Sunday, September 28, 2014

Fanfiction_Breathing For You [Chapter 3/END]



Breathing For You_Chapter 3

hyung, kau masih ingat gambar kalung yang ada didalam kameraku? “ kata Kai dengan wajah sendu. Leeteuk mengangguk. “ ini kalungnya. “ Kai memperlihatkan kalungnya. Ternyata ia tidak berniat untuk mengembalikan kalung tersebut kepada Yoona.
“ bukankah kau bilang bahwa kalung ini sudah berada dengan pemiliknya? “ Tanya Leeteuk belum mengerti.
“ ya, aku baru saja mendapatkannya kembali. “
“ Kai-ya, aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan. “ katanya. Kai diam sejenak, lalu terlihat mantap untuk memulai menceritakan semuanya.
“ aku dan Yoona adalah sepasang kekasih. Tepatnya 5 tahun yang lalu. namun aku pergi meninggalkannya untuk berkuliah, dan tidak kembali hingga saat ini. aku melakukan itu bukan karena aku tidak menginginkannya, melainkan karena aku tidak mampu berada disampingnya setelah aku mengetahui keberadaan penyakit ini. “ jelasnya.
“ penyakitmu masih bisa disembuhkan, karena itu, jalani operasi itu, dan kembali padanya. “ bujuk Leeteuk mencoba meyakinkannya.
“ aku tidak yakin akan itu hyung. “
“ Kai-ya.. “
“ aku mohon padamu hyung, tolong rahasiakan semua ini. kumohon.. “


     Banyak hal yang Kai lakukan dibalik tidak kesadaran Yoona. seperti memotret gadis itu secara diam-diam. Membelikan gadis itu roti berselai stroberi dan menyuruh seorang bocah untuk memberikan kepada gadis itu. seperti ketika mereka sedang berada di air terjun. Sebenarnya pada saat itu Kai tidak pernah melepaskan pandangannya dari gadis itu. maka itu, ketika Yoona hendak terjatuh, Kai seperti kilat sudah langsung menangkapnya.
     Merasa sedih juga ketika harus berpura-pura ikut mencari kalung yang hilang. Walau jelas sekali bahwa kalung tersebut telah bersamanya di jauh hari. Ia juga harus rela mendengar ocehan amarah Leeteuk kepadanya karena tega menyakiti Yoona.
     Pagi itu dilihatnya Yoona terlihat santai. Kai pun merasa lebih tenang. Mereka sedang bersiap-siap menuju tempat pacuan kuda. Yoona sedang memanaskan mesin mobil, sedangkan Kai duduk tidak jauh dari gadis itu.
“ kau paham kan mengapa aku memilih pergi ke pacuan kuda? “ bisik Leeteuk yang sedikit mengagetkannya.
wae hyung? “ ia tidak mengerti.
aish, kau itu kan ahli berkuda, sedangkan aku tidak, apalagi gadis itu. “
“ lalu? “ masih belum mengerti.
“ kau ajak ia berkuda bersama! “ kata Leeteuk lebih menekankan perkataannya.
hyung, geurojima.. (jangan begitu) “
“ jika kau ingin aku menjaga rahasiamu, lakukanlah. “ ancam Leeteuk yang berakhir senyuman kemenangannya.

     Saat ini Kai sangat gugup. Ia terus diusik dengan permintaan Leeteuk yang seharusnya tidak ia lakukan. Tapi sebenarnya, kegugupan itu berasal dari pemilihan kata disaat ia hendak mengajak gadis itu. ia sulit memilih kata. Karena desakan yang Leeteuk lakukan terhadapnya, akhirnya tanpa takut, kata-kata itu terucap begitu saja olehnya.
     Ia juga memberanikan diri untuk mengobrol dengan gadis itu. awalnya semuanya berjalan lancar, namun ketika gadis itu menanyakan kebenaran namanya, ia kembali gugup. Dan seiring dengan itu, penyakitnya kembali kambuh. Ia pusing bukan main. Namun ia berusaha menahannya, ia tidak ingin gadis itu mengetahuinya. Setelah mereka selesai berkuda, dengan cepat ia berjalan menuju toilet, karena rasa sakit yang tidak mampu ia bendung, ia pun pingsan dan tidak sadarkan diri.

..........................

     Dua hari sudah pria itu tidak sadarkan diri. Tubuh lemahnya hanya terbaring diatas tempat tidur rumah sakit. Leeteuk dan Yoona terus setia menunggunya. Kini Yoona sudah mengetahui semuanya. Secara perlahan Leeteuk menceritakan semuanya kepadanya. Dengan berlinang air mata Yoona mencoba memahami pria itu.
     Malam hari yang semakin dingin. Yoona merasa harus mencari makanan dan minuman hangat untuk menjaga kesehatan mereka. ia pun memilih keluar untuk membeli sesuatu. Sedangkan Leeteuk tetap setia disamping Kai. Tidak disangka, ketika itu kelopak mata kai bergerak dan perlahan terbuka. Leeteuk bersabar untuk menunggu Kai memberikan reaksi.
hyung.. “ mendengar Kai mengatakan itu, tentu Leeteuk langsung memeluknya erat.
“ syukurlah, akhirnya kau sadar juga. “
“ apa aku dirumah sakit lagi? “ jawabnya ketus dengan nada lemah.
“ jangan begitu. Yang penting kau sudah sadar, dengan begitu kau bisa menjalani operasi beberapa hari lagi. “
mwo? Apa maksudmu hyung?
“ Kai-ya, kau harus menjalani operasi itu.. “
shiro! “ tolaknya keras.
“ Kai-ya.. “
hyung, kau sendiri juga tahu, resiko atas operasi ini sangat besar, dan kemungkinan untuk diriku selamat sangatlah kecil. Jika gagal, aku akan hidup dengan cacat dan tanpa ingatan, aku lebih memilih mati dari pada itu hyung.. “
“ jangan berkata seperti itu.. “
“ aku takut, aku takut bahwa aku tidak bisa mengingatnya hyung, mengertilah.. “
gwenchana.. “ kata seseorang dari balik pintu. Sedetik kemudian Yoona datang menghampiri mereka. “ jika nanti kau tidak mengingatku, aku akan membantumu untuk kembali mengingatku. Yang terpenting kau tetap menjalani operasi itu. “ ujar gadis itu sembari menatapnya hangat. Kai terdiam mencoba memahami. Ia menoleh kepada Leeteuk, tetapi Leeteuk malah pergi meninggalkan mereka berdua disana. Gadis itu langsung duduk disamping pria itu. Yoona terus menatapnya. Aneh, Kai tidak bisa mengatakan sepatah katapun. hanya membalas tatapan gadis itu. saling tatap menatap.
     Air mata kerinduan mulai mengintip dari ujung mata, yang perlahan memberontak dan terjatuh menyentuh pipi dengan lembut. Melihat pipi Yoona yang dibasahi air mata, tangan Kai dengan reflek menyeka air mata itu dengan jarinya, perlahan, penuh cinta. Merasakan sentuhan itu, air mata gadis itu semakin menderas. Ia sangat merindukan sentuhan itu. kehangatan yang pria itu berikan padanya, membuatnya merasakan kenyamanan yang selama ini ia inginkan.
bogoshipda.. (aku merindukanmu) “ ungkap Kai pelan. Tidak mampu menahannya lagi, Yoona langsung memeluk pria itu, sangat erat. Tangan pria itu juga mulai melingkar ditubuh gadis itu, lalu mengelus rambut gadis itu dengan lembut. “ saranghae.. “ ungkapnya sekali lagi.
nado.. “ jawab Yoona diiringi dengan suara isakan tangisnya. Setelah merasa tenang, Yoona melepaskan pelukannya perlahan. Lalu kembali menatap Kai dengan lekad. “ demi aku, jalanilah operasi itu, kumohon.. “ pintanya dengan penuh harap. Kai diam sejenak, lalu tanpa ragu, ia mengangguk mengiyakan.
“ baiklah.. “ air mata kembali mengalir mendengar perkataan itu. Yoona kembali memeluknya. Memberikan kekuatan kepadanya, agar nantinya pria itu bisa melewati operasi dengan lancar.

     Sebulan telah berlalu. Operasi juga telah berlalu jauh hari yang lalu. Namun tidak seperti harapannya, hingga kini, Kai belum juga sadarkan diri, karena itu pihak rumah sakit belum bisa mengatakan hasil dari operasi tersebut sebelum Kai sadarkan diri. Melihat tubuh itu tergeletak tak bertenaga seperti itu tentu menyakitkan. Yoona menjalani hari-harinya dengan gelisah. Mengasihani pria itu yang tak juga membuka mata.
     Tak lagi bersemangat untuk menjalani aktifitasnya. Kerjaan yang Heechul berikan kepadanya sudah ditolaknya dari jauh hari. Hanya menemani pria itu disana, diruangan yang semakin lama semakin terasa sepi, senyap tanpa suara. Hanya keajaiban yang ia tunggu. Keajaiban akan kesembuhan pria itu, dan kembali kepadanya.
yak, kau mau kemana? Aku ada.. “ untuk kesekian kalinya perkataan Heechul tidak dihiraukan olehnya. Ia sudah berlari menuju mobilnya dan tidak lama dari itu menghilang dari sana. tetapi walau begitu, Heechul bisa memahami gadis itu. “ baiklah, aku bisa memahamimu.. “ ucapnya penuh kesabaran.
     Gadis itu kembali mengunjungi Kai dirumah sakit. Aneh, ia melihat banyak perawat didepan pintu ruangan dimana Kai berada. Takut akan terjadi sesuatu, ia langsung berlari kesana. Mereka melarangnya masuk.
wae? Aku ingin masuk.. “ meronta kesal karena dilarang memasuki ruangan itu.
“ kau tidak boleh masuk, kondisi pasien sedang kritis, para dokter sedang menanganinya. “ jelas salah seorang perawat yang ada disana.
mwo? Kritis? “ seakan tidak memiliki tenaga, mendengar itu membuat tubuhnya merosot kelantai. “ Jongin-na.. andwe, kau harus kuat, kau harus kuat Jongin-na.. kau harus kembali kepadaku.. “ batinnya sembari merintih sedih.
     Satu jam telah berlalu. Sepertinya kondisi Kai telah kembali membaik. Terlihat kini para dokter dan perawat mulai meninggalkan ruangan itu. Leeteuk tiba dengan nafasnya yang tersengal, ia baru saja mendapat kabar ini dari perawat. Membantu Yoona bangkit dari lantai.
gwenchana? (kau baik-baik saja) “ kata Leeteuk perhatian. Yoona mengangguk lemah. Disaat mereka hendak melangkah masuk, seorang perawat menghampiri mereka.
jeogiyo.. (permisi), bisakah anda ikut denganku? Ada yang ingin dokter sampaikan padamu. “ kata si perawat kepada Leeteuk, mereka pun pergi dan tinggallah Yoona disana. Ia langsung menemui Kai.
     Wajahnya pucat seakan tak ada darah yang mengalir disana. Nafasnya melemah, Tubuhnya dingin, raut wajah yang memperlihatkan kesakitan yang tak mampu terucapkan oleh kata-kata. Miris melihat semua itu. Yoona sudah tidak bisa menangis lagi. Pernah, sejenak terlintas dipikirannya untuk merelakan pria itu, karena ia sudah tidak sanggup melihat tubuh itu menderita seperti itu.
     Pintu terbuka dan Leeteuk terliat dari sana. langkah beratnya membawanya kehadapan gadis itu. seperti sulit untuk mengatakannya, Leeteuk diam untuk beberapa menit. Seakan sudah memahami raut wajahnya, Yoona menguatkan dirinya terlebih dahulu, sebelum meminta Leeteuk untuk menjelaskan kepadanya, apa yang dokter perbincangkan padanya.
wae oppa? “ kata Yoona menahan tangis. Leeteuk menatapnya tidak yakin. “ katakanlah.. “ gadis itu mencoba meyakinkannya.
“ dokter mengatakan padaku. Sekarang, adalah saatnya.. “ matanya memerah tak kuasa menahan kesedihannya. Yoona menghela nafas lemah, seakan sudah mengerti dengan apa yang Leeteuk maksud.
eonje? (kapan) “ tanyanya pelan yang terdengar serak.
naeil (besok) “ katanya pasrah. Ya, besok adalah saatnya untuk melepas alat bantu pernafasan dan segala sesuatu yang telah membantu Kai bertahan hidup hingga saat ini. intinya, tidak ada lagi harapan untuknya.

     Hari itu telah berlalu tepatnya dua hari yang lalu. Pada saat itu Yoona memilih tidak hadir disana. Sungguh, ia tidak mampu melihat semua itu. ia tidak ingin menjadi salah satu orang yang membiarkan alat itu membunuh Kai. Karena itu, ia memilih duduk ditepi pantai seorang diri. Dari pagi, hingga senja, bahkan sampai matahari benar-benar tak terlihat lagi. Tanpa ponsel, karena ia tidak ingin seorang pun menghubunginya. Hanya ingin seorang diri, meratapi kesedihan itu. Saat ini ia kembali menyindiri di pinggir pantai. Tidak menghiraukan udara malam yang menusuk.
Tidak perlu melihat, hanya perlu merasakan.. air mata tiada henti membasahi wajahnya. Tidak, ia tidak bisa hidup tanpa pria itu. ia tidak bisa jika hanya harus merasakannya, ia tidak bisa jika tidak melihat wajah itu, ia merindukan pria itu, sangat. Tapi, pria itu telah tiada, bagaimana ini?
     Dilihatnya ombak pantai yang menghempas keras. Degg! Pikiran jahat mulai menggerogotinya. Ia bangkit dari duduknya. Matanya hanya menatap ombak yang menggumpal, tidak lagi memikirkan apapun, hanya menatap ombak tersebut. kakinya terus melangkah pasti, semakin mendekati bibir pantai, dan, kini ia mulai memasuki air, tanpa rasa takut, kakinya tidak berhenti melangkah, semakin dalam, dan kini air telah menyentuh pinggangnya. Air mata terus mengalir, bahkan kini ia terisak menderita. Akal dan pikirannya sudah sangat bertentangan dengannya. Hanya satu yang ada dipikirannya. Yaitu, mengakhiri hidupnya.
mwo haneungoya! (apa yang sedang kau lakukan) “ suara itu terdengar lantang dan sangat keras. Syukur, suara itu berhasil menyadarkan Yoona. seperti mengenal suara itu, dengan cepat Yoona berbalik dan menoleh.
     Pandangannya sedikit mengabur diakibatkan sedang menangis. dilihatnya seseorang sedang berlari kearahnya. Semakin dekat, semakin jelas siapa orang tersebut. dan ketika ia sudah bisa menyadari siapa orang tersebut, tubuhnya melemah dan terperosot, syukurnya orang tersebut sudah menangkapnya terlebih dahulu, ia langsung membawa Yoona ke bibir pantai.
     Orang tersebut membantu Yoona berdiri, gadis itu terus mengamati wajah itu. nafasnya seakan tersengal. Tidak menyangka dengan apa yang sedang ia lihat. Ia baru tersadar sepenuhnya. Tanpa berkedip, matanya menatap tak percaya.
“ Jongin-na.. “ air mata kembali mengalir tanpa ragu. “ Jongin-na, ini kau? “ jari-jemarinya menyentuh wajah itu dengan penuh kerinduan.
“ ya, ini aku. “ jawab orang tersebut yang ternyata adalah Kai, Kim jongin.
mwo? “ terisak dengan sedih. “ ini sungguh kau.. “ ia memeluk tubuh yang terlihat kurus itu. belum bisa mempercayai kehadiran pria itu disana. “ apa yang sebenarnya terjadi? “ tanyanya setelah melepaskan pelukannya.
“ aku tersadar tepat sebelum alat-alat itu dicabut. “ kata Kai dengan senyuman bahagianya.
mwo? “ Yoona tidak mampu mempercayai itu, tetapi ia sangat amat senang akan hal itu.
hyung berkali-kali mencoba menghubungimu, tetapi ponselmu tidak bisa dihubungi. “
“ lalu kenapa kau tidak menyuruhnya untuk menemuiku! “
“ aku hanya ingin membuat kejutan untukmu, tapi aku tidak menyangka ketika melihat apa yang sedang kau lakukan tadi, kau benar-benar bodoh! jangan pernah melakukan hal bodoh seperti itu lagi, kau mengerti? “ menjitak kepala gadis itu pelan. Yoona menjadi manyun malu dan kembali memeluknya. “ bogoshipo.. “ pria itu tersenyum bahagia.
nado.. (aku juga) walau hal ini sangat jauh dari logika, tetapi aku benar-benar bahagia karena kau kembali kepadaku, aku, aku tidak bisa hidup tanpamu, jadi kumohon, mulai dari sekarang, tetaplah bersamaku. “
“ dengan senang hati. “ jawab Kai dengan yakin. disela itu, Kai memakaikan sebuah kalung untuk gadis itu. Yoona kembali terpana ketika dilihatnya bahwa kalung itu adalah kalung yang selama ini ia cari. Kai mengecup kening Yoona dengun penuh kasih sayang.
yak, sudah.. sudah.. lebih baik kalian ganti pakaian. Ini sangat dingin, kalian bisa terkena flu. Yak! Kalian tidak mendengarku? “ teriak Leeteuk dari kejauhan yang sedang mencoba mendekati mereka. sepertinya mereka tidak mendengar perkataannya.
aigoo, kau itu norak sekali, biarkan saja mereka seperti itu. “ sela Heechul yang sedang mengikuti langkahnya dan mencoba menghentikannya.
“ apa katamu? Yak, anak itu baru saja sembuh dari sakitnya, bahaya jika.. “
“ ehei.. Kau lihat itu, mereka mau berciuman, ayo kita pergi! “ menarik lengan Leeteuk untuk menjauh dari sana.

     Dibalik dinginnya malam. Angin yang menghempas pelan. Tak lagi dirasakan oleh mereka udara yang menusuk itu. cinta berhasil menyelimuti mereka dengan hangat. Dan ciuman pun terjalin dengan mesra. Dibawah gelapnya malam. Mereka melewatinya dengan indah.


The end.

0 komentar: