Thursday, January 10, 2013

Hyull Story Part 4


     

    Kyunn sangat mencemaskan keadaan Hyull, dia bahkan tidak bisa menenangkan tubuhnya yang sedari tadi bergetar ketakutan, saat ini Kyunn benar-benar merasa bersalah, dia telah lalai dalam menjaga adiknya ini, dimana tinggal Hyull lah keluarganya yang tersisa. Ia benar-benar merasa bersalah sekaligus ketakutan akan kehilangan Hyull.
“ gw baik-baik aja.. “ ucap Hyull seakan bisa membaca pikiran Kyunn, Hyull baru saja tersadar dari pingsannya. Pakaian hangat yang baru saja Kyunn pakaikan ketubuhnya benar-benar sangat membantu.
“ kamu, kamu baik-baik saja? Kamu, terluka? Katakan kepadaku, apa yang sakit, apa? “
“ sudah gw katakan, gw baik-baik saja.. gw Cuma perlu istirahat.. “
“ maafkan aku Hyull, maafkan aku.. “ Kyunn benar-benar tidak bisa membendung rasa bersalahnya sampai-sampai air mata mengalir lembut dipipinya. Pekerjaan membuatnya tidak mempunyai banyak waktu untuk bersama Hyull.


“ ganti baju kamu kak, nanti kamu sakit.. “
“ kamu, kamu yang sakit kenapa masih memikirkan keadaanku! Hyull, tolong, jika kamu merasa sakit, katakanlah padaku, aku.. “
“ aku tidur dulu, aku akan baik-baik saja jika aku tertidur “ Hyull langsung memejamkan matanya untuk meyakinkan Kyunn bahwa dirinya baik-baik saja.
“ Hyull.. aku sayang kamu..” ucap Kyunn dalam hati. Kyunn beranjak dari kamar Hyull menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya yang basah akibat diguyur hujan.
“ astaga, pria ini. “ ia kaget ketika melihat Dave tertidur diatas sofa ruang tamunya, Kyunn bahkan melupakan kehadiran Dave disini. Ia langsung mengambil beberapa pakaian dan juga selimut untuk diberikan kepada Dave.
“ hey, kamu bangunlah.. “ Kyunn mencoba membangunkan Dave.
“ ah, i,iya. “
“ ganti pakaianmu, nanti kamu sakit jika terus memakai pakaian basah itu, eh, tapi maaf sekali, kami tidak memiliki kamar lebih, kamar tamu masih sangat berantakan, jika kamu mau, kamu bisa tidur dikamarku.. “
“ ah tidak usah, saya bisa tidur disofa ini, kalau begitu, saya ganti pakaian dulu.”
“ baiklah. “

     Suara ayam terdengar seakan membelai telinga dengan keras, matahari mulai memberanikan diri untuk memancarkan sinarnya, malampun berubah jadi pagi. Kyunn baru saja terbangun, kegiatan Kyunn dipagi hari yaitu membuka pintu rumahnya dan juga jendela, menghirup udara dipagi hari, sedikit bersenam-senam..
“ dia sudah bangun? “ pikir Kyunn setelah melihat sofanya dengan selimut yang terlipat rapi diatasnya. Kyunn langsung membuka pintu rumahnya, tidak terkunci, seseorang telah membuka kuncinya.
 “ selamat pagi.. “ sapa Dave sopan, ternyata Dave sedang duduk santai diatas ayunan yang terdapat di halaman rumah.
“ kamu sedang apa? “
“ saya sedang menikmati udara pagi.. “
“ kamu baik-baik saja kan? Semalam seluruh tubuhmu.. “ tanya Kyunn yang sudah duduk diayunan bersampingan dengan Dave. “
“ uhukk, uhukk! “ Dave terbatuk.
“ kamu, apa kamu mulai terserang flu? Tunggu sebentar biar saya ambilkan obat dan minuman hangat. “
“ tidak, tidak usah, terima kasih. Saya sudah mau pulang, saya meninggalkan mobil di toko kaset, saya harus segera mengambilnya. saya permisi dulu, sampaikan salam saya kepada Hyull, sampai jumpa.. “ pamitnya yang seperti tergesa-gesa.
“ ah Dave, kamu bisa menggunakan panggilan lu gw, tidak perlu formal-formal begitu.. anggap saya kakakmu. “
“ ah.. haha, baiklah terimakasih. “ Dave pun berjalan menuju toko kaset, ternyata mobilnya masih terparkir indah di depan toko, pada saat itu kebetulan sekali Mas Dino berada didepan toko, ia terlihat sedang duduk santai sambil membaca koran. Dave langsung menghampirinya dan duduk dikursi yang terdapat disamping Mas Dino.
“ lu, kenapa? Bibir lu, naik banget. “ sapa lucu Mas Dino, Dave yang tiba-tiba hadir dengan senyuman sumringah, sedikit memperlihatkan lesung pipinya yang selama ini bersembunyi dibalik daging, baru kali ini Dave memperlihatkan senyuman terindahnya walau baru Mas Dino yang melihatnya. Dave terkenal dingin, tapi sebenarnya ia tidak sadar, selama ia bersama Hyull, ia boros dengan senyuman, Dave, kapan kamu akan menyadarinya?
“ kenapa, terlalu tampan? “ begitu pede walaupun sebenarnya benar.
“ ia, terlalu tampan. Tapi, mungkin dikarenakan kacamata gw yang mahal ini, semua yang gw lihat akan terlihat indah. Ya, gw rasa begitu. “ canda Mas Dino yang selalu berhasil membuat Dave ingin tertawa, ingin ya, hanya ingin.
“ ah, akui saja kalau gw memang tampan.. Mas, makasih ya uda jagain mobil gw, semalam gw sampai lupa dengan mobil ini. “
“ hem.. sebelumnya, tolong ceritakan sama gw dulu, tadi malam lu kemana? Sehabis terdengar suara petir, langsung lari aja. Jangan-jangan lu pahlawan dalam  kehujanan lagi! “ (palawan dalam kegelapan kali...)
“ ah.. itu, gw ada sedikit urusan.. uhukk uhukk “ disaat ia berbicara, ia kembali terbatuk, sepertinya Dave mulai terserang flu dan batuk.
“ lu sakit? Mau gw buatkan minuman hangat? “ tawar Mas Dino yang sudah bersiap untuk berjalan menuju dapur tokonya.
“ tidak, tidak perlu, terimakasih. Sepertinya gw pulang sekarang saja, mau istirahat dirumah. Gw pamit dulu ya Mas, sekali lagi makasih. “ Dave beranjak menuju mobilnya, ia sempatkan untuk memanaskan mesin mobilnya sejenak lalu pergi.
“ Mas..Mas.. sepertinya gw harus cepat-cepat melamar anak orang nih, gak enak banget dipanggil Mas dalam keadaan jomblo begini, huh, nasib..nasib.. ” keluhnya, koran yang tadinya ia baca kini disulap menjadi bola, tetapi tidak jelas bola apa, bentuknya kurang sempurna, sesuai dengan suasana hati Mas Dino saat ini, sempurna galaunya.

     Dua hari berlalu sudah, sepertinya cukup untuk Hyull beristirahat, hari ini ia pastikan untuk kembali kuliah, ia tidak mau ketinggalan pelajaran hanya karena penyakit yang sebenarnya sangat ia benci, benar-benar ia benci.
“ kamu yakin mau kuliah, gak istirahat dulu? “ sejujurnya Kyunn masih takut membiarkan Hyull berkuliah, ia takut hal buruk akan menimpa adik kandungnya ini.
“ istirahat untuk apalagi? Untuk selamanya? (mati dong!) “
“ Hyull, aku serius, aku gak sanggup melihat kamu seperti.. “
“ seperti apa? Kyunn, dengar gw, kemarin gw kelelahan, jadi dimaklumkan saja. Sudah cukup keresahan lu itu, lu terlalu berlebihan, tenang saja, gw bisa jaga diri gw sendiri, lu ingat, dulunya gw selalu sendiri bukan? Mama papa kerja, gw ditinggalkan sendiri begitu saja, hanya disaat malam tiba, disaat mereka pulang dari kantor, disitulah gw baru bisa berkumpul bersama mereka, gw juga sudah sering pingsan dan tersadar dengan sendirinya, kurasa lu gak tahu semua itu dikarenakan lu kuliah disini, tapi gw rasa lu juga gak perlu tahu, walaupun sekarang lu sudah keburu mengetahuinya, lu hanya perlu melupakan apa yang baru saja gw katakan, yang perlu lu ingat cuma satu, gw kuat, gw kuat Kyunn. “ suaranya bergetar, Hyull sangat baik dalam menahan emosi, walau matanya tak dapat berbohong,
“ Hyull.. mereka perlakukan kamu seperti itu? “ Kyunn kaget mendengar pernyataan Hyull, jadi selama ini Hyull kesepian? Dari kecil Kyunn memang sudah hidup mandiri, orang tuanya mengirimnya ke bandung untuk bersekolah, ia melanjutkan sekolah dasarnya disana, alasan orangtuanya yaitu tidak sanggup membayar uang sekolahnya, awalnya dibandung Kyunn dititipkan pada pamannya tepatnya adik dari ayahnya, namun  disaat kedua orangtuanya meninggal dunia dikarenakan kecelakaan mobil, pamannya menelantarkannya, syukur pada saat itu ia sudah hampir menyelesaikan kuliahnya, Kyunn juga sudah memiliki banyak tabungan karena selama ia kuliah, ia juga memiliki beberapa kerjaan sampingan disebuah perusahaan ternama dibandung, Kyunn termasuk mahasiswa berbakat karena itu ia dapat dengan mudah diterima di perusahaan itu, dan kini, Kyunn merupakan salah satu pengusaha termuda yang di bandung.
“ lupakan, lupakan Kyunn, lupakan! “ Hyull mengatakannya dengan sedikit teriakan, sudah lama ia menyimpan rahasia ini, ia tidak ingin ada orang yang tahu tentang masa lalunya termasuk kakaknya sendiri. Hyull terlihat berantakan, rambutnya yang tadinya rapi kini sudah berantakan dikarenakan Hyull memukul-mukul kepalanya, ia berusaha mungkin untuk melupakan masa lalunya, terutama...

12 tahun yang lalu..
     Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, tapi kedua orangtuanya tidak kunjung pulang, Hyull sudah menunggu lama, kebetulan esok hari minggu, jadi ia tidak perlu tidur cepat. Karena bosan menunggu orang tuanya dirumah seorang diri, ia pun memutuskan untuk menunggu kedua orangtuanya di warung jangung bakar dimana tempat mereka sering menghabiskan waktunya bersama disana. Malam ini suhu udara sangat dingin, Hyull yang hanya mengenakan kaos tangan panjang dan jeans sudah tidak sanggup menahan nakalnya udara malam, tetapi dari pada sendirian dirumah ia lebih memilih duduk kedinginan di warung itu, ingin sekali ia memesan minuman hangat, namun pada saat itu ia tidak memiliki uang, cara satu-satunya agar dirinya tetap hangat yaitu dengan cara melipat kedua kakinya dan juga melipat tangannya didepan dada. Tanpa sadar, jantungnya berdetak tak karuan, ia juga tidak tahu kenapa, pastinya sulit baginya untuk mengontrol detak jantungnya. Angin kencang kembali berhembus, suhu udara bertambah dingin, tidak lama kemudian hujan turun dengan deras, tapi Hyull malah terhibur dengan hujan itu, ia malah senang memainkan tetesan air hujan itu, sedikit menghilangkan bosan. Menghitung tetesan air hujan, mendengar nyanyian hujan yang terdengar akrab ditelinganya, belaian angin nan dingin kini bahkan terasa akrab baginya, ya, Hyull menyukai hujan. Dulu disaat Hyull berumur 7 tahun, ia sempat menjauhi hujan dikarenakan sebuah kecelakaan yang dialami Kyunn, namun 2 tahun kemudian tepatnya disaat ia beumur 9 tahun, ia bisa mengontrol kembali rasa takutnya terhadap hujan dan mulai mencintai hujan, baginya hujan adalah pengibur hati disaat ia kesepian.
“ Hyull... kenapa kamu disitu? Kenapa kamu tidak menunggu dirumah? “ teriak seorang wanita tua diseberang jalan.
“ mama, aku menunggu kalian, kesinilah, belikan aku minuman hangat, aku sungguh kedinginan.. “ teriaknya kembali sambil tetap berada dibawah warung agar terlindung dari hujan.
“ baiklah, tunggu disitu, mama dan papa akan segera menghampirimu. “ tepat disaat kedua orang tuanya menyebrangi jalan untuk menemuinya, sebuah mobil truk dengan ukuran besar menabrak orangtuanya dengan keras, sekejap suasana menjadi hening, begitu juga dengan Hyull, ia terdiam, jantungnya juga seakan terdiam, berhenti berdetak, tubuhnya lemas, ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
“ ada apa ini, mobil itu menabrak mama dan papa? “ tanyanya polos, sedangkan masyarakat yang pada saat itu masih berada dalam warung sudah pada berlarian melihat tubuh kedua orangtuanya yang ternyata sudah tak bernyawa lagi. Dan Hyull, ia belum juga beranjak dari warung itu, ia masih mengulang ingatannya tepat disaat truk itu menabrak orang tuanya, ia terus mengulang ingatannya, hingga akhirnya ia terjatuh tak sadarkan diri.
Pagi hari yang cerah, udaranya yang segar ditambah pemandangan kebun teh yang hijau benar-benar memanjakan mata, tapi semuanya terlihat abu-abu baginya. Hyull duduk seorang diri diatas gembulan tanah liat yang sudah mengering, kemarin, orang tuanya dikebumikan, tapi sayangnya, Kyunn tidak sempat melihat jenazah kedua orangtuanya karena tetangga orang tuanya sulit untuk mendapatkan nomor teleponnya, dan setelah sehari dimana orang tuanya dikebumikan, barulah Kyunn dapat dihubungi. Saat ini Hyull sedang menunggu kedatangan Kyunn dan memilih menunggu ditengah kebun teh, tempat ini merupakan tempat favoritnya, dimana ia bisa merenungkan kesepiannya disaat orang tuanya pergi bekerja, dan kini, ia kembali memilih untuk menunggu Kyunn disini, entah Kyunn masih ingat atau tidak, ia sudah tidak memperdulikannya lagi, kali ini orangtuanya pergi untuk selamanya, tidak ada lagi yang harus ia tunggu, mungkin, hanya Kyunn yang bisa ia tunggu.
“ Hyull.. “ suara itu, mengiingatkannya dengan suara ayahnya, Kyunn memang dianugerahkan suara yang hampir sama dengan suara ayahnya.
“ kak.. kamu kenapa terlambat, aku takut kamu juga akan pergi meninggalkanku.. “ air mata turun dengan deras hingga membasahi pipinya, sejak tadi Hyull takut akan mengalami hal yang sama, ia takut menunggu orang yang tidak akan datang, untuk selamanya, dan disaat ia melihat Kyunn berdiri dihadapannya, kecemasannya terlepas sudah seiring terlepasnya airmatanya.
“ kamu baik-baik saja? “ tanya Kyunn yang kini sudah memeluknya dengan erat.
“ aku rapuh kak, kini kita tidak memiliki mama dan papa lagi, bagaimana ini kak? Aku tidak bisa hidup tanpa mereka, kak.. jawab aku, beri aku sebuah kepastian, aku.. “
“ masih ada kakak, ingatlah, masih ada kakak Hyull.. “ Kyunn sedari tadi mencoba menahan airmatanya, namun kini membiarkan airmatanya menguasai pipinya.
“ kak.. kenapa mereka harus pergi meninggalkan kita? “ tangisan Hyull semakin keras dan semakin menyayat hati Kyunn.
“ karena mereka harus pergi Hyull! “ jawab Kyunn tegas dan berhasil membuat Hyull terdiam menatapnya.
“ apa katamu? Terus bagaimana dengan kita? “
“ inilah jalan hidup kita, bagaimana kita selanjutnya? kita harus menjalaninya, jadi berhentilah menangis.. “ kalimat itu kini berhasil menghentikan tangisan Hyull.
Setelah kecelakaan itu merenggut kedua orangtua mereka, tinggallah mereka berdua, awalnya Kyunn berniat mengajak Hyull tinggal bersamanya di bandung, tapi Hyull menolak, ia ingin menyelesaikan sekolah menengah pertamanya dulu, dia juga belum bisa meninggalkan rumahnya yang masih meninggalkan banyak kenangan. syukur sekali ada tetangga yang baik hati dan mau menampung Hyull untuk tinggal bersamanya, sesekali Hyull tidur dirumah orangtuanya dan sekalian membersihkan rumah itu, tapi dikemudian hari, keadaan puncak yang sering hujan membuatnya tidak sanggup tinggal lebih lama disana, kecelakaan malam itu membuat Hyull kembali mengingat kejadian 5 tahun silam dimana Kyunn juga mengalami kecelakaan. Yang sangat disayangkan, hujan selalu mengiringi kecelakaan itu, karena itulah timbul rasa benci yang pada akhirnya berakhir menjadi rasa takut yang berlebihan terhadap hujan. ketika ia berumur 14 tahun, barulah ia memilih untuk meninggalkan puncak dan memutuskan untuk tinggal bersama Kyunn. Keadaan pun berubah. Kyunn sudah bekerja disalah satu perusahaan ternama di bandung, hidupnya sudah lebih dari cukup, dan kini, mereka mengubah segala keterpurukan itu. Kyunn mulai mengenalkan Hyull dengan dunia basket, ia memasukan Hyull ke salah satu club basket terkenal di bandung, disitulah Hyull mulai mendapatkan kepercayaan dirinya.
Dan sekarang, 12 tahun kemudian.

Hari ini kampus tidak begitu ramai, mulai hari ini mahasiswa tengah didalam minggu tenang, seminggu lagi mereka akan menjalani ujian tengah semester, kebanyakan mahasiswa yang hadir hanya untuk bermain atau ada kelas tambahan. Seperti yang dilakukan Hyull, kelas mereka mendapatkan kelas tambahan, Hyull yang sering bolos pun memutuskan untuk hadir. Keadaan kelas sangat ramai, seperti biasa Hyull memilih tempat duduk paling belakang, sudut.
“ Hyull, minggu tenang ini lu mau kemana? Ikut gw ke puncak yuk, sudah lama gw gak kepuncak! “ tanya Siva yang sedari tadi sudah duduk disampingnya, pertanyaan Siva membuat Hyull terdiam. “ Hyull! “ bentaknya.
“ suara lu! Iya gw dengar. “
“ terus? “
“ terus? “ tanya Hyull kembali.
“ ya terus apa? Lu mau ikut gak? “ kesalahan Hyull karena dari awal dia tidak pernah menceritakan masa lalunya itu, tepatnya masa lalunya di puncak yang suram. Mungkin jika Siva mengetahuinya, ia tidak akan melakukan hal ini.
“ gak, gak akan. “
“ loh, kenapa? “
“ karena gw.. “ Hyull hendak menjawab.
“ Hyull, kecilkan suara kamu! Kalian ini, kapan sih saya bisa tenang masuk kelas ini? Berisik banget! “ disela Hyull hendak menceritakan masa-masa suramnya, si kumis alias dosen yang tiba-tiba datang berhasil menghentikan niatnya. Mereka pun memulai perkuliahan ini.
“ Hyull, karena apa? “ bisik Siva yang dibuat penasaran oleh pernyataan Hyull.
“ Siva.. kamu niat masuk jam saya atau tidak? “ tegur si dosen kembali seakan memiliki kuping dengan kepekaan yang luar binasa(luar biasa!).
“ i,iya pak.. “ ia hanya menunduk mengakui kesalahannya.
“ hari ini kita kuis, hadir semua kan? “ si dosen berhasil membuat seluruh isi kelas kaget(manusianya saja!), kuis mendadak sangat mereka benci, kumpulan anak-anak malas sangat membenci yang namannya KUIS!
“ yah pak.. mendadak banget pak! “ seru satu kelas.
“ yang saya tanya, apa hari ini hadir semua? “ tegasnya.
“ Dave tidak hadir pak! “ jawab Peter yang merupakan mahasiswa terpintar dikelas ini.
“ apa alasannya? “
“ saya tidak tahu pak, tidak ada kabar. “
“ baiklah kalau begitu, biarkan saja, nanti jika kau bertemu dengannya, suruh ia jumpai saya. Kuis kita mulai! “

     Sore ini angin lumayan kencang, langit juga menunjukkan tanda-tanda monster mau turun(menurut Hyull..), Hyull yang tidak berani melangkahkan kakinya keluar dari gedung pun memutuskan menunggu Kyunn di lobby kampus, Siva masih setia menemaninya menunggu sang kakak tiba, ya, Siva tahu bahwa Hyull phobia hujan, hanya saja ia tidak tahu penyebabnya, dan ia juga tidak pernah menanyakan hal itu.
“ makasih ya mau temani gw, Kyunn lama banget sih! “ tanyanya sambil sesekali bersin, angin begitu menusuk, membuatnya tidak dapat menahan dingin yang menyelimuti seluruh tubuhnya.
“ Hyull, lu baik-baik saja kan? Muka lu pucat.. “ tanya Siva yang baru saja menyadarinya.
“ ah, gw gak kenapa-kenapa, biasa ini.. “
“ kakak lu udah jalan belum? Keburu hujan neh, kalau lu pingsan, gw juga yang repot.. “
“ dasar lu, perhitungan banget sama teman, lu seret juga gak kenapa-kenapa! Ah, itu dia datang.” Sedan putih melaju dengan indah menuju pintu lobby, semua mata terperangkap olehnya, salah, bukan mobilnya, tetapi oleh manusia yang keluar dari dalamnya. Kyunn yang mengenakan kemeja putih berlengan panjang, ditambah dengan bentuk badannya yang atletis membuat penampilannya yang sebenarnya sederhana menjadi sangat menawan, sexy guy!
“ sorry Hyull, aku tadi rapat dengan client sebentar, jadi sedikit telat jemput kamu. “ ucapnya setelah memeluk Hyull, hal yang paling sering ia lalukan disaat berjumpa dengan adiknya itu.
“ ih, lu gak liat ini kampus? Malu.. “
“ kamu malu, dasar kamu! “ Kyunn menjitak pelan kepalaanya. “ ah, ini teman kamu? “ tanya Kyunn setelah menyadari bahwa ada mahluk lain disamping Hyull.
“ iya, ini Siva.. “ Hyull hendak mengenalkan Siva kepada Kyunn, tetapi kemauannya terhenti setelah melihat ekspresi Siva, pipi Siva memerah, ia terus-terusan merapihkan rambut dan pakaiannya, ia juga tidak lupa menyemprotkan parfum disela Hyull dan Kyunn mengobrol.
“ uhuk uhuk! Hum.. gak enak banget aroma parfum lu! Lagian ngapain sih mau hujan pakai nyemprot-nyemprot parfum segala! “ aroma parfumnya begitu menyengat, sehingga dapat dengan mudah disadari oleh Hyull. Kyunn yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku Siva hanya tersenyum geli. Siva yang tidak berniat menjawab pertanyaan Hyull malah menggeser Hyull menjauh darinya dan membiarkan ia mengobrol dengan Kyunn berdua saja.
“ hem.. kenalkan nama saya Siva.. Karina Siva.. kakak, eh, maksud saya kamu.. kamu.. baru pulang kerja ya? “ genit, Siva benar-benar genit. Sepertinya Siva tertarik kepada Kyunn, jelas saja, tidak hanya Siva, masih banyak mahasiswi yang menatap Kyunn, hanya saja Kyunn tidak memperdulikannya. Kyunn hendak menjawab pertanyaan Siva namun Hyull keburu memotongnya.
“ sudahlah, lu gak perlu menjawabnya, kita harus segera pulang, keburu hujan turun. Dan lu, makasih uda mau temani gw. “ jawabnya seraya mendorong Kyunn masuk kedalam mobil. “ satu lagi, gw gak suka lu genit begitu, apalagi sama kakak gw, camkan! “ tambahnya ketika hendak masuk kedalam mobil, sekejap mobil putih nan mewah itu sudah menghilang dari hadapan Siva.
“ dasar Hyull, pelit! Kalau tahu kakaknya secakep itu, gw gak segan-segan untuk datang kerumahnya, uh... cakep banget! “ muncul sudah rencana-rencana briliant ala Siva si ratu genit.

“ kamu sudah berterimakasih dengan Dave? “ kata Kyunn sambil menyetir.
“ belum, tadi gw berniat untuk berterimakasih padanya, tapi dia tidak hadir, tanpa kabar lagi. “ jawabnya sambil menghela nafas.
“ benarkah? Atau mungkin ia benar-benar terserang flu berat? “ pikir Kyunn sambil mengingat kejadian beberapa hari yang lalu disaat ia mendapatkan Dave duduk diatas ayunan yang berada dihalaman rumahnya, Kyunn masih dapat mengingat dengan jelas bahwa disaat mereka mengobrol Dave sempat beberapa kali terbatuk, namun Dave langsung mengatakan bahwa itu hanya flu biasa.
“ kenapa lu gak bilang dari awal! Kyunn, putar balik mobilmu, antarkan aku ke klinik kakaknya.” Kyunn langsung melakukan perintah adiknya dan mengikuti arahan dari Hyull. Setiba Hyull didepan klinik, ia meminta Kyunn untuk meninggalkannya sendirian dan tanpa perlawanan Kyunn pun langsung melajukan mobilnya meninggalkan Hyull sendiri didepan klinik. Hyull memperhatikan keadaan klinik yang pada saat itu sedang sepi, ia memberanikan diri untuk masuk kedalam dan mencari dimana kakaknya Dave berada. Setiap ruangan sudah ia telusuri, tetapi ia tetap tidak mendapatkan wujud wanita itu.
“ apa klinik ini sedang tutup? Jika benar, kenapa pintunya tidak terkunci? Jangan-jangan! “ terlintas dipikirannya sesuatu yang menakutkan yang pastinya menyangkut wanita itu, ia ingat, masih ada ruangan diatas, dengan cepat ia berlari menelusuri anak tangga, tidak lagi merasakan lelah, hanya kepanikanlah yang ia rasakan, terdapat sebuah kamar dengan pintu yang terbuka bebas, perlahan ia berjalan berniat memasuki ruangan itu dan ia temukan sesosok wanita, wanita itu sedang merapihkan pakainnya lalu menyusunnya kedalam sebuah koper yang terdapat diatas kasur. Setelah sadar bahwa ada orang yang memperhatikannya dari belakang, wanita itu kaget bukan main.
“ kamu? Bagaimana bisa? “ teriaknya.
“ ma,maaf.. pintu klinik tidak terkunci, papan open juga masih terpampang jelas, makanya saya masuk saja, terus disaat saya lihat kakak tidak ada ditempat kerja, saya pikir.. “ Hyull menghentikan kalimatnya, ia malu untuk mengetahui pemikiran naifnya itu.
“ kamu kira kakak terluka? Ahahha... ah, namamu Hyull bukan? Duduklah. “ tawanya membuat segala penat Hyull menghilang, Hyull sudah bisa bernafas lega, ia pun mengangguk seraya duduk disofa yang terdapat didepan kasur.
“ kamu, mencari Dave? “ tanya wanita itu seakan mengetahui maksud dari kedatangannya.
“ ya? Bagaimana kakak bisa tahu? “
“ panggil saya Divane, Divane Anderson. “ akhirnya wanita itu memberitahu namanya kepada Hyull, susah baginya memberitahu namanya bahkan nama panjangnya. Divane Anderson merupakan nama aslinya, dan Anderson adalah nama keluarga besar mereka, begitu juga dengan Dave Anderson. Anderson berasal dari nama kakek mereka yang aslinya merupakan penduduk asli dari negara kangguru yaitu Australia. Mr.Anderson selaku ayah dari Dave meninggalkan pekerjaannya di negara kangguru itu demi mengejar cintanya di indonesia yang pastinya yaitu neneknya Dave. Sampai akhirnya mereka menikah dan memutuskan tetap tinggal indonesia tepatnya di Bali.
“ Divane Anderson? Wah.. nama yang indah. “ ia tertegun mendengar nama itu, nama yang sebenarnya tidak bisa Divane katakan kesembarang orang, itu artinya, Divane bisa mempercayai Hyull. Dibalik nama Anderson terdapat sebuah rahasia dimana tidak ada satupun dari keluarga mereka yang boleh mencerikakannya kepada siapapun, walaupun Divane telah mengatakannya kepada Hyull, Divane juga mengingatkan Hyull untuk tidak mengatakan nama itu kepada siapapun tanpa mengatakan sebabnya, Hyull yang merasa tidak perlu mengetahui permasalahannya hanya menggangguk yang berarti mengiyakan.
“ Hyull, bukankah kamu mencari Dave? Kalau begitu ikutlah denganku ke bali. “

     Suara ombak sangat memanjakan telinga Dave, seruan daun kelapa seakan mengiyakan pemikirannya. Seru tawa turis-turis asing semakin membuatnya merindukan tempat ini, rumah neneknya.
“ kamu tersenyum Anderson? “ sapa wanita tua sambil membawa beberapa makanan ringan dan meletakkan diatas meja yang letaknya tepat disamping Dave.
“ nenek, selama ini kamu melarang kami mengatakan nama itu, kenapa kamu melakukannya! “ ucapnya sedikit terkagetkan oleh sikap neneknya.
“ aku hanya sedang merindukan kakekmu, wajahmu mengingatkanku padanya, kamu benar-benar dianugerahkan wajah yang sangat mirip dengannya, bahkan ayahmu tidak mendapatkannya. “ terlihat air mata meluncur manja dipipinya yang sudah mengkerut itu, dengan cepat wanita itu menghapusnya, ia tidak berniat untuk mengingat masa-masa indah disaat masih bersama suaminya, disaat suaminya masih menemaninya, disaat suaminya belum perginya meninggalkannya untuk selamanya.
“ sudahlah nek.. aku kesini bukan untuk melihat air matamu, yang kubutuhkan yaitu senyumanmu, aku sangat merindukan itu.. “ ia memeluk wanita itu untuk yang sekian kalinya. Ia sangat menyayangi neneknya lebih dari ia menyayangi ibunya. Ya, ia lebih menyayangi neneknya.
“ makanlah ini, nenek sudah lama mempersiapkan snack ini, kerupuk rumput laut kesukaanmu. “
Makanan Dave dari kecil sampai sekarang, dan kenyataan menjawab bahwa hanya neneknya lah yang selalu ingat dengan makanan ini, pernah sesekali Dave meminta Buk Efi untuk membuatnya, namun rasa tetap saja tidak seenak buatan neneknya, tetapi walaupun begitu, ia tetap menghargai kerja keras Buk Epi, dari pada ibunya, yang sama sekali tidak pernah berniat memberikan apapun kepadanya kecuali uang.
“ makasih, kamu pantas menjadi nenekku, neneknya Dave Anderson. “ serunya dengan nada yang lumayan kuat.
“ hus, kecilkan suaramu! “
“ oh iya, aku kelepasan nek. “
“ ahahha.... “ tawa mereka dengan cepat terhentikan setelah melihat sosok Divane.
“ kakak! “ seru Dave yang sepertinya sudah melupakan kejadian bebrapa hari yang lalu.
“ kamu datang juga, nenek kira kamu tidak akan datang menemui nenek.. “
“ aku rindu padamu nek.. “ katanya seraya memeluk wanita tua itu dengan erat, terlihat seperti seorang ibu dan anak yang sedang memadu rindu.
“ aku juga, aku senang kamu hadir disini.. hem, sudah duduklah, makanlah ini, ini makanan kesukaan kalian berdua bukan, kamu masih menyukainya? “ tanya wanita berumur 78 tahun itu seakan ingin mendengar jawaban yang mengatakan, Ya.
“ tentu saja. “ Divane langsung menyantap kerupuk rumput laut buatan neneknya itu, begitu juga dengan Dave. Gerimis turun tanpa sepengetahuan mereka, tanpa ancang-ancang Dave langsung membantu neneknya berjalan masuk kedalam rumah dan mengantar neneknya kedalam kamar untuk beristirahat, setelah itu ia kembali menjumpai Divane yang sedang membantu Tante Dey Anderson menyiapkan makan malam. Dey Andersen merupakan adik dari ayah mereka, Dey sudah lama menjanda setelah beberapa tahun yang lalu terjadi sesuatu terhadap suaminya. Dan kini Dey hidup bersama ibunya beserta kedua putranya yang sudah berumur 10 tahun dan juga 17 tahun.
“ kamu sudah lapar Dave? “ tanya Dey dengan tangan yang masih memegang pisau.
“ ma, letakkan dulu pisaumu baru mengobrol dengan orang! “ tegur Denoy selaku putra tertuanya.
“ sudah tidak masalah.. ah, tidak tante, aku hanya berniat membantu. “ jawabnya sopan.
“ kamu mau membantu? Kalau begitu bantulah aku menjemput Hyull, ia sedang main di tepi pantai.. “ ucapnya sambil terus merapihkan meja makan.
“ Hyull? Maksudmu? “ tanya nya kembali tak mengerti.
“ kakak membawanya kesini.. jemputlah dia.. “ jelasnya.
“ kenapa tidak bilang dari tadi! “ Dave langsung menyambar jaketnya dan langsung berlari keluar dari rumah.
“ astaga, aku lupa! “ Divane lupa dengan Phobia Hyull.
“ kamu kenapa? “ tanya Dey yang tanpa sadar melepaskan pisaunya dengan hentakan.
“ Hyull phobia hujan.. “
“ Hyull? Siapa dia? “
“ dia kekasihnya Dave, aku membawanya kesini, awalnya ia memintaku untuk membiarkannya menikmati pemandangan didepan sana, maka itu kubiarkan saja.. bagaimana ini, mana sedang gerimis... “ kesalnya terhadap dirinya sendiri.
“ kekasih Dave! “ Dey masih memikirkan perkataan itu, bagaimana tidak, Dave itu sangat tertutup pada setiap gadis, kecuali Mona yang merupakan sahabat kecilnya yang kini menghilang tanpa jejak.
“ ah tante, jangan teriak-teriak dong...! “
“ duh mama, tuh kan aku jadinya kalah sama kak Denor, suara mama mengagetkanku! “ sambung Dane anak bungsunya yang sedang bermain catur bersama Denor kakaknya.
“ ih, mama itu bahagia mendengar hal semacam ini.. apalagi tentang Dave. Semenjak Mona menghilang, Dave seakan menjauh dari gadis-gadis lainnya, menyedihkan. “ semburnya dengan ekspresi yang menggelikan. Dey memang memiliki karakter yang sedikit kekanak-kanakan, tidak heran kedua anaknya sering menegurnya. “ yasudah, kalau begitu kita tunggu saja mereka berdua, semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan gadis itu, kekasihnya. Ahahha...” lanjutnya dan tertawa bahagia.
“ ada apa ini, Dey ada apa denganmu? Kenapa kamu tertawa seperti itu? “ Ny Anderson tiba dengan switer tebalnya.
“ nenek, bukannya kamu tadi sudah tertidur? “ Divane mendekati neneknya dan membantu wanita itu duduk dimeja makan.
“ kamu pikir nenek akan tertidur jika tantemu tertawa sekuat itu? “ sindir wanita itu yang tengah menatap Dey menunggu jawaban.
“ aku sedang senang ma.. Dave sudah punya kekasih.. dan sekarang ia sedang menjemput kekasihnya dipantai..” ceplot Doy yang sepertinya ahli bercerita.
“ benarkah itu Vane? “ ia engalihkan pandangannya kepada Divane. Diva yang terlanjur berbohong tentang hubungan Dave dengan Hyull hanya mengangguk.
“ wah... benarkah! Syukurlah cucuku kembali normal, aku sempat mengira ia tidak menyukai wanita, tetapi setelah mendengar penyataan kalian, aku jadi ikut bahagia.. “ ternyata Ny Anderson turun bahagia dengan info yang baru iya terima, semoga Dave tidak marah dengan Divane karena asal memberi informasi kepada keluarganya ini.

Next part 5

0 komentar: