Breathing
For You_Chapter 3
“
hyung,
kau masih ingat gambar kalung yang ada didalam kameraku? “ kata Kai dengan
wajah sendu. Leeteuk mengangguk. “ ini kalungnya. “ Kai memperlihatkan
kalungnya. Ternyata ia tidak berniat untuk mengembalikan kalung tersebut kepada
Yoona.
“ bukankah kau bilang
bahwa kalung ini sudah berada dengan pemiliknya? “ Tanya Leeteuk belum
mengerti.
“ ya, aku baru saja
mendapatkannya kembali. “
“ Kai-ya, aku tidak mengerti dengan apa yang
kau katakan. “ katanya. Kai diam sejenak, lalu terlihat mantap untuk memulai
menceritakan semuanya.
“ aku dan Yoona adalah
sepasang kekasih. Tepatnya 5 tahun yang lalu. namun aku pergi meninggalkannya
untuk berkuliah, dan tidak kembali hingga saat ini. aku melakukan itu bukan
karena aku tidak menginginkannya, melainkan karena aku tidak mampu berada
disampingnya setelah aku mengetahui keberadaan penyakit ini. “ jelasnya.
“ penyakitmu masih bisa
disembuhkan, karena itu, jalani operasi itu, dan kembali padanya. “ bujuk
Leeteuk mencoba meyakinkannya.
“ aku tidak yakin akan
itu hyung. “
“ Kai-ya.. “
“ aku mohon padamu hyung, tolong rahasiakan semua ini.
kumohon.. “
Banyak hal yang Kai lakukan dibalik tidak kesadaran
Yoona. seperti memotret gadis itu secara diam-diam. Membelikan gadis itu roti
berselai stroberi dan menyuruh seorang bocah untuk memberikan kepada gadis itu.
seperti ketika mereka sedang berada di air terjun. Sebenarnya pada saat itu Kai
tidak pernah melepaskan pandangannya dari gadis itu. maka itu, ketika Yoona
hendak terjatuh, Kai seperti kilat sudah langsung menangkapnya.
Merasa sedih juga ketika harus
berpura-pura ikut mencari kalung yang hilang. Walau jelas sekali bahwa kalung
tersebut telah bersamanya di jauh hari. Ia juga harus rela mendengar ocehan
amarah Leeteuk kepadanya karena tega menyakiti Yoona.
Pagi itu dilihatnya Yoona terlihat santai.
Kai pun merasa lebih tenang. Mereka sedang bersiap-siap menuju tempat pacuan
kuda. Yoona sedang memanaskan mesin mobil, sedangkan Kai duduk tidak jauh dari
gadis itu.
“ kau paham kan mengapa
aku memilih pergi ke pacuan kuda? “ bisik Leeteuk yang sedikit mengagetkannya.
“ wae hyung? “ ia tidak mengerti.
“ aish, kau itu kan ahli berkuda, sedangkan aku tidak, apalagi gadis
itu. “
“ lalu? “ masih belum
mengerti.
“ kau ajak ia berkuda
bersama! “ kata Leeteuk lebih menekankan perkataannya.
“ hyung, geurojima.. (jangan begitu) “
“ jika kau ingin aku
menjaga rahasiamu, lakukanlah. “ ancam Leeteuk yang berakhir senyuman
kemenangannya.
Saat ini Kai sangat gugup. Ia terus diusik
dengan permintaan Leeteuk yang seharusnya tidak ia lakukan. Tapi sebenarnya,
kegugupan itu berasal dari pemilihan kata disaat ia hendak mengajak gadis itu.
ia sulit memilih kata. Karena desakan yang Leeteuk lakukan terhadapnya,
akhirnya tanpa takut, kata-kata itu terucap begitu saja olehnya.
Ia juga memberanikan diri untuk mengobrol
dengan gadis itu. awalnya semuanya berjalan lancar, namun ketika gadis itu menanyakan
kebenaran namanya, ia kembali gugup. Dan seiring dengan itu, penyakitnya
kembali kambuh. Ia pusing bukan main. Namun ia berusaha menahannya, ia tidak
ingin gadis itu mengetahuinya. Setelah mereka selesai berkuda, dengan cepat ia
berjalan menuju toilet, karena rasa sakit yang tidak mampu ia bendung, ia pun
pingsan dan tidak sadarkan diri.
..........................
Dua hari sudah pria itu tidak sadarkan
diri. Tubuh lemahnya hanya terbaring diatas tempat tidur rumah sakit. Leeteuk
dan Yoona terus setia menunggunya. Kini Yoona sudah mengetahui semuanya. Secara
perlahan Leeteuk menceritakan semuanya kepadanya. Dengan berlinang air mata
Yoona mencoba memahami pria itu.
Malam hari yang semakin dingin. Yoona
merasa harus mencari makanan dan minuman hangat untuk menjaga kesehatan mereka.
ia pun memilih keluar untuk membeli sesuatu. Sedangkan Leeteuk tetap setia
disamping Kai. Tidak disangka, ketika itu kelopak mata kai bergerak dan
perlahan terbuka. Leeteuk bersabar untuk menunggu Kai memberikan reaksi.
“ hyung.. “ mendengar Kai mengatakan itu, tentu Leeteuk langsung
memeluknya erat.
“ syukurlah, akhirnya
kau sadar juga. “
“ apa aku dirumah sakit
lagi? “ jawabnya ketus dengan nada lemah.
“ jangan begitu. Yang
penting kau sudah sadar, dengan begitu kau bisa menjalani operasi beberapa hari
lagi. “
“ mwo? Apa maksudmu hyung?
“
“ Kai-ya, kau harus menjalani operasi itu.. “
“ shiro! “ tolaknya keras.
“ Kai-ya.. “
“ hyung, kau sendiri juga tahu, resiko atas operasi ini sangat besar,
dan kemungkinan untuk diriku selamat sangatlah kecil. Jika gagal, aku akan
hidup dengan cacat dan tanpa ingatan, aku lebih memilih mati dari pada itu
hyung.. “
“ jangan berkata
seperti itu.. “
“ aku takut, aku takut
bahwa aku tidak bisa mengingatnya hyung, mengertilah.. “
“ gwenchana.. “ kata seseorang dari balik pintu. Sedetik kemudian
Yoona datang menghampiri mereka. “ jika nanti kau tidak mengingatku, aku akan
membantumu untuk kembali mengingatku. Yang terpenting kau tetap menjalani
operasi itu. “ ujar gadis itu sembari menatapnya hangat. Kai terdiam mencoba
memahami. Ia menoleh kepada Leeteuk, tetapi Leeteuk malah pergi meninggalkan
mereka berdua disana. Gadis itu langsung duduk disamping pria itu. Yoona terus
menatapnya. Aneh, Kai tidak bisa mengatakan sepatah katapun. hanya membalas
tatapan gadis itu. saling tatap menatap.
Air mata kerinduan mulai mengintip dari
ujung mata, yang perlahan memberontak dan terjatuh menyentuh pipi dengan
lembut. Melihat pipi Yoona yang dibasahi air mata, tangan Kai dengan reflek
menyeka air mata itu dengan jarinya, perlahan, penuh cinta. Merasakan sentuhan
itu, air mata gadis itu semakin menderas. Ia sangat merindukan sentuhan itu.
kehangatan yang pria itu berikan padanya, membuatnya merasakan kenyamanan yang
selama ini ia inginkan.
“ bogoshipda.. (aku merindukanmu) “ ungkap Kai pelan. Tidak mampu
menahannya lagi, Yoona langsung memeluk pria itu, sangat erat. Tangan pria itu
juga mulai melingkar ditubuh gadis itu, lalu mengelus rambut gadis itu dengan
lembut. “ saranghae.. “ ungkapnya
sekali lagi.
“ nado.. “ jawab Yoona diiringi dengan suara isakan tangisnya.
Setelah merasa tenang, Yoona melepaskan pelukannya perlahan. Lalu kembali
menatap Kai dengan lekad. “ demi aku, jalanilah operasi itu, kumohon.. “
pintanya dengan penuh harap. Kai diam sejenak, lalu tanpa ragu, ia mengangguk
mengiyakan.
“ baiklah.. “ air mata
kembali mengalir mendengar perkataan itu. Yoona kembali memeluknya. Memberikan
kekuatan kepadanya, agar nantinya pria itu bisa melewati operasi dengan lancar.
Sebulan telah berlalu. Operasi juga telah
berlalu jauh hari yang lalu. Namun tidak seperti harapannya, hingga kini, Kai
belum juga sadarkan diri, karena itu pihak rumah sakit belum bisa mengatakan
hasil dari operasi tersebut sebelum Kai sadarkan diri. Melihat tubuh itu
tergeletak tak bertenaga seperti itu tentu menyakitkan. Yoona menjalani
hari-harinya dengan gelisah. Mengasihani pria itu yang tak juga membuka mata.
Tak lagi bersemangat untuk menjalani
aktifitasnya. Kerjaan yang Heechul berikan kepadanya sudah ditolaknya dari jauh
hari. Hanya menemani pria itu disana, diruangan yang semakin lama semakin
terasa sepi, senyap tanpa suara. Hanya keajaiban yang ia tunggu. Keajaiban akan
kesembuhan pria itu, dan kembali kepadanya.
“ yak, kau mau kemana? Aku ada.. “ untuk kesekian kalinya perkataan
Heechul tidak dihiraukan olehnya. Ia sudah berlari menuju mobilnya dan tidak
lama dari itu menghilang dari sana. tetapi walau begitu, Heechul bisa memahami
gadis itu. “ baiklah, aku bisa memahamimu.. “ ucapnya penuh kesabaran.
Gadis itu kembali mengunjungi Kai dirumah
sakit. Aneh, ia melihat banyak perawat didepan pintu ruangan dimana Kai berada.
Takut akan terjadi sesuatu, ia langsung berlari kesana. Mereka melarangnya masuk.
“ wae? Aku ingin masuk.. “ meronta kesal karena dilarang memasuki
ruangan itu.
“ kau tidak boleh
masuk, kondisi pasien sedang kritis, para dokter sedang menanganinya. “ jelas
salah seorang perawat yang ada disana.
“ mwo? Kritis? “ seakan tidak memiliki tenaga, mendengar itu membuat
tubuhnya merosot kelantai. “ Jongin-na..
andwe, kau harus kuat, kau harus kuat Jongin-na.. kau harus kembali kepadaku.. “ batinnya sembari merintih
sedih.
Satu jam telah berlalu. Sepertinya kondisi
Kai telah kembali membaik. Terlihat kini para dokter dan perawat mulai
meninggalkan ruangan itu. Leeteuk tiba dengan nafasnya yang tersengal, ia baru
saja mendapat kabar ini dari perawat. Membantu Yoona bangkit dari lantai.
“ gwenchana? (kau baik-baik saja) “ kata Leeteuk perhatian. Yoona
mengangguk lemah. Disaat mereka hendak melangkah masuk, seorang perawat
menghampiri mereka.
“ jeogiyo.. (permisi), bisakah anda ikut denganku? Ada yang ingin
dokter sampaikan padamu. “ kata si perawat kepada Leeteuk, mereka pun pergi dan
tinggallah Yoona disana. Ia langsung menemui Kai.
Wajahnya pucat seakan tak ada darah yang
mengalir disana. Nafasnya melemah, Tubuhnya dingin, raut wajah yang
memperlihatkan kesakitan yang tak mampu terucapkan oleh kata-kata. Miris
melihat semua itu. Yoona sudah tidak bisa menangis lagi. Pernah, sejenak
terlintas dipikirannya untuk merelakan pria itu, karena ia sudah tidak sanggup
melihat tubuh itu menderita seperti itu.
Pintu terbuka dan Leeteuk terliat dari
sana. langkah beratnya membawanya kehadapan gadis itu. seperti sulit untuk
mengatakannya, Leeteuk diam untuk beberapa menit. Seakan sudah memahami raut
wajahnya, Yoona menguatkan dirinya terlebih dahulu, sebelum meminta Leeteuk
untuk menjelaskan kepadanya, apa yang dokter perbincangkan padanya.
“ wae oppa? “ kata Yoona menahan tangis. Leeteuk menatapnya tidak
yakin. “ katakanlah.. “ gadis itu mencoba meyakinkannya.
“ dokter mengatakan
padaku. Sekarang, adalah saatnya.. “ matanya memerah tak kuasa menahan
kesedihannya. Yoona menghela nafas lemah, seakan sudah mengerti dengan apa yang
Leeteuk maksud.
“ eonje? (kapan) “ tanyanya pelan yang terdengar serak.
“ naeil (besok) “ katanya pasrah. Ya, besok adalah saatnya untuk
melepas alat bantu pernafasan dan segala sesuatu yang telah membantu Kai
bertahan hidup hingga saat ini. intinya, tidak ada lagi harapan untuknya.
Hari itu telah berlalu tepatnya dua hari
yang lalu. Pada saat itu Yoona memilih tidak hadir disana. Sungguh, ia tidak
mampu melihat semua itu. ia tidak ingin menjadi salah satu orang yang
membiarkan alat itu membunuh Kai. Karena itu, ia memilih duduk ditepi pantai
seorang diri. Dari pagi, hingga senja, bahkan sampai matahari benar-benar tak
terlihat lagi. Tanpa ponsel, karena ia tidak ingin seorang pun menghubunginya.
Hanya ingin seorang diri, meratapi kesedihan itu. Saat ini ia kembali
menyindiri di pinggir pantai. Tidak menghiraukan udara malam yang menusuk.
Tidak
perlu melihat, hanya perlu merasakan.. air mata tiada henti
membasahi wajahnya. Tidak, ia tidak bisa hidup tanpa pria itu. ia tidak bisa
jika hanya harus merasakannya, ia tidak bisa jika tidak melihat wajah itu, ia
merindukan pria itu, sangat. Tapi, pria itu telah tiada, bagaimana ini?
Dilihatnya ombak pantai yang menghempas
keras. Degg! Pikiran jahat mulai menggerogotinya. Ia bangkit dari duduknya.
Matanya hanya menatap ombak yang menggumpal, tidak lagi memikirkan apapun,
hanya menatap ombak tersebut. kakinya terus melangkah pasti, semakin mendekati
bibir pantai, dan, kini ia mulai memasuki air, tanpa rasa takut, kakinya tidak
berhenti melangkah, semakin dalam, dan kini air telah menyentuh pinggangnya.
Air mata terus mengalir, bahkan kini ia terisak menderita. Akal dan pikirannya
sudah sangat bertentangan dengannya. Hanya satu yang ada dipikirannya. Yaitu,
mengakhiri hidupnya.
“ mwo haneungoya! (apa yang sedang kau lakukan) “ suara
itu terdengar lantang dan sangat keras. Syukur, suara itu berhasil menyadarkan
Yoona. seperti mengenal suara itu, dengan cepat Yoona berbalik dan menoleh.
Pandangannya sedikit
mengabur diakibatkan sedang menangis. dilihatnya seseorang sedang berlari
kearahnya. Semakin dekat, semakin jelas siapa orang tersebut. dan ketika ia
sudah bisa menyadari siapa orang tersebut, tubuhnya melemah dan terperosot,
syukurnya orang tersebut sudah menangkapnya terlebih dahulu, ia langsung
membawa Yoona ke bibir pantai.
Orang tersebut membantu
Yoona berdiri, gadis itu terus mengamati wajah itu. nafasnya seakan tersengal.
Tidak menyangka dengan apa yang sedang ia lihat. Ia baru tersadar sepenuhnya.
Tanpa berkedip, matanya menatap tak percaya.
“ Jongin-na.. “ air mata
kembali mengalir tanpa ragu. “ Jongin-na,
ini kau? “ jari-jemarinya menyentuh wajah itu dengan penuh kerinduan.
“ ya, ini aku. “ jawab orang tersebut yang ternyata adalah Kai, Kim
jongin.
“ mwo? “ terisak dengan
sedih. “ ini sungguh kau.. “ ia memeluk tubuh yang terlihat kurus itu. belum
bisa mempercayai kehadiran pria itu disana. “ apa yang sebenarnya terjadi? “
tanyanya setelah melepaskan pelukannya.
“ aku tersadar tepat sebelum alat-alat itu dicabut. “ kata Kai dengan
senyuman bahagianya.
“ mwo? “ Yoona tidak mampu
mempercayai itu, tetapi ia sangat amat senang akan hal itu.
“ hyung berkali-kali mencoba
menghubungimu, tetapi ponselmu tidak bisa dihubungi. “
“ lalu kenapa kau tidak menyuruhnya untuk menemuiku! “
“ aku hanya ingin membuat kejutan untukmu, tapi aku tidak menyangka
ketika melihat apa yang sedang kau lakukan tadi, kau benar-benar bodoh! jangan
pernah melakukan hal bodoh seperti itu lagi, kau mengerti? “ menjitak kepala
gadis itu pelan. Yoona menjadi manyun malu dan kembali memeluknya. “ bogoshipo.. “ pria itu tersenyum
bahagia.
“ nado.. (aku juga) walau
hal ini sangat jauh dari logika, tetapi aku benar-benar bahagia karena kau
kembali kepadaku, aku, aku tidak bisa hidup tanpamu, jadi kumohon, mulai dari
sekarang, tetaplah bersamaku. “
“ dengan senang hati. “ jawab Kai dengan yakin. disela itu, Kai
memakaikan sebuah kalung untuk gadis itu. Yoona kembali terpana ketika
dilihatnya bahwa kalung itu adalah kalung yang selama ini ia cari. Kai mengecup
kening Yoona dengun penuh kasih sayang.
“ yak, sudah.. sudah.. lebih
baik kalian ganti pakaian. Ini sangat dingin, kalian bisa terkena flu. Yak! Kalian tidak mendengarku? “ teriak
Leeteuk dari kejauhan yang sedang mencoba mendekati mereka. sepertinya mereka
tidak mendengar perkataannya.
“ aigoo, kau itu norak
sekali, biarkan saja mereka seperti itu. “ sela Heechul yang sedang mengikuti
langkahnya dan mencoba menghentikannya.
“ apa katamu? Yak, anak itu
baru saja sembuh dari sakitnya, bahaya jika.. “
“ ehei.. Kau lihat itu, mereka mau berciuman, ayo kita pergi! “
menarik lengan Leeteuk untuk menjauh dari sana.
Dibalik dinginnya malam.
Angin yang menghempas pelan. Tak lagi dirasakan oleh mereka udara yang menusuk
itu. cinta berhasil menyelimuti mereka dengan hangat. Dan ciuman pun terjalin
dengan mesra. Dibawah gelapnya malam. Mereka melewatinya dengan indah.
The end.
0 komentar:
Post a Comment