggil dia omma, dan yang disana, panggil dia oppa (sebutan untuk Pr - Lk) “
menjelaskannya dengan santai, seakan semuanya akan berjalan dengan sempurna.
“ annyeong-haseyo.. (apa kabar..) eoseo oseyo.. (selamat datang..) wah..
putrimu cham yebbeoyo.. (sangat cantik..) “ kata wanita itu, ia tersenyum ramah
kepada Seo Hyeon.
“ ada
apa ini? Appa, tolong jelaskan
padaku! “ suaranya meninggi, keadaan yang sama sekali tidak pernah terpikirkan
olehnya.
“ Seo
Hyeon, pelankan suaramu! Mereka.. mereka keluargamu, omma dan oppa-mu.. “
tetap tenang dan mengontrol emosi, bagaimanapun juga ini salahnya, tidak
memberi tahu putrinya bahwasanya ia telah menikah lagi dengan seorang wanita di
Busan. Wanita yang baik, menurutnya. Wanita itu sesungguhnya berstatus single,
anak lelaki yang bersamanya sesungguhnya bukanlah anaknya melainkan anak
kakaknya, kakaknya meninggal dunia disaat melahirkan anaknya dan kebetulan
sekali sang suami pada saat itu tak terlihat batang hidungnya, tidak tahu
kenapa, sehingga dirinyalah yang berkenan untuk mengurus bayi itu sampai dengan
sekarang.
“ appa, wae? Kenapa kau menyiksaku seperti
ini? appa..! “ matanya mulai
berkaca-kaca, keningnya mengkerut menunjukkan seberapa besar emosinya pada saat
itu. Anak laki-laki yang sedang bermain gitar pun kaget mendengar teriakan Seo
Hyeon, ia menghampiri ibunya dan memasang wajah kesal, kesal karena sudah
diganggu waktu bermainnya.
“ omma, wae geureyo? (ada apa?) “ tanya
anak lelaki itu.
“ gwenchanayo.. (tidak apa-apa..) “
jawabnya sembari tersenyum.
“ hajiman, kenapa ia berteriak seperti
itu? Apa dia gila? “ tanpa berpikir ia menanyakannya.
“ yak (hey) Cho Kyuhyun! Jaga ucapanmu! “
tak menyadari bahwa ternyata suaranya tak kalah tinggi. Ia pun menutup mulutnya
sebagai tanda bahwa ia malu.
“ omma, suaramu.. “ dengan nada kecil ia
membisikkan kepada ibunya. Namun tanpa mereka sadari, gadis itu sudah tidak ada
di ruangan itu.
“ chagi.. (sebutan sayang suami istri)
putrimu kemana? “
“ dia
pergi keluar.. “ jawabnya sembari menarik koper putrinya kedalam kamar. Seakan
mengetahui sifat putrinya, ia memilih membiarkan Seo Hyeon menyindiri dulu,
lagian Seo Hyeon tidak akan pergi jauh-jauh. Apapun yang terjadi, ia pasti akan
kembali. Pikirnya.
“ apa
tidak bahaya membiarkan dia sendirian diluar? Dia bahkan belum mengetahui lingkungan disini.. “
“ omma, kau terlalu mengkhawatirkannya,
lihat itu, kerutan diwajahmu mulai terlihat.. “ candanya seperti biasa.
“ hem,
baiklah, kalau begitu kau pergi menyusulnya. Pergi sana! “ mendorong putranya
dengan semangat, dari pada mengkhawatirkan Seo Hyeon lebih baik ia mengutus
putranya untuk menjaga Seo Hyeon, bagaimanapun juga sekarang mereka adalah
kakak-adik.
“ wae! Kenapa harus aku omma! “
“ kau
itukan oppa-nya.. cepat susul dia..! “
dorongan terakhir berhasil membuat putranya berlari menuju pagar lalu mencari
sang adik. Seo Hyeon.
Disebuah gang sempit. Gang tersebut sangat
gelap, tingginya bangunan membuat cahaya tidak dapat meneranginya. Gang buntu
itu menarik perhatian Seo Hyeon. Suasananya yang tenang dan juga sedikit gelap
akan membuatnya lebih terasa nyaman. Itu menurutnya.
“ ada
apa ini? Kenapa hidupku jadi seperti ini? Keluargaku? Mereka keluargaku? Hah,
yang benar saja. Aku bahkan tidak mengenal mereka. Appa.. kau menikahinya tanpa persetujuan dariku? Lalu aku ini apa?
Kau seenaknya mengganti ibuku. Aku harus bagaimana terhadapmu appa.. haruskah aku membencimu, lagi? “
tersungkur diatas lantai yang kotor, tanpa persetujuannya, air mata mengalir
dengan bebas. Ia menundukkan kepalanya untuk menutupi rasa sedih yang sedang ia
rasakan. Menangis didalam sepi.
Berlari, berjalan. Berlari lagi, berjalan
lagi. Itu yang dilakukan Kyuhyun sepanjang mencari Seo Hyeon. Selain tidak tahu
mau mencari kemana, ia juga merasa tindakan yang ia lakukan terlalu berlebihan.
Walaupun sekarang mereka merupakan kakak beradik, tetapi sejujurnya Kyuhyun
juga belum siap menerima keluarga barunya, Lee Hyeon Soo, ayahnya Seo Hyeon,
sudah sering mengunjunginya, namun ia tidak menyangka bahwa ternyata Hyeon soo lah
calon ayahnya. Ibunya tidak pernah menceritakan tentang hubungan mereka. Hanya
saja Kyuhyun merasa ada yang berbeda dengan sikap ibunya disaat bersama Hyeon
soo. Ibunya terlihat sangat bahagia dan lebih sering tertawa. Karena itu disaat
ibunya meminta persetujuan darinya, ia tidak dapat menolak. Hyeon soo sudah
mengatakan bahwa ia memiliki seorang putri, jika saatnya tiba, ia baru akan
membawa putrinya untuk bergabung bersama mereka. Di Busan.
“ wah..
langkah gadis itu cepat sekali, kemana aku harus mencarinya? merepotkan saja!
Lebih baik aku berkumpul dengan Joo Won, dasar gadis aneh. “ melupakan
tujuannya, Kyuhyun malah berlari kelapangan basket yang terdapat disekitar
rumahnya. Teman-temannya sudah berkumpul disana. Lapangan itu merupakan tempat
ia dan teman-temannya menghabiskan waktu bermain mereka. Sesampainya disana,
mereka langsung mengobrol dengan asik. Hujan turun tanpa tanda. Dengan cepat
mereka berlarian mencari tempat berlindung. Hembusan angin yang begitu kencang
membuat hampir seluruh pakaian Kyuhyun basah.
“ aku
pulang dulu. ” ia melewati hujan, berjalan dengan santai menuju rumahnya.
“ yak! Neo michoseo? (hey, kau gila?)
hujan begitu deras. “ ucap salah satu temannya.
“
pakaianku sudah terlanjur basah, hubungi aku jika ingin berkumpul. “
Hujan itu bagaikan kotak musik, iramanya
yang menggoda menciptakan kesejukan dihati. Kyuhyun sangat menikmati
perjalannya menuju rumah, dibawah derasnya hujan ia bernyanyi sekuat mungkin,
keadaan yang sepi membuatnya semakin membesarkan volume suaranya. Nugu? (siapa?)
“ nuguseyeo? (anda siapa?) “ ia melihat
seseorang disebuah lorong, gelapnya lorong tersebut membuatnya tidak dapat
melihat dengan jelas orang yang berada disana. Tidak mendapatkan jawaban
membuatnya semakin penasaran. Ia melangkahkan kakinya dengan perlahan,
mendekati orang tersebut.
“ yak.. gwenchana? (hey, kau baik-baik
saja?) “ semakin dekat semakin jelas.
Bahkan sangat jelas. “ do.. (kau..)
Seo Hyeon? Yak.. kau sedang apa
disini? “ dikarenakan ayah Seo Hyeon sering memperlihatkan foto putrinya,
dengan itu ia bisa mengenal wajah Seo Hyeon dengan mudah.
“ wae..? “ gadis itu menatapnya, matanya
memerah dikarenakan terus-terusan menangis.
“ wae?
Yak! Kau ini, mereka
menyuruhku mencarimu.. bangunlah, kita harus segera pulang. “
“
kenapa kau mencariku! Apa pentingnya aku bagimu?! “ dengan keras ia
mengatakannya.
“
kenapa kau berteriak kepadaku! Ibu yang menyuruhku, jika tidak, aku juga tidak
akan mencarimu! “ Kyuhyun terbawa emosi.
“ kalau
begitu pergi sana. Kka! (pergi!) “
“
baiklah, aku akan pergi. Kau urus dirimu sendiri! “ ia meninggalkan Seo Hyeon,
kembali kerumah tanpa Seo Hyeon membuat dirinya kembali dimarahi oleh ibunya.
“
dimana adikmu? Bukankah ibu menyuruhmu mencarinya? “ Cho Hyorin selaku ibunya
lantas marah disaat melihat putranya pulang tanpa membawa adiknya.
“ omma! Aku sudah mengajaknya pulang, tapi
ia malah membentakku! “
“
karena itu kau meningalkannya? Yak!
Kau itu sudah 17 tahun, seharusnya kau berpikir dewasa, adikmu begitu pasti ada
sebabnya! Bawa dia pulang sekarang juga! “
“ tapi
omma, ini sedang hujan.. “
“
adikmu lebih berharga daripada hujan! Kau lupa dengan apa yang pernah ibu
ceritakan padamu? Hidupnya sudah sangat merana! Kyu hyun, tidak bisakah kau
bersikap baik terhadapnya?“
Kali ini ia benar-benar berlari, sekuat
mungkin berlari menuju lorong sempit tadi. Kosong.
“
dimana gadis itu? Aish! Kau
benar-benar menyusahkan. “
Ia
mencoba mencari Seo Hyeon disekitar lorong tersebut, tidak ada. Menelusuri
disetiap tempat yang letaknya tidak jauh dari sana, ada sebuah taman, ia pun
mencoba mencari Seo Hyeon ditaman itu. Sebuah pohon yang lumayan besar berdiri
dengan gagah, melawan derasnya hujan dan mepertahankan setiap daunnya. Ada
seorang gadis sedang berteduh dibawahnya. Seorang
gadis? Berharap itu Seo Hyeon, ia
langsung berlari menghampiri gadis tersebut. Ternyata benar.
“ huh,
kau disini? Kau tidak merasa dingin? “ membuka payung yang ia bawa dan
memayungi adiknya. Tak lupa pula ia menggenggam tangan sang adik agar tidak
kehilangannya lagi.
“ kau
sedang apa? Lepaskan! “ Seo Hyeon melakukan perlawanan, ia merasa tidak nyaman
jika tangannya digenggam seperti itu.
“
sudah, kau diam saja. Kau hanya perlu berjalan mengikutiku. “ menarik Seo Hyeon
untuk kembali ke rumah.
“ lepaskan! “
“ ibu
sangat mengkhawatirkanmu! Kita harus segera pulang. “
“
benarkah? Dia mengkhawatirkanku? “
“ omma, panggil dia omma. “
“ omma? Dan kau, apa aku harus memanggilmu oppa? Kalian, apakah kalian bisa
menerimaku? Gadis kampung yang bahkan tidak pernah menerima ajaran baik dari orangtuanya,
gadis kecil yang miskin dan juga bodoh, gadis.. “
“
sudahlah, aku mengerti keadaanmu, terserah kau mau memanggilku apa, yang
terpenting sekarang kau pulang, jangan membuat mereka khawatir. Appa juga mengkhawatirkanmu, kita harus
pulang. “
“ omong
kosong apa ini? Khawatir? Jika dia mengkhawatirkanku, kenapa dia meninggalkanku
didesa selama itu! Meninggalkan putri satu-satunya seorang diri, dan sekarang,
dia seenaknya mengenalkanku pada kalian, keluarga baruku? Kau pikir aku bisa
menerimanya? “
“ yak!
Kau kira dia meninggalkanmu untuk bersenang-senang! Dia bekerja sekuat
tenaganya, dihina, ditendang kesana-kesini hanya untuk mendapatkan yang
seharusnya ia dapatkan, kebahagiaan, dan itu untukmu! pernikahan ini, ini hanya
sebuah bunga ditengah hutan.. kau mengerti? “
“ ... “
tak bisa berkata, ia sudah salah menilai sang ayah. Membiarkan rasa benci
tumbuh didirinya merupakan hal terbodoh yang pernah ia lakukan, setelah
mendengarkan pernyataan Kyuhyun, disaat itulah Seo Hyeon mulai membuka hatinya untuk keluarga
barunya.
Satu tahun sudah mereka hidup bersama.
Saat ini Kyuhyun sudah menjadi seorang mahasiswa disuatu universitas di Busan,
dan Seo Hyeon menjadi murid senior di sekolahnya. Menjalani hidup dengan
bahagia tanpa pertengkaran sedikitpun. Namun, terjadi perubahan sikap pada Seo
Hyeon. Dirinya lebih banyak diam disaat bersama Kyuhyun. Mereka biasanya
bermain bola basket bersama, tetapi ketika kejadian 2 hari yang lalu, disaat
Kyuhyun membawa seorang gadis ke lapangan basket. Seo Hyeon seperti tidak
menyukai teman wanitanya itu. Apa.. dia
cemburu?
“ Seo
hYeon, kenapa kau termenung disini? Kau tidak ikut Kyuhyun ke lapangan basket?
Biasanya kalian pergi bersama.. “ seraya membawa sepiring biskuit kesukaan
putrinya dan segelas susu hangat. Mereka berbincang di ruang perpustakan mini
milik putrinya itu.
“ omma,
benarkah oppa bukan anak kandungmu? “
“ hah?
“ pertanyaan Seo Hyeon terdengar aneh baginya.
“ mianhe omma, aku hanya ingin memastikan
sesuatu.. “
“ wae? Kau ada masalah? Ceritakan pada omma. “
“ omma, apa mungkin oppa memiliki seorang kekasih? Kemarin ia membawa seorang gadis ke
lapangan, dan mereka terlihat dekat. oppa
bahkan tidak menghiraukanku. “
“ kau
cemburu? “ Hyorin dapat merasakan kecumburuan pada Seo Hyeon. Dari awal ini
yang ia takuti. Dua orang remaja tak sedarah hidup bersama, tak bisa dipungkiri
akan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada mereka. Dan Hyorin pun
sepertinya siap untuk menerimanya.
“ omma! “
“ jika
kau cemburu, katakan padanya.. “
“ omma, aku hanya bertanya! Bicara denganmu hanya membuatku berdosa. Aku
pergi dulu. “
“ yak! biskuitmu dan susumu bagaimana? “
“ untuk
omma saja. “ tanpa sadar ia berjalan
ke lapangan basket. terlihat lagi, Gadis yang dulunya pernah bersama Kyuhyun.
Gadis itu duduk dipinggir lapangan sambil memperhatikan Kyuhyun dan
teman-temannya bermain. Ia terlihat manis dengan rok dan baju yang ia pakai.
Sangat feminim. Bertolak belakang dengan Seo Hyeon yang mengenakan pakaian yang
tidak ada bedanya dengan pakaian Kyuhyun. Ia memberanikan diri untuk
menghampiri gadis itu dan duduk disampingnya.
“
anyounghaseyo.. “ sapa gadis itu. Seo Hyeon terkagetkan dengan sapaan gadis
itu, ia tidak menyangka gadis itu bakalan menegurnya. Selama ini pikirannya
sudah melayang entah kemana, membayangkan bahwa gadis itu seorang yang sombong
dan menakutkan. Pikiran yang konyol.
“ ah,
anyounghaseyo.. “ jawabnya pelan.
“
joneun Nanako ibnida.. kau, bukankah kau adiknya Kyuhyun? “ dengan ramah ia
menanyakannya.
“ ne.. (ya..) “ menjawab dengan singkat.
Dilihatnya Kyuhyun sedang tersenyum dengan gadis itu, disaat Kyuhyun
melihatnya, ia langsung berlari kearahnya.
“ yak!
Kau sedang apa disini? “ tanyanya sembari mengambil air mineral dari tangan
gadis itu. Nanako.
“ wae? Apa aku mengganggumu? “ jawabannya
yang terdengar ketus membuat Kyuhyun tersedak.
“ uhuk
uhuk. bo? (apa?) aniyo.. aku hanya..
“
“
baiklah aku akan pergi. “ melangkahkan kakinya dengan cepat, ia merasakan
sesuatu sedang menghambat pernapasannya. Sesak sekali dadanya. Teriak sekuat
mungkin tanpa menghiraukan orang yang sedang memperhatikannya. Setibanya
dirumah, sang ayah menyambutnya dengan ramah, ia mengajak putrinya bermain
catur bersama.
“ kau
darimana? Kenapa wajahmu kusut begitu? “ tanya ayahnya sambil menatap papan
caturnya.
“
wajahku memang selalu begini. “ jawabnya sambil terus bermain.
“ aish
kau ini, kalian bertengkar? “
“ aniyo, appa, bisakah air hujan dan air
laut disatukan? “
“ tentu
saja bisa. “
“ tapi,
walau mereka serupa, tapi mereka tetap berbeda, apa bisa? “
“
serupa atau tidak, jika tuhan menakdirkan mereka untuk bersatu, mereka akan
tetap bersatu. “
“ jadi
begitu? “
“ yak Kyuhyun! Kau dari mana saja? Kau
bermain lagi? Mau sampai kapan kau bermain.. omo, nu..nugu? “ Kyuhyun
tiba dirumah, ia tidak sendiri, gadis itu, Nanako ikut bersamanya.
“ appa,
kenalkan, ini temanku dari jepang, namanya Nanako.. “ mereka menghampiri Hyeon
Soo, Seo Hyeon memperhatikan tingkah mereka dalam diam.
“
anyounghaseyo.. joneun nanako imnida.. “ sapanya ramah.
“
anyounghaseyo.. kalian duduklah, Seo Yeon, ambilkan minuman sana.. “ ia pun
memerintahkan putrinya, Seo Hyeon terlihat enggan.
“ aku? “ tidak bisa menolak, tatapan ayahnya sangat
menakutkan. Pria itu, Kyuhyun bahkan tidak ada memandangnya. Setelah ia menaruh
minuman dan beberapa makanan, ia menghampiri ibunya yang sedang menonton di
kamar.
“ omma.. “ merebahkan badannya disamping
ibunya.
“ wae?
“
“ omma, apa aku tidak menarik? Apa aku
tidak cantik? Apa yang harus aku ubah agar aku terlihat menarik omma? “
“ kau
jatuh cinta? Nugu? Siapa dia? “
“ omma, jika aku berkata jujur, apakah kau
akan marah kepadaku? “
“ tentu
saja tidak. Katakanlah. “
“ aku
mencintai oppa.. “
“ kalau
begitu nyatakan perasaanmu. “
“ omma, kau tidak marah padaku? “
“ yak... kalian tidak ada hubungan darah,
lagian omma tidak mempermasalahkan status, cinta tetaplah cinta, jika bisa
dipertahankan, maka pertahankanlah. Omma sudah menyadari perasaanmu sejak dulu,
hanya saja kau yang telat menyadarinya. “ perkataanya sangat menenangkan perasaan
Seo Hyeon.
“ tapi omma, oppa.. apa dia menyukaiku? “
“
karena itu kau harus menanyakannya langsung pada oppamu.. “
“ itu
tidak mungkin omma, oppa sudah mempunyai kekasih.. ia bahkan membawa gadis itu
kerumah kita.. “
“ jinjja? (benarkah?) hem.. tapi apa kau
yakin gadis itu kekasihnya? “
“ molla.. (tidak tahu..) aku melukis dulu.
“ pusing memikirkan perasaannya, ia pun beranjak ke halaman belakang rumah
mereka, melukis adalah satu-satunya jalan untuk menenangkan pikirannya.
Dua
jam ia habiskan waktu untuk melukis, lukisan yang berupa dirinya sendiri,
namun, ada gambar hati disampingnya, hanya saja hati itu masih terlihat kosong
tanpa isi.
“ kau
sedang apa? Melukis lagi? Kau tidak kedinginan? “ memperhatikan lukisan Seo
Hyeon sambil memakaikan selimut ke badan adik kesayangannya.
“ kau
tidak lihat aku sedang apa? “ menutupi kegugupan yang sedang ia rasakan,
jaraknya dengan Kyuhyun yang sangat dekat benar-benar membuatnya gugup bukan
main.
“ wajahmu? Kenapa kau melukis dirimu sendiri?
Lebih baik kau lukis aku. “ katanya sambil terus memperhatikan lukisan itu,
dilihatnya gambar hati yang terdapat dilukisan itu, kontras membuatnya terdiam.
“ aku
tidak bisa. “ Seo hyeon hendak pergi, tapi Kyuhyun dengan cepat menahannya. Ia
menggenggam tangan Seo Hyeon dengan erat.
“ wae? “
menatap Seo Hyeon dengan lekat, terdapat berbagai pertanyaan didalam
tatapannya.
“ bo? (apa?) “
“ kau
selalu menghindariku.. “
“
benarkah? “
“ wae?
“
“
menurutmu? “ jawabanya membuat Kyuhyun terpaku dan melepaskan genggamannya. Seo
Hyeon langsung pergi kekamarnya. Sesampai dikamar ia menghembuskan nafasnya
dengan kencang, tak menyadari bahwa sedari tadi ia menahan nafasnya. “ huh,
kenapa dia memandangku seperti itu? Aku bahkan lupa bernafas. “ merebahkan
tubuhnya diatas kasur dan tertidur.
Pagi ini Seo Hyeon berangkat sekolah lebih
awal. Alasannya Cuma satu. Agar tidak bertemu dengan Kyuhyun. Diperjalanannya
ke sekolah, ia melihat segerombolan pria sedang mengganggu seorang gadis,
setelah ia perhatikan dengan cermat, ternyata gadis itu adalah Nanako.
“ yak! Kalian sedang apa! “ keahlian bela
dirinya yang tidak bisa diremehkan membuatnya nekat untuk menghajar pria nakal
itu. Ia sempat mendapatkan beberapa pukulan diwajahnya dan juga badannya, namun
semua itu ia sudahi dengan pukulan supernya. Ia menarik tangan Nanako dan
mereka pun berlari ke tempat yang lebih ramai untuk menyelamatkan diri.
“
gomawo.. (terimakasih..) “ kata Nanako sambil melihat luka Seo Hyeon yang
terlihat parah.
“ ah.. ne.. do,
gwenchana? (kamu, tidak apa-apa?) “
“
seharusnya aku yang menanyakan itu, lukamu.. “
“ ah
ini, aku sudah sering merasakannya, bahkan aku pernah merasakan yang lebih dari
ini. Kalau begitu aku pergi dulu, jaga dirimu baik-baik. “ ia kembali berjalan
menuju sekolahnya.
“ yak.. ada yang ingin aku katakan
padamu.. “
“ nanti
saja.. aku sudah telat.. “ takut akan telat, ia pun berlari dengan cepat.
Saking cepatnya, ia tidak menyadari keberadaan Kyuhyun disana.
Disaat mendapatkan telepon dari Nanako,
Kyuhyun langsung bergebas menghampiri gadis itu. Diperjalanannya menemui
Nanako, ia melihat Seo Hyeon berlari
berlawanan arah dengannya. Gadis itu sepertinya tidak melihatnya. Ia
sempat menghentikan langkahnya, tapi ketika ia kembali teringat dengan Nanako,
ia kembali melanjutkan perjalanannya.
“ yak.. gwenchana? “ melihat gadis itu termenung membuatnya
khawatir.
“
Kyun.. Seo Hyeon.. dia terluka.. mianhe..
“
“ bo? Seo
hyeon? Seo hyeon wae? “
“ tadi
dia yang menyelamatkanku dari pria-pria itu.. “
“ bo!
(apa!) “
Kyuhyun sedang duduk bersama ibunya
diruang keluarga, mereka mengobrol sambil menikmati buskuit kesukaan Seo Hyeon.
Kyuhyun belum mengabarkan ibunya tentang peristiwa dipagi hari itu.
“
Kyun.. kau, apa kau mempunyai seorang kekasih? “ tanya ibunya.
“ aniyo, wae? (tidak, kenapa?) “ seraya menyantab biskuit
ia menjawab pertanyaan ibunya.
“ gadis
yang kemarin kau bawa kerumah ini, nugu? (siapa?)”
“ Cuma
teman. Omma, Seo Hyeon biasanya pulang jam berapa? Sudah sore begini kenapa belum
pulang juga. “
“ kau
mengkhawatirkannya? “
“ ah, aniyo.. aku hanya.. “
“ aku
pulang.. “ Seo Hyeon tiba dirumah. Ia tidak menyapa ibunya dan juga Kyuhyun,
takut lukanya terlihat. Ia langsung menuju kamarnya dan mengunci pintu
kamarnya.
“ gadis
itu, dia tidak menegurku.. apa dia tidak melihatku? “ kata Cho Hyorin. Kyuhyun
yang sepertinya mengetahui penyebabnya pun ikut-ikutan masuk ke kamarnya. Tapi
sebelum ia masuk kedalam kamarnya, Hyeon Soo, ayahnya memanggilnya.
“
Kyun.. tolong berikan uang ini kepada adikmu.. “
“ uang?
Untuk apa? “
“ besok
dia mau berlibur ke Jangho, dia merindukan desa itu. Jangan lupa berikan uang
itu kepadanya.. “ ayahnya langsung menghilang dibalik pintu. Ia masih menatap
tiket tersebut. Gadis itu, dia
benar-benar mau menghindariku?
Tok tok tok
“ nugu?
“ tanya Seo Hyeon dibalik pintu.
“ aku..
bukalah.. “ pintu terbuka, tetapi Seo Hyeon tidak terlihat, Kyuhyun masuk
kedalam kamar itu, dilihatnya Seo Hyeon sedang duduk di balkon kamarnya.
“ do.. gwenchana? “ ia duduk disamping Seo Hyeon yang sedang
mengompres lukanya dengan es.
“ hem.
“
“
lukamu, kenapa begitu banyak? “
“ ada
apa? “
“ bo? (apa?) “
“
kenapa kau kesini? Ada perlu apa? “
“ ah,
ini uangmu. “
“ gomawo.. (terimakasih..) “
“
berapa lama kau disana? “
“ aku
tidak tahu, pastinya selama yang aku inginkan. “
“ wae? “
“ hah?
“
“
kenapa kau kesana? “
“
karena aku ingin. Aku ingin menyendiri sejenak. “
“
yakin? Bukan karenaku? “
“ ... “
terdiam. Seo Hyeon tidak menyangka bahwa Kyuhyun akan menanyakan itu.
“ kau
tidak bisa menjawab? Jadi benar karenaku? “
“ aku
mau tidur. Kau bisa keluar. “
“
katakanlah, wae? “
“ aku
sudah mengantuk, jadi kumohon tinggalkan aku. “
“
baiklah. Seo Hyeon.. aku ingatkan dirimu, jangan pernah kau melukai dirimu
lagi. “ Kyuhyun langsung beranjak dari kamar itu.
Pagi ini Seo Hyun berangkat ke jangho
menggunakan kereta KTX (kereta api berkecepatan cepat). Disana ia mengunjungi
taman yang dulunya sempat ia bersihkan untuk dijadikannya tempat ia melukis.
Kini taman itu terlihat kotor, sepertinya tidak terurus. Ia mencari pohon besar
yang dulunya menjadi pilihannya, ternyata pohon itu masih ada beserta tempat
duduknya. Duduk sejenak disana sambil mengamati sekitaran taman tersebut.
Trrt
trrt trrt
Hpnya
berdering. Ada panggilan dari nomor yang tidak ia kenal, karena penasaran ia
pun menjawab telepon itu.
“ yobseyo? (siapa disana?) “
“ Seo
Hyeon, nan.. Nanako.. “
“ ah,
Nanako ssi? Wae geureyo? (ada apa?) “
“ kau
masih ingat, waktu itu ada yang ingin aku katakan padamu.. “
“ ah ne.. weo?
“
“ aku
dan kyun.. kami hanya berteman.. “
“ lalu?
“
“ tapi
aku menyukainya.. “
“ ... “
ia merasa tercekat, nafasnya seakan tidak memperbolehkannya untuk bernafas.
“
tapi.. dia tidak menyukaiku.. “
“
Nanako ssi, kenapa kau menceritakan ini kepadaku? Aku sedang ingin sendiri..
kalau kau sudah selesai berbicara, aku akan matikan.. “
“
tunggu! Aku belum selesai.. sebenarnya.. “
“
katakan.. “
“ Kyun
mendekatiku untuk melupakanmu.. “
“ bo? (apa?) apa maksud dari perkataanmu?
“
“ dia
menyukaimu.. “ tangannya bergetar, hpnya terjatuh. Kyuhyun menyukaiku?
Sarapan pagi ini berlangsung tanpa Seo Hyeon. Walaupun ada atau tidak,
Seo Hyeon tetap berpengaruh bagi keluarga ini. Dirinya yang pendiam tetapi
terdapat sisi perhatiannya terhadap keluar. Ia suka membantu ibunya
membersihkan meja makan, menyiram bunga, menemani ayahnya bermain catur.
Kepergian Seo Hyeon ke Jangho meninggalkan kesepian yang mendalam bagi keluarga
ini. Terutama Kyuhyun.
“ dia,
sudah pergi? “ tanya Kyuhyun dengan nada datar.
“ hem..
kau tidak berjumpa dengannya? “ tanya ibunya.
“ tidak.
Aku sudah selesai. “ ia berjalan menuju halaman belakang rumah mereka.
Mengambil bola basket dan drible bola untuk sesaat. Ternyata lukisan Seo Hyeon
masih berada disana. Ia merasa berkeinginan untuk kembali melihat lukisan itu.
Kali ini ia benar-benar kaget.
“ Kyun?
Dia.. “ gambar hati yang dulunya kosong kini sudah berisikan sebuah nama. Kyun.
“ jika
kau ingin menyusulnya, ibu titip biskuit ini. Sepertinya ia lupa membawa
biskuit ini. “ Cho Hyorin hadir tanpa sepengetahuannya. Ia sudah mengetahui apa
yang sedang dipikirkan putranya.
“ omma.. apa maksudmu? “
“
pergilah, susul dia, dia membutuhkanmu.. “
“
omma.. “
“ ah,
itu, tadi lukisannya kenapa dia buang, sudah mama bersihkan. Lukisan bagus
begitu kenapa harus disingkirkan. “
Membersihkan rumah seorang diri membuat
Seo Hyeon kelelahan. Untuk menghilangkan lelah, ia memasak ramen dan
mancampurkan kimchi didalamnya. Dengan lahap ia menyantab ramen kimchinya.
Selesai makan, ia menikmati angin sore di pinggir pantai. Saking nikmatnya, ia
tidak menyadari bahwa hari sudah gelap. Bintang-bintang mulai bermunculan.
Bulan menunjukkan keelokan bentuknya. Suara ombak sangat memanjakan telinganya,
pasir pantai yang halus membuatnya tidak ingin beranjak dari tempat itu. Jauh
dari keramaian, ia merebahkan tubuhnya diatas pasir dan menutup matanya.
Mengirup udara pesisir pantai yang sangat ia rindukan. Dan.. aroma ini..
“
biskuit? “ ia mengenal aroma ini. Aroma
ini seperti aroma biskuit buatan ibunya.
“
ahaha.. kau bahkan ingat aroma biskuit ini? “ kata seseorang.
“ bo? “ ia terperanjat ketika mendengar
suara itu.
“ ini
makan, apa kau kelaparan? Hidungmu sampai sepeka itu. ahaha.. lucu sekali. “
Kyuhyun duduk disampingnya dan membuka kotak biskuit yang ia bawa dari Busan.
“ kau,
bagaimana kau bisa disini? “
“ makan
saja.. kau pasti lupa membawa biskuit ini bukan? Makanlah.. “
“ wae?
“
“
jangan banyak tanya, makan saja.. “
“ aku
mau tidur. “ Seo Hyeon berdiri dan berjalan menuju rumahnya.
“ yak..
biskuitmu.. “
“ buang
saja. “
“ bo? “
“ wae!
Kenapa kau kesini? Bukankah aku sudah katakan kepadamu? Aku ingin sendiri
disini. “
“
kenapa kau ingin sendiri? “ Kyuhyun mulai memperlihatkan ekspresi seriusnya.
“ ... “
sejujurnya, Seo Hyeon juga tidak tau alasannya ke Jangho.
“ kau
tidak bisa jawab? Jadi benar, kau kesini karenaku? Kau ingin menghindariku? “
“ oppa.. jangan bergurau.. “
“ oppa? Kau menganggapku oppa? Aku oppamu? “
“
hentikan omonganmu. “ ia kembali berjalan dan menghiraukan Kyuhyun.
“ waktu
itu disaat aku menanyakan ini, kau berkata, bagaimana menurutku bukan? “
“ ... “
“
lukisanmu.. lukisanmu menjawab semuanya. “
“ kau..
melihatnya? Bukankah aku sudah membuangnya.. “
“ kau
tidak mau jujur padaku? “
“
bagaimana bisa aku jujur padamu..! “
“
kenapa tidak bisa? “
“ kau
bahkan tidak menghiraukanku, kau sibuk dengan gadis jepang itu.. apa kau tahu,
gadis itu menyukaimu. Apa pantas aku mengakui perasaanku sedangkan gadis itu
menderita disana? “
“ jadi
benar? kau menyukaiku? “
“ ... “
“ kau
menyukaiku? “
“
bukankah kau sudah tahu jawabannya! “
“ mian.. (maaf..) aku tidak bermaksud
menghiraukanmu. Waktu itu, aku masih terpikirkan oleh status kita, aku takut omma dan appa akan menentang perasaanku. Tapi, setelah aku membicarakan ini
kepada omma, aku baru berani untuk
mengungkapkannya padamu. “ memeluk Seo Hyeon dengan erat, melepaskan kotak
biskuit yang tadinya ia pegang.
“
jadi.. “
“ jadi?
Jadi apanya? “
“ kau
juga menyukaiku? “
“
menurutmu? “
“ itu
pertanyaanku.. “
“ ah
iya.. “
“ jawab
pertanyaanku..! “
“
pertanyaan apa? “
“ kau
menyukaiku, juga? “
“ apa
aku harus mengatakannya? “
“
tentu.. “
“ jadi
apa yang selama ini aku lakukan terhadapmu tidak bisa memperlihatkan betapa aku
menyukaimu? “
“ hah?
“ Seo Hyeon merasakan hembusan nafas Kyuhyun. Pria itu, ia mendekatkan wajahnya
pada Seo Hyeon, semakin dekat.. semakin dekat.. detak jantung semakin tidak
karuan. Kegelisahan berubah menjadi kenyamanan. Dan..
“ yak!
Kenapa biskuitnya kau buang! “ melihat biskuitnya berserakan dipantai membuat
Seo Hyeon menolak Kyuhyun.
“ itu..
siapa suruh tadi kau meninggalkanku.. “
“ aku
tidak meninggalkanmu! “
“
kenapa kau berteriak padaku? Aku ini kekasihmu. “
“
kekasih? “
Walaupun
mereka sudah menjadi sepasang kekasih, keributan tidak akan pernah luput dari mereka.
Tetapi, cinta tetaplah cinta.. amarah, sayang, cinta pun menjadi satu. Semuanya
bisa berkata. Termasuk.. Lukisan.
“ Cintaku padamu berawalan dari genggaman tanganmu,
begitu hangat hingga menjalar ke hatiku. "
1 komentar:
daebak!
kak, Kyuhyun yang yua request donk...
yang cast perempuannya sama eunhyuk...
Post a Comment