Breathing
For You_Chapter 1
Desiran ombak mengawali pagi itu. Ketika
matanya terbuka, menangkap langit kamarnya yang tertempelkan gambar bintang.
Lalu terdengar suara yang selalu menenangkan hatinya. lembut, tenang, dan..
gadis itu langsung mengerjapkan mata. Menggoyangkan kepalanya dengan
cepat. Untuk sekian kalinya ia kembali dihantui dengan masa lalunya, tidak,
masa lalunya tidaklah buruk, bahkan sangat indah, melebihi indahnya pemandangan
laut disaat adanya sunset. Gadis itu
kembali menggoyangkan kepalanya dengan kencang, memikirkan sunset kembali
mengingatkannya akan masa lalunya itu. Sedikit memaksa ia bangkit dari kasur
lalu membuka pintu yang menghubungkannya ke balkon kamarnya.
Pantai Hyeopjae merupakan salah satu
pantai yang ada di Pulau Jeju. Pantai yang terkenal dengan pasir putihnya itu
menyambutnya dengan nikmat, berkat pemandangan itu dirinya mengulaskan sebuah
senyuman. Hal yang selalu ia lakukan disetiap paginya. Ia hirup udara pada pagi
itu. Menutup kedua matanya. Tidak perlu
melihat, hanya perlu merasakannya. Kalimat itu kembali melayang
dipikirannya. Dirinya yang sedang menutup mata dengan cepat membuka kembali
matanya. Terlihat lagi olehnya pantai yang sudah dipenuhi para wisatawan itu.
Keberadaan meraka disana seakan menariknya kembali ke dunianya yang nyata.
“ Yoona.. Yoona..
yak! Im Yoona! “ seseorang meneriaki
namanya. Suara itu seakan memukul kepalanya dengan keras, dan kelihatannya
memang berhasil. Wajah gadis itu terlihat bersemangat dan dengan cepat menuruni
tangga untuk menemui Heechul selaku Bosnya.
“ ne oppa? “ jawabnya sembari menuruni
anak tangga.
“ kemarilah,
kita mendapatkan client. “
“ jongmal? (benarkah) mereka dari mana? “
bersiap menolak jika client yang dimaksud berasal dari negara lain.
“ aish kau ini, makanya kau itu harus
belajar bahasa asing. “ menepukkan buku yang ia pegang ke kepala gadis itu.
“ appo.. (sakit) aku terlalu sibuk oppa.. “
“ mereka dari
seoul. Ini nomor mereka, kau tidak perlu menjemput mereka di bandara, mereka
sudah ada di hotel. “ jelasnya yang mau beranjak pergi.
“ hah, hotel?
hotel mana yang kau maksud? “ tanyanya seraya mengejar pria itu.
“ memangnya
berapa banyak hotel yang bekerja sama dengan kita? Sana pergi, aku sudah
menyiapkan semuanya, aish, kenapa kau
berantakan sekali! Sana mandi, setelah itu pergi menjumpai mereka disana. “
putusnya. Tidak menghiraukan kicauan kesal gadis itu.
Dibalik stir mobilnya, ia terus mencoba
menghubungi nomor yang sudah diberikan oleh Heechul, ia merasa aneh, disaat
telepon sudah tersambung, tidak ada jawaban dari pihak yang dihubungi. Berulang
kali ia mencoba menghubungi nomor itu, tetap tidak mendapatkan jawaban, jelas
sekali bahwa teleponnya sudah diangkat.
“ sejak kapan
Pulau Jeju mengalami kerusakan pada sinyal? Sepertinya teleponku sudah
diangkat, kenapa mereka tidak mengatakan apapun? Apa sinyal benar-benar sedang
rusak? Aish! Merepotkan saja! “
mempercepat laju mobilnya.
……………..
Lobi hotel yang tenang membuatnya santai
dan tidak menyadari bahwa ia telah menunggu lama. Hal yang sangat ia benci.
Bahkan managernya sendiri sampai terherankan olehnya. Ia bukanlah pria yang
suka menunggu, lebih tepatnya tidak pernah menunggu –menurut Leeteuk selaku
managernya—
Sedari tadi yang dilakukannya hanya
memutar-mutar ponselnya. Menunggu panggilan masuk yang sangat ia nantikan. Baru
saja ia hendak beranjak pergi karena kesal telah menunggu lama, ponselnya
berdering, ia menghentikan langkahnya. Dengan cepat ia menerima panggilan
tersebut. Tersenyum, senang, bahagia, rindu, itulah yang pria itu rasakan.
Tidak, ia hanya mendengarkan gadis yang berada didalam ponsel itu berbicara,
tanpa sekali pun menjawab pertanyaannya.
Setelah berulang kali mengangkat panggilan
gadis itu, dan tetap tidak menjawab pertanyaannya. Sang manajer merasa geram
melihat tingkahnya, lalu seperti kilat ia meraih ponsel itu darinya.
“ ah, anyeonghaseo.. ne.. baiklah, ne.. kami sedang menunggu anda di lobi. Ne.. sampai jumpa. “ mematikan sambungan
teleponnya lalu mengembalikan kepada pria itu. “ dia sudah tiba. Aish, kau ini kenapa? Jangan seperti
itu, walaupun ia sudah terlambat, paling tidak kau harus mengeluarkan kata maaf
padanya. Berbaik hatilah. “ pria itu tidak menghiraukannya. Matanya menatap
seseorang yang sedang berjalan melewati pintu lobi. “ yak, Kai.. kau mendengarku? “ ia langsung mengikuti arah pandangan
pria itu. Seorang gadis sedang berjalan mendekati mereka.
…………………
Memarkirkan mobilnya tidak jauh dari pintu
lobi. Lalu matanya mencari dua sosok pria yang menggunakan jas. Sesuai yang
dikatakan Heechul. Ada banyak pria yang menggunakan jas disana. Gadis itu jadi
bimbang. Ia mencoba untuk menghubungi clientnya, tapi ketika ia melihat dua
orang pria yang berdiri Tidak jauh darinya, ia merasa yakin bahwa merekalah
orangnya. Kedua pria itu juga sedang menatapnya. Merasa yakin ia terus berjalan
mendekati mereka. Semakin dekat semakin jelas wajah kedua pria itu. Tampan.
Itulah yang ada dipikirannya. Tapi, sesuatu menjanggal dipikirannya. Langkahnya
terhenti. Masih menatap wajah itu, pria yang menggunakan jas berwarna biru tua.
Tidak hanya dirinya, pria itu juga terus menatapnya, bahkan kini pria itu yang
berjalan mendekatinya. Dan kini, tepat dihadapannya. Mata mereka bertemu untuk
beberapa detik.
Gadis itu merasa jantungnya berhenti
berdetak. Tak terpikirkan lagi olehnya untuk bernafas. Hanya menatap wajah itu.
Sedangkan pria itu menatapnya tanpa ekspresi. Dan tidak lama dari itu, ia
menggerutu kesal.
“ hoh, bukannya
meminta maaf, kau malah menatapku seperti itu. Karena kau sudah telat setengah
jam, gajimu akan ku potong. Kita sudah bisa berangkat, bukan? aku tidak ingin
menunggu lagi. “ ucapnya dingin lalu melewati gadis itu. Diikuti dengan
managernya, mereka langsung memasuki mobilnya. Ternyata pria itu sudah
memperhatikan gadis itu sejak ia turun dari mobilnya.
Memukul kepalanya pelan, lalu
menggelengkan kepala berkali-kali. Mencoba untuk menyadarkan dirinya yang mulai
memikirkan yang tidak ingin ia pikirkan. Berusaha menyemangati dirinya, ia
berbalik dan berjalan menuju mobilnya. Tidak,
itu bukan dia.
“ Im Yoona, fighting! “ serunya menguatkan diri.
Walau sudah berusaha sekuat mungkin, disaat ia kembali duduk dibalik stir
mobilnya. Ia kembali sulit bernafas. Berkali-kali ia mencoba melirik pria yang
sedang duduk santai dibelakangnya melalui kaca spion mobilnya. Ia yakin sekali,
bahkan sangat yakin. Tapi kenapa tidak
ada reaksi apapun dari pria itu?
“ mau sampai
kapan kau melirikku seperti itu? “ katanya yang resah melihat tingkah Yoona.
Dengan cepat gadis itu menghidupkan mesin mobilnya, mobil pun melaju kencang.
Perjalanan mereka berakhir disebuah taman
yang berada disepanjang tepi tebing. Tepatnya Tebing Jusangjeolli. Pemandangan
disana benar-benar langka, dan hanya bisa dilihat dari beberapa titik disekitar
tempat itu. Yoona membawa kedua pria itu berjalan mengintari taman tersebut.
Sembari menjelaskan beberapa hal yang penting. Kedua pria itu terlihat
bersemangat. Melihat clientnya yang bersemangat seperti itu, seharusnya dirinya
juga ikut bersemangat, namun entah mengapa, gadis itu terlihat muram. Senyuman
yang ia paparkan terlalu terlihat terpaksa.
“ aggasi..(nona), kau baik-baik saja? “
sapa Leeteuk disela perjalanan mereka.
“ naega wae? (aku kenapa) “ Yoona mencoba
untuk menutupinya.
“ raut wajahmu
terlihat tidak baik.. “ jawabnya sedikit takut.
“ ah, gwenchana..(tidak apa-apa) “ gadis itu
mencoba melirik ke pria yang sedang asik dengan kameranya itu. Pria yang
bernama Kai itu terlihat tidak tertarik dengan obrolan mereka. ia malah
berjalan mendahului mereka. hal itu membuat Yoona semakin terlihat murung.
Senyuman sudah tidak mampu menyembunyikannya. Aku yakin itu bukan kau, tapi..
Mereka berhenti disebuah titik pada tebing
tersebut. Akhirnya mereka mendapatkan pemandangan yang dibilang langka itu.
Keistimewaan dari tebing ini yaitu keberadaan sebuah tumpukan bebatuan yang
menyerupai pilar. Batu-batu yang tak terhitung jumlahnya itu benar-benar
menjadi objek foto yang wajib untuk diambil gambarnya. Kedua pria itu kembali
terlihat antusias, Kai terus-terusan meminta Leeteuk untuk menjadi modelnya.
Dan sepertinya Leeteuk tidak keberatan akan itu.
Yoona bersandar di pagar yang ada dijalan
kecil itu. Walau begitu, jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki itu
memungkinkan pengunjung untuk berjalan sejauh 2km. walau terdengar jauh, tapi
rasa lelah itu tersingkirkan oleh keindahan pemandangan pada tebing tersebut.
Disaat dirinya terhanyut dalam pemikirannya sendiri. Terdengar seperti suara
erangan seseorang. Ketika dilihatnya, pria yang sedang memegang kamera itu
sedang menundukkan kepalanya, dan sesekali memegang kepalanya.
“ kita
istirahat. Agassi, kemana kita harus
pergi? “ kata Leeteuk yang menjadi serius. Yoona langsung membawa mereka ke
sebuah taman yang terdapat bangku tamannya. Leeteuk membiarkan Kai duduk
disana, lalu ia pergi untuk membeli minum. Dan Yoona, gadis itu juga duduk
disana. Sesekali ia mencoba melirik pria itu, gadis itu, sedari tadi ia masih
mencoba memikirkan wajah itu. Ada apa
ini? Wajahnya.. apa aku yang salah mengingat?
Suasana yang
sepi membuat taman tersebut terlihat tenang. Tak terdengar hiruk pikuk
pengunjung. Begitu juga dengan gadis itu dan pria itu, mereka masih duduk
disana. Disebuah bangku yang baru saja gadis itu sadari, bangku itu pernah
dijadikan sebagai lokasi syuting sebuah drama Korea yang berjudul ‘Secret
Garden’, dan tempat itu kini dikenal dengan sebutan ‘Secret Garden Kissing
Bench’.
Gadis itu kembali terlihat gelisah. Duduk
berduaan disebuah bangku yang berlegenda bersama orang yang sudah membuatnya
menjadi muram. Apa yang sebenarnya
terjadi padaku? Pria ini, mungkinkah dia.. gadis itu merasakan panas pada
matanya. sepertinya kini dirinya sudah tidak mampu menampung segala penad yang
menyerbunya. Baru saja ia hendak bangkit dari bangku taman itu, namun seketika
tubuhnya seperti mematung ketika dilihatnya pria itu sedang menutup matanya
sembari menghadap ke langit. Bibirnya yang mengulaskan senyuman memaksa jantung
gadis itu untuk bedegup kencang. Bahkan amat kencang. Leeteuk datang dan
menyadarkan gadis itu yang tanpa sadar melamun disana.
“ yak, minumlah.. “ ia memberikan sebotol
minuman kepada Kai. Lalu menyodorkan sebotol minuman lainnya kepada Yoona. Tapi
gadis itu tidak menyambutnya, ia masih sibuk sama pikirannya sendiri. Masih
menatap pria itu tanpa sadar. “ Agassi..
ini minumanmu.. “ tegur Leeteuk pelan. Bukannya menerima minuman itu, Yoona
berdiri dengan cepat, lalu permisi dengan mereka untuk pergi sebentar. Tidak
menunggu jawaban, gadis itu sudah melenggang entah kemana.
“ gomawo..(terimakasih) “ ucap Kai lembut.
Pria itu tersenyum sembari meneguk minumannya. Namun, walau bibirnya
mengulaskan senyuman, mata pria itu, matanya memerah.
“ gwenchana? “ tanya Leeteuk.
“ hem.. “
jawabnya dan masih tersenyum.
Yoona kembali menemui kedua pria itu
setelah dirinya berhasil menenangkan pikirannya. Dilihatnya, pria itu sudah
kembali asik dengan kameranya, tentunya dengan Leeteuk yang menjadi modelnya.
Gadis itu kembali duduk di bangku taman itu. Leeteuk yang menyadari kedatangan
gadis itu pun menghampirinya.
“ kau darimana
saja? Aku kira kau akan meninggalkan kami disini. “ ucapnya sedikit bercanda.
“ mana mungkin
aku meninggalkan client ku. Aku bisa dipecat. “
“ benar juga.
bagaimana kalau kita kembali ke hotel saja? Perjalanannya kita lanjuti besok, ottaeyo? (bagaimana) “
“ hem, alkessoyo..(baiklah) kalau begitu, kajja.. (ayo pergi) “
Mobil berhenti tepat didepan pintu utama
hotel. Kedua pria itu turun dari mobilnya. Tidak seperti harapannya, Kai tidak
sedikitpun menegurnya, pria itu malah terus berjalan membelakanginya.
Tinggallah Leeteuk yang selalu setia menutupi kesalahan pria itu. Paling tidak,
Yoona tidak dihiraukan oleh dua orang pria.
“ besok saya
akan tiba disini pukul 7 pagi. Saya akan menunggu kalian di lobi. Dan jangan
lupa, besok kita akan menginap, aku hanya ingin mengatakan itu. “
“ baiklah, geurom..(kalau begitu), saya masuk dulu.
Naeil bopsida..(sampai jumpa besok) “
setelah pria itu menghilang dari balik pintu kaca itu, gadis itu kembali masuk
kedalam mobilnya. Wajah murungnya kini terlihat jelas, tanpa senyuman disana.
Perjalanannya menuju rumahnya sangat senyap tanpa suara sedikitpun.
Duduk santai di balkon kamarnya. Menatap
pantai Hyeopjae yang kini sedang menelan matahari. Sinar matahari yang lama
kelamaan menghilang seakan juga merenggut kebahagiaan gadis itu. Biasanya
dirinya sangat senang jika melihat sunset, namun tidak untuk saat ini.
Tiba-tiba wajah pria itu kembali terlintas dipikirannya. Dan tidak hanya itu,
juga timbul wajah pria lainnya, pria yang sangat ia rindukan. Tidak mampu
membendungnya, gadis itu berlari memasuki kamarnya, lalu membuka sebuah kotak
yang diletakkannya dibawah kasur. Dikeluarkannya satu-persatu isi kotak
tersebut.
Sebuah diary yang terdapat sebuah
kalimat. Sebuah tulisan singkat yang hingga saat ini terus melekat diingatan
gadis itu. Tidak perlu melihat, hanya
perlu merasakannya. ucapnya pelan. Ia menutup buku diary tersebut. Lalu
diambilnya sebuah foto, foto yang memperlihatkan sepasang kekasih, penuh cinta,
tersenyum bahagia, dan bergandengan tangan. Air mata menetes hingga menyentuh
foto tersebut. Ia langsung menaruh kembali foto itu kedalam kotak, ketika itu,
matanya menangkap sebuah benda berkilau yang menyelip dari tumpukkan foto,
tangannya langsung meraih itu. Ternyata itu adalah sebuah kalung dengan mainan
matahari imut yang bergantungan. Hatinya seakan remuk, kalung itu menarik semua
kenangan itu. Membuatnya harus kembali mengingat semuanya. Ia menutup kembali
kotak tersebut dan meletakkannya kembali kebawah kasurnya. Namun tidak dengan kalungnya.
Kini kalung tersebut sudah bergantung indah di lehernya.
Malam itu dilewati gadis itu begitu saja.
Dirinya tertidur pulas setelah menghabiskan banyak air mata. Sedangkan kedua
pria itu. Mereka masih terlihat santai dengan kopi hangat mereka, duduk santai
diatas sofa mahal yang ada dikamar hotelnya. Leeteuk sedang membaca bukunya,
lalu Kai, pria itu sedang asik memainkan kameranya. Ia terlihat bahagia,
memperhatikan setiap foto yang ia ambil dengan serius, lalu tersenyum puas.
“ omo, kapan kau mengambil foto itu?
Sepertinya tadi aku tidak ada melihat kau mengambil gambar seperti itu, lagian
kita kan tidak ada mengunjungi toko perhiasan. “ matanya menangkap salah satu
foto yang sedang Kai lihat. Ia langsung meletakkan bukunya dan mendekati Kai. “
matahari? “
“ hem.. “ jawab
Kai santai, dengan seulas senyuman menawannya.
“ kau ingin
membelinya? “
“ aku sudah
membelinya.. “ jawabnya kembali dan tidak menghiraukan pandangan heran dari
Leeteuk.
“ sudah? Kapan?
Lalu, dimana barangnya? “
“ aku sudah membelinya
5 tahun yang lalu, barangnya sudah bersama pemiliknya. “
“ oo? aku tidak mengerti maksudmu. “
“ sudahlah hyung, lebih baik kau tidur saja.
Bukannya gadis itu akan menjemput kita pukul 7 pagi? Aku tidak ingin bersusah
payah membangunkanmu.. lagi. “
“ aish kau ini. Baiklah, aku akan tidur.
Kau juga tidur, dan jangan lupa meminum obatmu. Oh iya, satu lagi, besok kita
akan menginap, jadi siapkan pakaianmu. Good night.. “
Leeteuk sudah tertidur pulas. Sedangkan
ia, pria itu masih asik dengan kameranya, dan masih memperhatikan foto
tersebut. Sebuah kalung dengan mainan matahari yang imut. Ia tersenyum getir.
Matanya mulai berkaca-kaca. Dengan cepat ia mematikan kameranya, setiap kali ia
memperhatikan foto itu, dirinya berubah menjadi sensitive, emosinya meningkat
begitu juga dengan segala perasaan lainnya. Seketika ia merasakan sakit pada
kepalanya, ia kembali mengerang kesakitan, namun ia berusaha menutup mulutnya
agar Leeteuk tidak mendengarnya. ia langsung meminum obatnya dan mencoba untuk
tidur. Walau sedikit sulit, tetapi ia berhasil dan tidur.
………………
“ yak! Yoona, palli ilona..(ayo cepat
bangun) “ teriak Heechul membangunkannya dari tidur. Gadis itu memaksakan
dirinya bangkit dan berjalan terseok-seok menuju kamar mandi. “ aku sudah
menyiapkan mobil, begitu juga dengan penginapan kalian nanti, maka itu kau
harus cepat, bukankah kau sudah berjanji untuk menjemput mereka pukul 7 pagi? “
“ iya.. iya.. “
setelah ia selesai dengan semua perlengkapannya, ia langsung melesat ke hotel
untuk menjemput kedua pria itu. Hari ini perjalanan mereka akan lama, dan
mengharuskan mereka untuk menginap. Sesungguhnya hal ini yang membuat Yoona
sulit untuk tidur pada malam itu, berada didekat Kai membuatnya kembali
mengingat masa lalunya. Dan itu menyakitkan untuknya. Lalu kini mereka akan
menempuh perjalanan bersama, ia masih belum bisa yakin akan itu. Bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan?
jantungku terus berdetak kencang ketika berada didekatnya.wajahnya, wajahnya
terlalu serupa..
Setibanya di hotel, ia langsung mencari
keberadaan kedua pria itu disana. Pada saat itu keadaan disana tidak terlalu
ramai, karena itu ia dapat dengan mudah menemukan mereka. namun yang terlihat
olehnya hanya Kai seorang. Itu masalah untuknya. Perlahan ia berjalan mendekati
Kai yang sedang duduk santai sembari membaca buku. Aneh sekali, gadis itu malah
terpaku berdiri dihadapan pria itu. Ia terlihat gugup. Berulang kali ia mencoba
menegurnya, tetap saja tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. ayolah Yoona.. katakan sesuatu..
“ duduklah,
sepertinya hyung akan sedikit
terlambat. “ kata pria itu tanpa sekalipun mengalihkan pandangannya dari buku
yang ia pegang. Yoona tidak terlalu mendengarkan apa yang ia katakan, karena
pada saat itu yang ada pikirannya adalah bagaimana cara ia menghadapi pria itu.
Duduk disampingnya juga merupakan pilihan satu-satunya. Karena entah kebetulan
atau tidak, hanya terdapat satu buah sofa disana, dan ukurannya hanya untuk dua
orang saja. Yoona, sadarlah, dia itu
berbeda.. ucapnya dalam hati.
Gadis itu terus berusaha untuk tidak
terlihat gugup ketika berada didekat pria itu. Seperti saat ini, ia memilih
mendengarkan music dari ipadnya. ternyata berhasil, instrument Yiruma yang
berjudul Maybe berhasil membuatnya tenang. Bahkan ia benar-benar terhanyut
dalam irama piano tersebut. Seperti sebuah hipnotis, dengan nyaman ia menutup
matanya, menikmati setiap nada yang ia dengar, hingga tak terpikirkan lagi
olehnya tentang pria itu. Music berganti, masih dengan instrumennya Yiruma,
kini ia mendengarkan Indigo. Iramanya semakin menenangkan jiwa dan mengontrol
emosinya. Tetapi ketika ia terhanyut dalam music itu, ia seperti merasakan
adanya sebuah tatapan yang dilayangkan kepadanya. Dengan cepat ia membuka
matanya lalu menoleh kearah pria itu, tidak seperti yang ia harapkan, ternyata
pria itu masih serius dengan bukunya. Ia kembali memfokuskan diri pada
musiknya.
Sudah kesekian kalinya music berganti,
akhirnya Leeteuk tiba juga. Pria itu menghampiri Kai dengan wajah kesalnya. Ia
juga memarahi Kai karena tidak membangunkannya. Namun Kai si pria dingin itu
–menurut Yoona— tidak menghiraukannya. Ia malah bertanya kepada Yoona dimana
gadis itu memarkirkan mobilnya, setelah itu dengan santai ia berjalan
mendahului Leeteuk dan Yoona.
“ aish, anak itu benar-benar! Aggasi, jongmal mianhae (sangat minta maaf), aku tidak bermaksud membuatmu
menunggu. Seharusnya Kai membangunkanku, tapi anak itu, hah, dia selalu
berhasil membuatku kesal. “ celotehnya terus-menerus.
“ sudahlah,
tidak masalah. Ayo kita pergi. “ ucapnya sembari tersenyum. Mereka pun
menghampiri Kai yang sudah berada didalam mobil. Tetapi sebelum mereka masuk
kedalamnya, Yoona menghentikan langkahnya. “ tu,tunggu dulu. “ katanya
bermaksud menghentikan Leeteuk yang hendak membuka pintu mobil.
“ weo? (kenapa) “
“ saya tidak
nyaman jika anda memanggil saya dengan sebutan aggasi, anda bisa memanggil nama saja, Im Yoona, itu nama saya. “
ucapnya malu-malu.
“ ah, joa.. (baiklah) “
“ kalau begitu
ayo kita masuk, kita harus segera berangkat. “
Sebuah pegunungan yang menjulang tinggi
dengan udaranya yang sejuk. Terdapat juga ribuan anak tangga yang diperuntukkan
wisatawan agar dapat mendaki dengan nyaman. Leeteuk terlihat sangat
bersemangat, ia sudah tidak sabar untuk mendaki. Tapi Kai terlihat biasa-biasa
saja. Walau ia sudah siap dengan kameranya. Tetapi, gadis itu terlihat gelisah.
Bahkan dirinya tidak bisa dengan benar memakai sarung tangannya. Tangannya
terus gemetaran. Sebenarnya inilah masalah terbesar gadis itu ketika memandu
wisatawan. Dirinya harus berpura-pura menyukai pegunungan, menyukai puncak
gunung yang sangat tinggi. Hal yang harus ia hadapi ketika berada di Seongsan Ilchulbong.
“ apa kita sudah bisa naik? “ kata Leeteuk kegirangan.
“ ah, ya.. naiklah.. “ kata Yoona terbata-bata namun tidak
disadari oleh Leeteuk. Pria itu sudah berlari kecil menaiki anak tangga. Lalu
diikuti Kai yang mulai berjalan santai dan mulai mengambil gambar. Gadis itu
mengikuti langkah pria itu dengan pelan.
“ apa tidak masalah jika barang-barangku dibiarkan begitu
saja? “ Kai menghentikan langkahnya dan berbicara dengan gadis itu secara
mendadak.
“ ya? “ Yoona tidak mengerti maksud perkataannya.
“ barang-barangku yang ada didalam mobilmu, apa tidak
masalah jika ditinggalkan begitu saja? “ kata pria itu sekali lagi.
“ … “ gadis itu masih mengatup bibirnya yang mulai membeku
kedinginan. Tidak tahu harus menjawab apa.
“ maksudku, bisakah kau menjaga barangku saja? “ jelas pria
itu tanpa ekspresi. Tentu gadis itu dengan senang hati akan melakukannya.
Senyuman langsung merekah indah di wajahnya.
“ alkessoyo!
(baiklah), maaf aku tidak bisa membawa kalian kesana. “ ucapnya malu-malu.
Namun sudah tidak didengar pria itu, ia sudah hilang tertutupi wisatawan
lainnya. Gadis itu langsung kembali kedalam mobil. “ syukurlah dia menyuruhku
menjaga barangnya. Kalau tidak, hoh, aku tidak tahu apa yang akan terjadi
padaku diatas sana. “ duduk santai didalam mobil sembari menunggu kedua pria
itu kembali.
Tertidur dalam
kesunyian. Berada didalam mobil membuat tubuhnya terasa lebih hangat, sehingga
membuatnya merasa nyaman hingga tertidur lelap. Tetapi itu tidak berlangsung
lama, sebuah nada dering membangunkannya. Ia langsung mencari asal suara
tersebut. Sebuah ponsel entah milik siapa yang terselip disebuah ransel, ia
meraih ponsel tersebut. Terdapat sebuah panggilan dan tertera sebuah nama
disana.
“ Nanako? Apa ini ponsel mereka? ah.. kurasa begitu. “
merasa tidak perlu mengangkat telepon tersebut, ia meletakkan kembali ponsel
tersebut. Tetapi sebelum ia meletakkan ponsel itu, panggilan itu terputus lalu
terlihatlah olehnya sebuah adalah foto disana. Jelas sekali bahwa pria itu
adalah Kai. Lalu gadis yang sedang tersenyum dengannya. “ cantik sekali.. “
pikirnya. Tapi Yoona kembali menatap foto pria itu. Wajahnya berubah muram. Ia
sudah berusaha dengan keras untuk tidak memikirkan itu. Tetapi wajah pria itu
terus memaksanya untuk kembali memikirkan masa lalunya. “ araso (aku tahu), kau itu Kai.. kalian berbeda. “ dengan cepat ia
kembali meletakkan ponsel tersebut.
Menunggu kedua
pria itu sambil mendengarkan alunan piano dari Yiruma. Nyaman sekali mendengar
instrument itu. Gadis itu langsung dapat menikmatinya, lantas ia menutup kedua
matanya, agar lebih menikmati iramanya. Tersenyum manis menandakan kepuasan
akan ketenangan yang ia rasakan. Tidak bisa ia pungkiri, masa lalunya kembali
melayang dipikirannya. Ya, music itu merupakan salah satu kenangannya dimasa
lalu. Karena itu, hingga sekarang ia masih menyimpannya.
Music terus
berganti. Tentunya masih dengan alunan pianonya Yiruma. Kelembutan pada
musiknya membuat keadaan didalam mobil tersebut terasa nyaman. Tetapi, ditengah
kehangatan itu, Yoona mendengar suara sebuah ketukan pada kaca mobilnya. ia
kontras reflek menoleh kearah suara tersebut. Wajah mereka bertemu dengan jarak
yang amat dekat, walau terhalang dengan kaca mobil, namun saat ini itu adalah
jarak yang terdekat untuk mereka. tentu saja gadis itu terlonjak kaget. Tetapi
tidak dengan pria itu. Kai malah memberinya sebuah tanda untuk segera membuka
pintu mobilnya. Gadis itu langsung membukanya.
Pintu terbuka,
tetapi pria itu tidak langsung masuk kedalam mobil. ia terdiam sejenak didepan
pintu, ia baru bergerak masuk ketika gadis itu menegurnya. Yoona sangat
beruntung, berkat music yang ia putar, ia dapat menyembukan bunyi debaran
jantungnya, walaupun pria itu duduk dibelakangnya, ia tetap mengkhawatirkan
suara debaran jantungnya itu. Setelah berkali-kali memberanikan diri untuk
melirik pria itu dari spion mobilnya, ia pun baru teringat dengan ponsel yang
tadinya berdering.
“ tadi aku mendengar suara ponsel berdering. “ ucapnya
hati-hati tanpa menatap pria itu. Tidak ada jawaban. Ia mencoba mengulang
kata-katanya, namun Leeteuk datang dengan sangat tiba-tiba, membuatnya
mengulurkan niatnya.
“ maaf aku terlambat. Ini minuman untukmu, hati-hati,
kopinya masih panas. “ Leeteuk memberikan Yoona segelas kopi panas, sangat
cocok untuk cuaca disana yang kebetulan dingin. Perlahan gadis itu menyeruput
kopi panasnya. Ponsel itu kembali berdering. Tidak lama dari itu, Kai menerima
panggilan itu. Berharap bisa mendengar obrolan pria itu, sayangnya, Yoona tidak
mengerti dengan bahasa yang pria itu gunakan. Sepertinya pria itu menggunakan
bahasa jepang. Gadis itu sedikit kecewa. Obrolan mereka berakhir singkat.
Kembali terdengar jelas di pendengarannya alunan piano nan indah itu.
“ yak Kai, kau
mengganti nada deringmu? “ Tanya Leeteuk memecahkan suasana. Kai hanya menatap
Leeteuk sejenak lalu membuang muka. Pria itu malah menikmati pemandangan dari
balik kaca. “ aggasi.. ah, maksudku,
Yoona, kau menyukai instrument Yiruma? “ Tanya Leeteuk, tetapi kali ini kepada
gadis itu.
“ ah, iya.. “ jawab gadis itu dengan riang.
“ wah, kalau begitu bukankah sama dengan.. “ Leeteuk
menghentikan perkataannya. Yoona langsung menoleh kepadanya.
“ ya? Sama apanya? “ menunggu jawaban darinya.
“ sama denganku. Hehehe.. “ sambungnya lalu tertawa diikuti
dengan gadis itu.
“ wah, kalau begitu saya bisa sering-sering memutar music
ini. “
“ hajiman, (tapi),
apa alasanmu menyukai music ini? “
“ saya? Hem.. lagu ini mengingatkan saya kepada seseorang. “
“ orangtua? Teman? Atau mungkin kekasihmu? “
“ hahaha, kenapa anda ingin tahu hal itu? “ Yoona merasa
malu untuk mengatakannya.
“ saya hanya ingin tahu. Kau merindukannya? “
“ hem.. “ ia mengangguk mengiyakan.
“ lebih baik kita langsung ke penginapan. “ sela pria itu
secara tiba-tiba.
“ jigeum?
(sekarang) “ kata gadis itu kaget.
“ aku ingin istirahat. “ ucap pria itu tanpa menoleh.
“ tapi, kita belum melihat sunset, melihatnya dari sini akan
lebih indah.. “ jelasnya yang terdengar memohon.
“ bukankah tugasmu untuk membawa client kemanapun mereka
mau? “ ucapnya ketus sambil menatap gadis itu lekad.
“ baiklah.. “ meletakkan kopinya yang setengah habis
kesebuah kotak, lalu ia menghidupkan mesin mobilnya. Pria itu tidak
menghiraukan tatapan membunuhnya Leeteuk. mobil pun meluncur dengan mulus.
Mereka tiba
disebuah penginapan tradisional korea yang terletak tidak jauh dari gunung yang
tadinya mereka kunjungi. Tentunya penginapan itu masih menyuguhkan pemandangan
yang indah dengan terlihatnya gunung dari sana. Tidak terlalu mengecewakan.
Heechul menyiapkan penginapan yang tepat. Paling tidak Yoona masih bisa melihat
sunset dari sana.
Mereka masuk
kedalam kamar masing-masing. Kali ini Kai meminta kamar terpisah dengan
Leeteuk. entah kenapa, tapi Leeteuk tidak mempermasalahkan itu. Baginya Kai
sudah seperti adiknya sendiri, walaupun Kai adalah anak dari bos ditempat ia
bekerja, dan mereka baru berkerja sama selama 3 bulan, kedekatan mereka sudah
seperti kakak beradik. Ia juga sudah terbiasa dengan sikap dingin pria itu. Ia
sudah sangat mengerti pria itu.
Yoona
melentangkan tubuhnya diatas kasur. Menarik nafas panjang lalu perlahan
menghembuskannya. Ia terhanyut dalam diam. Dan hal itu pun selalu terjadi.
Ketika dirinya termenung, kenangan masa lalunya kembali menghampirinya. Tetapi
kini sedikit berbeda, pria itu, tiba-tiba saja wajah pria itu terlintas
dipikirannya. Ia teringat akan hal itu, dimana pria itu menatapnya dengan
lekad dan berbicara dengan ketus.
Dikatakan normal jika merasa sakit hati ketika seorang pria memperlakukannya
seperti itu. Tapi tidak dengan Yoona.
Menurutnya
tatapan pria itu memiliki arti yang berbeda. Berbeda dengan apa yang ia ucapkan.
Karena itu ia tidak terlalu mempermasalahkannya. Kini ia sedang memperhatikan
kalung yang ia pakai. Ia ingin tersenyum, namun kesedihan yang ia rasakan
menepis senyuman itu. Kalung itu selalu membuatnya sensitive dan ingin
menangis. Tidak tahan dengan gejolak yang ia rasakan. Dengan cepat ia bangkit
dari kasur dan melangkah keluar.
Halaman yang
luas ditambah pemandangan yang indah berhasil menenangkan hatinya dan
menghentikan laju air matanya. saat ini adalah waktu yang tepat untuk menunggu
sunset. Disebuah bangku taman, gadis itu duduk seorang diri. Pegunungan dan
juga lautan yang masih dapat ditangkap mata benar-benar indah. Seperti saat
ini, ketika matahari secara perlahan bersembunyi dibalik lautan, pemandangan
yang luar biasa indah. Tentu senyuman akan mendampingi pemandangan itu. Dan
tanpa ia sadari, air mata mengalir dipipinya yang lembut. Tidak hanya itu,
seketika perasaan itu kembali lagi. Hatinya seakan remuk, gadis itu dengan
cepat menundukkan wajahnya lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“ ahjuma.. ahjuma..(bibi)
“ kata seseorang. Gadis itu mencoba mengintip dari sela jari-jarinya yang masih
menutupi wajahnya. Ternyata seorang bocah laki-laki. “ ahjuma, ini ada bunga untukmu.. “ kata anak itu sembari memberikan
setangkai mawar berwarna pink kepadanya.
“ … “ Yoona meraih bunga tersebut. Raut wajahnya terlihat
bingung. “ dari siapa bunga ini? “ sambil bercucuran air mata ia mengatakannya.
“ dari dia.. “ anak itu menunjuk kearah seorang pria. Tetapi
Yoona tidak bisa melihat wajahnya. Pria itu sudah berjalan membelakanginya. “
oh? Ahjussi! (paman) “ teriak anak
itu memanggil pria itu. Namun pria itu terus berjalan menjauh. “ aish, kenapa dia pergi. ahjuma, aku harus pergi. Annyeong.. “ anak itu pun berlari
meninggalkannya.
“ yak! Jangan
memanggilku ahjuma! “ sempat kesal
ketika mendengar anak itu memanggilnya dengan sebutan seperti itu. Namun,
disaat ia kembali melihat mawar yang ada ditangannya. airmatanya berhenti
seketika. Keningnya mengkerut, jantungnya berdetak dengan cepat. Ia rasakan
nyeri pada sendi-sendi kakinya. Tapi walau begitu, ia tetap berusaha untuk
berdiri dan mulai berjalan hingga berlari. Mencari sesuatu. Lebih tepatnya
mencari orang yang memberikan bunga itu padanya.
Dapat terlihat
ekspresi keresahan pada wajahnya. Berlari seperti orang gila. Mencari kesana
kesini. Bunga mawar yang ia pegang sudah terjatuh entah dimana. Matanya memerah
menahan tangis. Didalam pikirannya penuh dengan orang tersebut.
“ apakah itu kau? Apa benar itu kau? Hanya kau yang
mengetahui tentang mawar pink ini, Yak.. keluarlah, jangan bersembunyi seperti
ini.. “ gumamnya sambil terus berlari. “ kumohon padamu, jangan bersembunyi
seperti ini. Keluarlah.. aku tahu itu kau.. kumohon.. “ air mata kembali
keluar. Dengan suara lirih ia terus memanggil nama itu. “ Kim Jongin.. “
terduduk lemah diatas aspal.
Gimana
ceritanya? Penasarankah? Haha, thor sengaja. Karena itu tunggu chapter
selanjutnya ya.. gomawo..
Eits!
Jangan lupa komentarnya ya.. ^^
0 komentar:
Post a Comment