Saturday, August 31, 2013

Short Story (We're Different) Part 2


     

     Diatas tempat tidurnya, Hanami memperhatikan dinding kamarnya, gelap tanpa cahaya. Walaupun rasa pusing dikepalanya belum juga hilang, tapi ia tidak kunjung tertidur. Dapat ia lihat pintu kamarnya yang tidak tertutup rapat. Tatsuya sengaja melakukan itu, entah kenapa, pria itu menjadi cemas setelah melihat keadaan Hanami seperti itu. Tiba-tiba saja terlintas dipikiran Hanami tentang wanita itu, wanita yang diyakininya sebagai Yumiko, walaupun wanita itu membantahnya, ia tetap saja yakin bahwa wanita itu adalah adiknya.



Brakkk!
Terdengar suara dari luar kamarnya, seperti suara sebuah barang yang terjatuh kelantai, namun bukan itu yang membuat Hanami bangkit dari kasurnya, ia merasa melihat sosok itu disana, dibalik pintu yang tidak tertutup rapat, seorang wanita sedang memperhatikannya, tetapi setelah terdengar suara tersebut, wanita itu seakan tersentak dan mencoba kabur dari sana. Langkahnya terlihat lemah, pusing yang ia rasakan membuatnya sulit untuk mengejar wanita itu, ditambah lorong yang tidak memiliki penerangan dengan baik, yang terlihat hanya bayangannya bersama wanita itu. Dapat ia rasakan tarikan tubuhnya yang semakin kuat, tubuhnya sedang berusaha untuk menjatuhkan dirinya, tapi wanita itu tetap saja mencoba berlari mengejar bayangan yang ada dihadapannya. Keringat yang meluncur dikeningnya seakan memberi pertanda bahwa itulah sisa tenaganya.
“ Yumi.. “ ucapnya sebelum dirinya tersungkur kelantai dan tak sadarkan diri.

     Pagi ini Hanami terlihat lemah, wajahnya terlihat tak bersemangat, terduduk disudut tempat tidurnya, memandangi minuman yang ada dihadapannya. Tepat diatas meja, terdapat sebuah gelas yang berisikan air putih hangat. Melihat itu membuatnya tersenyum.
o genki desu ka? (apakah kau sehat?) “ Tatsuya datang sambil membawakan semangkuk bubur. “ oh, sudah ada minuman? Aku baru saja hendak kembali untuk mengambilnya, apa Akira yang menaruhnya? Tapi itu tidak mungkin.. “
“ kenapa tidak mungkin? “
“ semalam dia tidak pulang.. bagaimana kepalamu? Masih pusing? “ pria itu memberikan bubur itu kepada Hanami, tak lupa ia menyodorkan sebuah obat.
“ aku tidak butuh obat itu.. air hangat inilah obatku.. “
“ kenapa begitu? Itu kan hanya air hangat.. “
“ disaat aku jatuh sakit, aku tidak pernah minum obat, hanya dengan air hangat aku dapat segera sembuh. “ sesuap demi sesuap bubur telah ia lakukan, sesudah menyantap bubur, ia merasa lebih segar dan langsung berkeinginan untuk berjalan-jalan di sekitaran gion shirakawa. Memandangi bunga sakura pasti akan sangat membantu penyembuhannya. Namun sayang, disaat ia tiba disana, tak terlihat lagi bunga sakura disana, yang terlihat hanya ranting pohon tak berbalutkan bunga. Selama perjalanannya, Tatsuya terus mengikutinya. Pria itu bagaikan pengawal, siap siaga dalam hal apapun.
“ pakailah ini, pagi ini udara sangat dingin.. “ baju hangat selalu ia bawa, mengingat wanita yang ada disampingnya tidak pernah memperhatikan keadaan tubuhnya. Tidak ada yang tahu dari mana Tatsuya mengetahui itu, tapi yang pastinya, pria itu mengetahui banyak hal tentang Hanami.
“ kenapa kau selalu memberiku pakaian hangat seperti ini? “ tanya Hanami sembari memakainya.
“ karena kau tidak pernah memakainya, perhatikanlah kesehatan tubuhmu.. “
“ jangan begitu.. “ jawab Hanami pelan.
“ kenapa? “
“ kau mengingatkanku kepada otousan.. “
“ kau merindukannya? “
“ tentu saja.. “
“ wanita itu, kau mengenalnya? Wanita yang kau panggil dengan sebutan Yumiko.. “
“ Yumiko itu adikku, saudara kembarku.. dan wanita itu, aku merasa kalau dia adalah adikku.. “
“ tapi dia bukan Yumiko, namanya Mari.. “
“ benarkah? Kau mengenalnya? “ tanya Hanami dengan tenang.
“ dia mahasiswi baru di kampusku.. dan dia memiliki keluarga yang kaya raya di Tokyo.. “
“ keluarga? “ sedikit terkagetkan, tapi ia mencoba untuk tetap tenang. Terdiam, mencoba memutar kembali segala ingatannya, kejadian yang terjadi pada malam itu, wanita yang memperhatikannya dibalik pintu, minuman hangat yang ada diatas meja. “ kau, apa tadi malam kau yang membawaku kekamar? “
“ kalau bukan aku siapa lagi? Aku menggendongmu dari kedai sukiyaki, apa kau tidak tahu itu? “
“ tidak, maksudku, disaat aku terjatuh didepan kamarku, apa kau yang.. “ ia berhenti berbicara. “ astaga, air hangat, jadi, itu kau Yumi? “ batinnya. Baru ia sadari, hanya keluarganya yang mengetahui kebiasaannya meminum air hangat disaat sakit. Memikirkan itu membuatnya semakin yakin dengan pemikirannya. “ katakan padaku, wanita itu, ia dikamar nomor berapa! “

     Semangatnya yang luar biasa membuatnya melupakan kesehatannya. Berlari sekuat mungkin, menghampiri kamar wanita yang diyakininya sebagai kembarannya. Menghiraukan sapaan Akira yang baru saja pulang, suara langkah kakinya begitu berisik, menghentak dengan keras ke lantai kayu itu, dan kini, tepat dihadapannya. Sebuah pintu berdiri tegak, menjuntai melebihi tubuhnya. Anehnya, Hanami merasa takut untuk mengetuknya, ia takut akan kenyataan yang akan ia hadapi. Jika dan jika.
“ apa yang harus aku lakukan? “ tubuhnya mematung. Namun tanpa ia sadari, pintu itu terbuka dan terlihat seorang wanita dibalik pintu. Wanita itu juga terlihat shock dan hendak menutup kembali pintu itu. Dengan cepat Hanami memasukan kaki kanannya untuk menyanggal pintu tersebut. “ tunggu! “ katanya dengan tegas.
“ apa yang sedang kau lakukan! Singkirkan kakimu! “ bentak wanita itu.
“ kau bahkan masih suka membentakku? Kau kira aku tidak bisa mengenalimu? “
“ apa yang kau bicarakan! “
“ Yumi, kau benar-benar tidak mengenaliku? “
“ siapa yang kau bicarakan? Tolong jangan menggangguku dan singkirkan kakimu! “
“ tadi malam, apa itu kau? “
“ ... “ tidak ada jawaban.
“ kenapa? Apa kau mengkhawatirkanku? “
“ pergilah. “ wajahnya terlihat kaku. Perkataan Hanami membuat nafasnya seakan tersengal.
“ air hangat itu, apa kau yang menaruhnya? Apa kau tidak tidur semalaman karena memikirkan keadaanku? Pagi tadi air itu masih terasa hangat, kau pasti baru menaruhnya. “
“ hentikan omong kosongmu! “
“ aku yakin itu kau Yumi. “
“ kalau kau tidak segera menyingkirkan kakimu, aku akan membanting pintu ini! “
“ apa kau bisa melakukannya? Jika kau melakukan itu, kau juga akan merasakan sakitnya, kau lupa? Kita itu kembar.. “
“ tidak, kita berbeda! “ ucap wanita itu dengan keras.
“ ... “ Hanami hanya menatapnya. Apa yang baru saja dikatakannya begitu menusuk hatinya, namun anehnya, ia terlihat tenang, kalimat itu sudah cukup untuk memastikan siapa wanita yang ada dihadapannya. Perlahan ia tarik kakinya, membiarkan wanita itu menutup pintunya. Air mata mengalir dengan bebas, matanya terus menatap pintu itu, membayangkan apa yang sedang dilakukan wanita itu disana. “ apa kau juga sedang menangis sepertiku? Apa yang kau tangisi? Apa aku terlalu menyusahkanmu? Apa yang salah pada diriku? Kenapa kau tidak pernah menerimaku sebagai kembaranmu? Perbedaan pada diri kita, apa itu salahku? Kenapa harus aku yang menanggung semua ini? Apa aku tidak pantas mendapatkan kehangatan itu, kehangatan antara adik dan kakak. Kenapa kau setega ini terhadapku? Apa kau tahu bagaimana cara aku hidup didesa itu? “ mencoba menahan amarah pada dirinya, segala perasaan berkecamuk pada dirinya, air mata terus mengalir, tanpa mengetahui keberadaan seseorang disana, disudut ruangan, Tatsuya memperhatikan peristiwa itu. Dan kini, dilihatnya Hanami berjalan memasuki kamarnya. Yang amat jelas, wanita itu terlihat rapuh.
     Dikamarnya. Terduduk diatas lantai, menyandarkan tubuhnya ke kasur, memperhatikan kotak yang terletak disudut kamarnya. Perasaan itu, apa yang ia takutkan akhirnya terjadi, berhasil menemukan Yumiko namun tidak diterima olehnya. Ia merasa dirinya bagaikan sebuah ranting, sebuah ranting yang sedang menunggu kapan dirinya akan terpisahkan dari pohonnya. Suara ketukan pintu menyadarkannya. Akira masuk kekamarnya. Tersenyum kepadanya dan duduk disampingnya. Memperhatikan keadaannya, masih terus tersenyum.
“ masih ada aku disini.. jangan pernah melupakan itu, apapun yang kau inginkan, aku akan berusaha untuk mengabulkannya, tapi, satu hal yang ingin kuminta darimu, bersemangatlah.. sahabatku sedang memperhatikanmu, jika kau seperti ini, dia pasti tidak akan tenang.. “
“ kenapa kau begitu baik terhadapku? “ tanyanya pelan.
“ karena kau orang yang baik, kau pantas mendapatkannya. Perlakuan baik menghasilkan hal yang baik, begitu juga sebaliknya, apa yang kamu pikirkan, akan menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang kamu pikirkan, jika kamu menginginkan sesuatu, pikirkan bagaimana cara untuk mendapatkannya, dan saudaramu, sabarlah, dia juga membutuhkan waktu.. “
“ bagaimana kau tahu itu? Dan, membutuhkan waktu? Kenapa dia harus membutuhkan waktu? Apa aku begitu menyusahkannya sehingga dia membutuhkan waktu yang lama untuk menerimaku? “
“ tidak, bukan itu maksudku, kau pasti akan segera mengetahuinya, yang terpenting, kau harus lebih sabar. Tidurlah, kurasa istirahatmu belum cukup. “ katanya dan hendak pergi.
“ bisakah kau mengatakannya padaku? Sepertinya kau tahu segalanya. “
“ tidak.. “ pintu tertutup seiring kepergian Akira. Hanami semakin penasaran dengan apa yang telah Akira katakan. Rasa penasaran itu juga yang membuatnya  langsung naik ke kasur, menarik selimut dan tidur.
     Tepat disore hari, Hanami terbangun dari tidurnya. Tenggelam dalam kebisuan. Hanya menatap langit kamarnya. Kejadian pada malam itu kembali terlintas dipikirannya. Memikirkan apa yang harus ia lakukakan terhadap wanita itu, wanita yang tidak juga mengakui bahwa dirinya adalah Yumiko, kembarannya.
“ apa aku harus melepaskanmu? Apa aku harus melupakanmu? Membiarkanmu begitu saja? Jika begitu, apa aku ditakdirkan untuk hidup seorang diri? Kenapa begitu? Kenapa harus aku? Apa salahku sehingga aku harus merasakan semua ini? Apa penyiksaan yang selama ini aku rasakan tidak cukup? “ pikirnya dalam diam. Beberapa menit dari itu, Hanami terlihat bangkit dari tidurnya, berjalan keluar dari kamar dan mendekati kamar wanita itu. Beberapa kali ia mencoba mengetuk pintunya, ia tetap tidak mendapatkan jawaban. Bahkan teriakannya juga tidak menghasilkan apapun. Tidak tinggal diam, ia berlari menuruni tangga, mencoba mencari wanita itu ditempat lain. Dilihatnya Akira sedang mengobrol dengan salah satu pelanggan. Ia langsung menghampirinya. “ Akira, apa kau melihat Yumi? “
“ Yumi? Maksudmu Mari? “
“ ya, kau tahu dimana dia sekarang? “
“ kalau tidak salah dia pergi bersama teman-temannya ke kafe yang ada didaerah Shirakawa Minami-dori, tapi aku tidak tahu tepatnya kafe mana yang mereka kunjungi. “ ucapnya. Disaat ia hendak kembali berkata, Hanami sudah terlanjur berlari meninggalkannya.

     Langkahnya begitu cepat. Menyisiri setiap jalan yang ada disana. Memasuki semua kafe, begitu banyak kafe yang harus ia periksa, itu semua hanya untuk mendapatkan sosok itu, Yumiko. Entah apa yang akan ia lakukan kepada wanita itu, yang pastinya ia terlihat begitu bersemangat. Malam pun tiba, gelap menyeliputinya, angin semakin menusuk tubuhnya yang tak berbalutkan pakaian tebal. Walau begitu, Hanami tak terlihat kedinginan. Yang terlihat hanya wajah cemas dan sebuah harapan. Pakaiannya terlihat lusuh, rambutnya berantakan. Wajahnya terlihat pucat seakan tak ada satupun darah yang mengalir disana. Dan kini, Tibalah dia disalah satu kafe. Ia terlihat tenang ketika melihat Tatsuya berada disana, itu tandanya Yumiko dipastikan juga berada disana. Ia menghampiri pria itu, terlihat ekspresi kaget dari wajah pria itu.
“ Hanami! Kau sedang apa disini? “ kata Tatsuya.
“ ... “ tak ada jawaban, yang terdengar hanya helaan nafas.
“ kau baik-baik saja? Wajahmu pucat sekali.. “
“ Yumi, dimana dia? “ jawabnya pelan.
“ maksudmu Mari? Dia ada dilantai dua bersama.. “ Hanami sudah berlari menaiki tangga. Mencari wanita itu. Begitu banyak pengunjung yang ada disana membuatnya sulit untuk mendapatkan wanita itu. Hampir setiap tempat ia telusuri, ia tetap tidak menemukannya. Terduduk disebuah sofa. Keringat dingin bercucuran dikeningnya, detak jantungnya tak beraturan, nafasnya tersengal, seketika tubuhnya melemas disaat melihat apa yang ada dihadapannya. Seorang wanita sedang berciuman dengan seorang pria, merelakan tubuhnya disentuh pria tersebut, dan tidak hanya satu pria, tapi dua, tiga, bahkan ada empat pria disana. begitu menjijikkan, dan yang lebih menjijikkan, wanita itu adalah Yumiko, wanita yang mengaku sebagai Mari. Wanita yang diyakini Hanami sebagai kembarannya.
“ jangan sentuh dia.. jangan sentuh adikku! “ dengan suara lirih disertai deraian air mata ia berkata. Mengepalkan tangannya, menguatkan langkahnya dan berlari mendekati mereka, sebuah pukulan melayang kewajah pria yang sedang mendekap wanita itu, wanita itu kontras berteriak dan membuat semua pengunjung histeris, dan Hanami, ia terlihat siap untuk memberi pelajaran kepada semua pria itu, terlihat dari kepalan kedua tangannya, matanya menatap tajam setiap pria yang ada dihadapannya, dan sebuah teriakan mengawali gerakan nan tragis itu, ia melompat dan memutarkan kakinya, lalu dengan keras kakinya mendarat tepat ditubuh pria itu, tidak hanya itu, kini kepalan tangannya kembali melayang ketubuh pria  lainnya disusul dengan sebuah tendangan keras. Masih belum puas, ia menarik tangannya dan dengan kuat melayangkan kepalan tangannya ke rahang pria lainnya, begitu banyak pukulan yang ia berikan, semuanya ia lakukan dengan sangat cepat, tak ada satupun dari mereka yang bisa menghindari pukulannya. Dan kini, ia kembali melakukan itu, ia melompat dan melakukan tendangan ganda, kedua pria itu pun terjatuh, dengan cepat ia bangkit, kakinya sudah siap untuk melakukan tendangan kebawah, tapi teriakan seseorang menyadarkannya.
“ hentikan! “ Akira berteriak dengan sangat kuat. Ia berhasil menyadarkannya. “ hentikan, Hentikan Hanami! “ ia berjalan mendekati Hanami, menarik tangan Hanami dan membawanya menjauh dari sana.
“ lepaskan aku. “ jawabnya lirih. Tangannya menepis genggaman Akira dengan kuat.
“ sudahlah, jangan lakukan lagi. “ Akira masih berusaha untuk meraih tangannya.
“ aku bilang lepaskan aku! “
“ memangnya apa yang akan kau lakukan! Apa kau tidak lihat, mereka sudah tak sadarkan diri! Apa itu tidak cukup? Apa kau harus membunuh mereka? “
“ ya, aku harus membunuh mereka. “ menjauh dari Akira dan berjalan mendekati keempat pria itu. Sekilas mereka terlihat seperti mayat, tak bergerak dan terletak begitu saja. Dan Hanami, sepertinya ia akan terus memukul mereka, dilihat dari wajahnya yang masih penuh dengan amarah. Namun, ia tidak berhasil melakukannya, itu dikarenkan sebuah gelas melayang tepat di kepalanya. Hentaman keras itu membuatnya tersungkur kelantai. Dapat ia lihat wanita itu, ia terlihat panik, khawatir, mungkin dikarenakan gelas yang ia lempar mengenai sasaran. Pandangan Hanami semakin melemah, wajah wanita itu semakin memudar, teriakan Akira tak lagi terdengar jelas, dan pada akhirnya, matanya tertutup rapat.

     Apa yang selama ini kau alami tidaklah penting, yang terpenting adalah bagaimana cara kau menghadapinya. Kalimat itu selalu terdengar olehnya. Didalam tidur panjangnya, mimpi atau nyata pun itu, kalimat itu selalu menghantuinya. Dua hari sudah berlalu. Dan Hanami belum juga membuka matanya. Akira dan Tatsuya masih setia menunggunya. Tidak hanya mereka, secara diam-diam wanita itu juga menunggunya. Seperti yang sedang ia lakukan saat ini, ia mengintip dari pintu yang tidak tertutup rapat, melihat Hanami yang masih saja berbaring diatas kasurnya.
“ apa kau mau selamanya mengintip seperti itu? Masuklah.. “ Tatsuya menyadari keberadaannya disana. Wanita itu terlihat kaget, ia tidak menyadari keberadaan Tatsuya disana. “ masuklah.. “ kata Tatsuya mempertegas. Sedikit takut ia melangkahkan kakinya, mendekati Hanami. “ jangan hanya berdiri, duduklah.. “
“ kenapa kau terus memerintahku? “ kata wanita itu kepada Tatsuya.
“ aku tidak memerintahmu, tapi itu semua keinginanmu.. “ ucapnya santai dan duduk ditepi kasur.
“ apa maksudmu? “
“ jadi kau bernama Yumiko? “ wajahnya terlihat serius, wanita itu bahkan terdiam. “ kau saudara kembarnya? “
“ ... “ wanita itu masih mematung menatapnya.
“ kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau melakukan itu kepadanya? Jelas sekali bahwa sebenarnya kau sangat menyayanginya. Malam itu, disaat Hanami pingsan, kau juga melihatnya secara diam-diam, sama seperti yang kau lakukan di akhir-akhir ini, aku juga melihat itu, Hanami mengejarmu, dan setelah ia terjatuh dan kembali pingsan, kau juga yang mengangkatnya ke kamar, dan minuman hangat itu, aku melihat itu, kau yang menaruhnya, lantas kenapa disaat dihadapannya kau bertindak kasar? ”
“ kau memperhatikanku? “
“ tidak, itu semua tidak sengaja terlihat olehku. “
“ kenapa? Kenapa kau begitu peduli terhadapnya? “
“ aku tidak tahu. “
“ kau menyukainya? “
“ entahlah.. “
“ jika memang kau menyukainya, kenapa kau tidak menghalanginya disaat ia memukul pria-pria itu, apa kau tidak takut jika ia mendapatkan pukulan balasan? Jelas sekali bahwa kau hanya menyaksikan peristiwa itu. “
“ mereka tidak akan bisa memukulnya, karena dia sudah lebih dulu membuat mereka tumbang, bukankah bela dirinya sangat baik? Kurasa kau tahu itu. Lagi pula, saat itu adalah waktu yang tepat untuknya mengeluarkan segala penad yang selama ini ia pertahankan. “ jawabnya sembari tersenyum menatap Hanami.
“ bagaimana kau tahu itu? “
“ setahun sudah aku mondar-mandir dari Tokyo ke machiya ini, dan sudah setahun juga aku mendengarkan semua cerita tentangnya dari Akira. Bukankah Akira bersahabat dengan ayahmu? Apa kau tidak tahu itu? “
“ apa katamu? Sahabat ayahku? “
“ jadi kau tidak tahu tentang itu? Aku juga mendengar cerita tentangmu dan juga ibumu. kalian, kenapa kalian selalu menyiksanya? “
“ aku tidak mau membahasnya. “ wanita itu hendak pergi.
“ Yumiko.. “ Tatsuya memanggilnya dengan pelan. “ jadi benar itu namamu? “ tambahnya ketika dilihatnya langkah wanita itu berhenti.
“ jika benar itu namaku, apa yang akan kau lakukan? “ wanita itu menatapnya lemah.
“ hentikan ke egoisanmu itu, kau akan semakin terluka. “
“ egois katamu? Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, jadi hentikan omong kosongmu itu. “
“ sekarang dia seorang diri, apa kau akan tetap meninggalkannya? “ wanita itu tidak memberikan jawaban. Ia masih menatap Tatsuya, kerutan pada alisnya menunjukkan bahwa ia menginginkan penjelasan. “ ayahmu sudah tiada.. “ jelas Tatsuya. Mendengar itu kontras membuatnya terduduk lemas dilantai. Air mata yang sedari tadi ia tahan kini mengalir bebas dari matanya. “ hanya kau dan ibumu yang ia punya.. “
“ ibu, ibu juga sudah tiada.. “ jawabnya lirih, lebih lirih dari bisikan.
“ apa katamu? “
“ dia tertabrak disaat kami sedang tersesat di tokyo.. “
“ dan kau belum memberitahu itu kepada Hanami? “
“ bagaimana mungkin aku memberitahu itu kepadanya? Melihat wajahnya saja aku tidak mampu! “ jawabnya dengan keras.
“ kenapa? “
“ disaatku memandangnya, membuatku teringat kembali dengan dosa-dosa yang pernah kuperbuat terhadapnya. Aku ingin melupakan semua itu. “
“ dan kau pun merubah namamu? Menerima keluarga baru yang hendak mengadopsimu? Kau kira kau bisa melupakan semuanya dengan cara seperti itu? “
“ aku tahu itu, aku tahu aku salah. Itu semua dikarena otousan, dia tidak pernah bertindak adil terhadapku, dia hanya menyayangi Hanami, sedangkan aku, tidak pernah sekalipun ia memberikanku pelukannya, kecupannya, senyumannya, sedangkan Hanami, wanita itu selalu mendapatkan semuanya. “
“ itu dikarenakan sikapmu dan ibumu yang tidak baik terhadap Hanami, sekarang aku tanya, apakah ibumu pernah melakukan hal baik terhadap Hanami? “ wanita itu tidak menjawabnya. “ bukankah itu adil? “
“ apa yang harus aku lakukan? “
“ yang harus kau lakukan hanya menerimanya. memulai hidup baru dengannya, tanpa berpikir adanya perbedaan apapun. “ perkataan Tatsuya mengakhiri obrolan mereka. Pria itu meninggalkan wanita itu disana, masih teruduk dilantai. Membiarkannya meratapi segala kesalahannya.

     Sebuah senyuman terkulum manis diparas indahnya. Setelah sekian lama ia tertidur, akhirnya ia terbangun juga. Namun, bukan itu yang membuatnya tersenyum, tetapi keberadaan Yumiko yang membuatnya tersenyum. Wanita itu duduk disamping, menatapnya, menggenggam tangannya. Disaat Hanami membuka matanya, dengan cepat ia mengambil segelas air hangat lalu menyodorkan air itu kepada Hanami.
“ minumlah.. “ kata Yumiko sembari membantunya duduk.
“ kau baik-baik saja? “
“ seharusnya aku yang menanyakan itu kepadamu. “ jawabnya sembari membenarkan letak kaki Hanami.
“ kau sudah bisa menerimaku? “
“ jangan membahas itu, kau minum ini dulu.. “ ia menyodorkan minuman itu.
“ terimakasih telah melempar gelas itu kepadaku.. “
“ apa? “
“ berkat hantaman itu, kau jadi baik terhadapku, hahaha.. “
“ iti tidak lucu. “
“ dulu kau juga sering melemparku, tapi lemparan terakhirmu adalah lemparan yang paling menyakitkan, buktinya aku sampai pingsan. “
“ maafkan aku, aku menyesal. Tapi jika aku tidak melakukan itu, nyawa mereka pasti akan habis ditanganmu. “
“ apa aku gila? Aku tidak mungkin membunuh mereka.. “
“ lalu, kenapa kau melakukan semua itu? “
“ sebenarnya, aku berharap mereka membalas pukulanku, lalu aku jatuh pingsan dan kau menyelamatkanku, tapi tidak satupun dari mereka yang hendak memukulku. “
“ itu dikarenakan pukulanmu yang terlalu keras.. “
“ karena itu, jika kau tidak mau merasakan apa yang mereka rasakan, jangan lakukan hal seperti itu lagi, karena aku tidak akan segan-segan memukulmu bahkan lebih kuat dari pada itu. “
“ huh, kau mau mengancamku? “
“ ini bukan ancaman, tapi nasihat dari seorang kakak untuk adiknya.. “
“ kau bukan kakakku, umur kita hanya berbeda beberapa menit.. “
“ kau ini.. “
“ tapi, disaat kau menghajar mereka, kau terlihat keren, aku menyesal karena tidak ikut berlatih denganmu.. “
“ hahaha, seperti yang sering kau katakan, kita berbeda.. “
“ oh, sekarang kau yang mengatakannya, apa kau sudah merasa hebat? “
“ ya, sekarang aku hebat, karena aku sudah berhasil mendapatkanmu. “ Hanami tidak henti-hentinya tersenyum kepadanya.
“ sebenarnya ada yang ingin aku katakan, tapi jika kau belum merasa sehat, aku akan menunggu sampai kau pulih dulu. “
“ katakan sekarang, aku sudah sangat sehat. “
“ benarkah? “
“ katakan.. “
okasan.. dia sudah tiada, sewaktu kami tersesat di Tokyo, dia tertabrak mobil. “
“ ya, aku sudah tahu itu. “
“ kau sudah tahu? bagaimana caranya? “
“ aku mendengar semua percakapan kalian tadi malam, lalu, siapa yang mengadopsimu, kudengar mereka kaya raya.. “
“ mereka yang telah menabrak okasan.. jadi kau sudah sadar sejak tadi malam? “
“ hem.. tapi aku belum sekuat itu, aku hanya bisa mendengar obrolan kalian. Otousan, kau pasti sudah mengetahuinya kan? “
“ ... “ Yumiko hanya mengangguk.
“ mungkin inilah takdir yang diberikan tuhan kepada kita, kita harus kuat menjalaninya. Seperti yang pernah otousan katakan kepadaku. Apa yang selama ini kau alami tidaklah penting, yang terpenting adalah bagaimana cara kau menghadapinya.
“ kalimat yang bagus, aku akan selalu mengingatnya.. “ wanita itu terlihat bersemangat, sebuah senyuman merekah dengan indah di paras cantiknya. Begitu juga dengan Hanami.
“ hey! Apa kalian sedang bertengkar Lagi? Kapan kalian akan baikkan.. “ Tatsuya menghampiri mereka sambil membawakan semangkuk bubur.
“ kau tidak lihat? Kami sedang tersenyum.. “ sambar Yumiko.
“ oh, baguslah. Ku kira kalian masih bertengkar. “
“ kau hanya membawakan untuknya? “ tanya Yumiko.
“ kalau kau mau, kau bisa ambil dibawah, Akira memasak banyak.. “
“ Nami, dia menyukaimu, bagaimana dengan kau? “
“ apa yang kau katakan! Jangan bicara sembarangan! “ dengan cepat Tatsuya meletakkan buburnya ke atas meja yang ada disamping tempat tidur. Lalu ia mendekap mulut Yumiko dengan tangannya.
“ dia sudah mengetahui segalanya tentang dirimu, sudah setahun lamanya.. “
“ diamlah! “
“ dia bahkan lebih mengenalmu dibandingkanku.. “
“ hentikan Mari! Uh, maksudku Yumiko! “
“ dia juga yang mengomeliku dikarenakan aku bertindak kasar terhadapmu, dia begitu peduli terhadapmu.. “
“ kau tidak mau diam juga? “
“ katakan padanya kalau kau menyukainya.. “ mereka asik dengan obrolannya. Walau yang terdengar seperti kicauan burung yang tak memiliki arti.
“ apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian berisik sekali? “ Akira datang sambil membawa beberapa obat-obatan. Memberikan obat tersebut kepada Hanami lalu wanita itu langsung meminumnya. “ wah, kau menghabiskan bubur itu? Apa buburnya enak? “
“ ya, bubur ini sungguh nikmat.. “
“ hah? Buburnya sudah habis? Kenapa cepat sekali? “ tanya Yumiko yang tidak menyadarinya.
“ karna kalian terlalu sibuk dengan obrolan itu.. “
“ jadi kau tidak mendengarnya? “ sambar Tatsuya.
“ aku bahkan tidak tahu mau mendengar yang mana, kalian terlalu berisik. “ jawabannya kontras menimbulkan tawa. Akira yang hendak pergi malah tertawa dengan kuat, begitu juga dengan Yumiko, tetapi wanita itu tidak tertawa karena perkataannya, melainkan menertawakan Tatsuya. Tawa mereka mengakhiri pagi itu.

     Irama hujan terdengar indah. Setiap nadanya membelai telinga siapapun yang mendengarkannya. Airnya turun dengan lembut membasahi setiap pohon disana, sungai shirakawa pun dan kuasa akan sentuhan tetesan airnya. Suasana yang akan sangat memanjakan mata, dan tentunya tidak akan dilewati begitu saja dengannya, yaitu Hanami. Dibawah payungnya, ia menyaksikan semua itu. Senyumnya menandakan akan kepuasannya terhadap apa yang ia lihat. Kejadian seperti ini sudah sering ia alami, tetapi kali ini jauh lebih berbeda, dahulu, setelah ia merasakan kebahagian sesaat itu, tidak lama setelah itu masalah pun akan datang melanda, tetapi sekarang, tidak harus menyaksikan hal indah itu, dirinya akan terus tersenyum, baginya keberadaan Yumiko sudah lebih dari cukup.
otousan, aku sudah melewatinya, kau benar, apa yang aku alami tidaklah penting, yang terpenting adalah bagaimana cara aku melewatinya. Otousan, apa kau bertemu dengan okasan disana? Sampaikan salamku padanya, dan katakan padanya, aku selalu menyayanginya, aku juga merindukannya. Sekarang aku semakin bersemangat menjalani hidup ini, mulai sekarang, aku akan melewati semuanya bersamanya, bersama adikku, Yumiko.. “ matanya berkaca-kaca, air mata bahagia itu mengalir dengan bebas, membasahi pipinya yang mulai memerah, hujan membuat cuaca semakin dingin, ditambah kebiasaannya yang tidak pernah menggunakan pakaian hangat. Wanita itu selalu seperti itu, ia berpikir bahwa dirinya adalah wanita yang kuat. Wanita yang tidak akan tumbang akan hal kecil seperti itu.
“ kau sedang apa? “ seseorang menyapanya. Setelah ia membenarkan posisi payungnya, barulah ia mengetahui siap yang menyapanya.
“ aku sedang bahagia. “ jawabnya sembari tersenyum.
“ karena Yumiko? “
“ tidak, tapi karena semuanya. “
“ benarkah? Termasuk diriku? “
“ ... “ Hanami hanya tersenyum. Pria itu, Tatsuya terlihat terdiam ketika melihat senyumannya. Pria itu merasakan kehangatan dari senyumannya. “ kenapa? Kenapa kau diam? “
“ kau cantik sekali.. “ katanya tanpa ekspresi.
“ benarkah? “
“ tidak, aku hanya bercanda. “ jawabnya dan berpaling memandang pohon yang ada dihadapannya.
“ sejak kapan kau menyukaiku? “ tanya Hanami yang masih menatapnya. Mendengar pertanyaannya, pria itu kembali menatapnya.
“ setahun yang lalu, aku berlibur kesini, aku memilih machiya ini sebagai tempatku beristirahat. Akira menyambutku dengan sangat baik, dia juga sangat memperhatikanku, dia memperlakukanku sebagaimana seorang anak, dia banyak berbagi pengalaman kepadaku, menceritakan segala hal yang menurutnya menarik, dan cerita yang paling menarik adalah tentang dirimu. “
“ hanya dengan mendengarkan cerita itu kau langsung menyukaiku? “
“ awalnya tidak, namun setelah aku mendengarkan cerita selanjutnya tentangmu, semakin lama semakin menarik, aku bahkan sampai mengandai-andai seperti apa rupamu, itu sangat lucu, ceritamu selalu menghantuiku, mungkin jika aku pintar menulis, ceritamu telah ku sulap menjadi sebuah buku, haha.. “ menertawai dirinya.
“ kalau begitu, mulai dari sekarang jangan mendengar ceritaku lagi.. “
“ kenapa? “
“ kau akan semakin sulit untuk melupakanku.. “
“ hahaha.. “ tertawa bersama dibawa payung yang terasa sempit, kehadiran Tatsuya membuat Hanami harus berbagi payung dengannya. Merelakan sebagian tubuhnya terkena tetesan hujan. Sekejap senyum itu hilang dari wajah Tatsuya, ia menerima sebuah pesan dari telepon genggamnya. “ Yumiko? Bukannya dia sedang tidur? “ ucapnya setelah membaca pesan tersebut.
“ kenapa? “
“ temannya mengirimku pesan, katanya Yumiko memintamu menemuinya di tea house yang ada di daerah shirakawa minami-dori. Tea house yang berwarna merah, kurasa aku tahu tempatnya, mau aku temani? “
“ sepertinya aku pergi sendiri saja, kami sudah lama tidak keluar bersama. “
“ benar juga, baiklah, sudah sana pergi, jangan membuatnya menunggu. Bawa baju hangat ini, pakailah jika kau merasa kedinginan. “ katanya sembari melambaikan tangannya kepada Hanami yang sudah berlari menjauhinya.

     Perjalanannya terasa nikmat. Seorang wanita yang sangat ia sayangi sedang menantinya. Penantian yang panjang pun berakhir juga, tak ada lagi penantian kosong, yang ada hanya penantian-penantian selanjutnya. Masih mengenggam payungnya, menggenggam lebih erat dikarenakan angin yang semakin kencang, mengikat baju hangat tersebut pada tangkai payung, rambutnya yang berantakan tak terpikirkan lagi olehnya, saat ini yang ada dipikirannya, apa yang akan mereka lakukan, mengobrolkah, berfotokah, atau mungkin melakukan hal lainnya asalkan mereka bisa bersenang-senang. Memikirkan itu membuatnya semakin bersemangat. Kini dia sudah berada di tea house tersebut, begitu banyak pengunjung disana, merasa akan sulit mencari Yumiko, ia mencoba bertanya pada salah satu pelayan disana.
“ irasshaimase.. (selamat datang) “ sapa pelayan yang ada dihadapannya. Hanami menjawabnya dengan sebuah senyuman.
“ saya ingin bertanya, apa pelanggan yang bernama Yumiko sudah datang? Baru saja dia menyuruhku kesini.. “ tanyanya dengan sopan.
“ Yumiko? Tolong tunggu sebentar, biar saya periksa dulu. “ si pelayang terlihat sedang mengotak-atik komputernya.
“ konnichiwa.. (selamat sore) “ kata seorang pria yang baru saja menghampirinya. Hanami hanya tersenyum. “ apa kau kakaknya Yumiko? “ tambah pria itu. Hanami hanya mengangguk dan tetap tersenyum. “ kebetulan sekali, Yumiko berpesan kepadaku untuk menyuruhmu kelantai tiga. Dia berada di ruangan nomor empat. “
“ benarkah? Bukannya lantai tiga ruangan karaoke? Apa dia mau mengajakku bernyanyi? “ jawabnya sambil melirik lantai yang ada diatasnya.
“ kurasa seperti itu, lebih baik kau segera menemuinya, dia sudah lama menunggu. Kalau begitu saya permisi dulu. “ bersamaan dengan kepergian pria itu, Hanami sudah melangkahkan kakinya menuju lantai tiga. Tak terdengar lagi olehnya teriakan dari pelayan tersebut, dirinya sudah terlanjur berlari menaiki tangga.

     Sebuah ruangan berukuran sedang. Ruangan yang disangkanya berisikan berbagai peralatan untuk bernyanyi, tapi kenyataannya, ruangan itu terlihat kosong. Yang ada dihadapannya hanya tiga orang pria. Tiga orang pria yang tidak ia kenal. Matanya terus menelusuri keberadaan Yumiko, tapi wanita itu tetap tak terlihat.
“ kau mencari Yumiko? “ kata seorang pria yang ada dihadapannya. Baru ia sadari, ketiga pria yang ada dihadapannya memiliki bekas luka di wajah mereka. “ kenapa? Apa luka diwajah kami menakutimu? “
“ dimana Yumiko? Bukankah dia berada disini? “
“ kau tidak ingat dengan kami? “ kata pria yang lain. Hanami hanya menggelengkan kepalanya. “ bagaimana dengan luka ini, kau juga tidak mengingatnya? “
“ siapa kalian? “ Hanami terlihat waspada.
“ siapa kami? Baiklah, aku akan membantumu mengingatnya. “ pria itu mendekatinya, berdiri tepat dihadapannya. Menatapnya dengan sinis. “ kau lihat luka ini? Kaulah penyebab dari luka ini, kau masih tidak mengingatnya! “ suaranya terdengar menggema. “ kenapa kau hanya menatapku? Kau tidak berniat meminta maaf? “
“ kenapa aku harus meminta maaf? “ jawabnya singkat, masih terus menatap mata pria itu.
“ sialan kau, apa kau ingin mati? “
“ tidak. “ jawabnya lagi. pria yang lainnya mulai mendekatinya. Mencoba untuk menyentuhnya. Namun dengan cepat Hanami menepisnya.
“ wah, ternyata kau benar-benar cepat. Bela diri apa yang kau pelajari? “
“ itu bukan urusanmu. “
“ haha.. jangan membuatku marah. “ mereka menertawainya, tawa mereka terlihat sangat menakutkan.
“ katakan kepadaku dimana Yumiko. “
“ kau benar-benar ingin mengetahuinya? Baiklah. Aku menahannya. “ pria itu tersenyum sinis kepadanya. “ jika kau mau mendapatkannya, kau harus mendengarkan perkataanku. “
“ katakan. “ mengepalkan tangannya dengan erat. Menahan emosinya yang hampir tak terbendungkan.
“ jika kau ingin adikmu selamat, jangan menghindari pukulanku. “ malam itu sepertinya akan menjadi malam terakhir baginya. Seakan tak memiliki banyak waktu lagi, merelakan tubuhnya dipukul, ditendang, dibanting kesana kesini, sebuah kursi melayang dan membentur tubuhnya dengan kuat, tidak hanya sekali, ia mendapatkan pukulan itu berkali-kali, mereka menyiksanya tanpa memikirkan bagaimana keadaannya. Nafasnya semakin melemah, membuka mata pun sangat sulit, hingga akhirnya ia tak mampu lagi menahan sakitnya, satu tusukan diperutnya membuatnya menutup mata. Terbaring diruangan itu, tak berdaya. Tidak lama dari itu, seorang pelayan membuka pintu.
“ maaf sudah mengganggu, saya mau mengatakan, bahwa sebenarnya seseorang yang bernama Yumiko belum berkunjung ke kafe kami, mungkin anda salah nama atau... astaga! Tolong...! tolong...! “ baru pelayan itu sadari, wanita yang ada dihadapannya sudah tak sadarkan diri.

     Gion selalu ramai akan pengunjung. Keberadaan geisha telah menarik perhatian setiap pengunjung. Tea house atau yang biasanya disebut ochaya selalu menghiasi setiap sudutnya. Begitu juga dengan machiya dan yang lainnya. Dimalam hari gion semkain ramai dikunjungi. Seperti machiya milik Akira, begitu banyak pengunjung yang datang membuatnya kualahan. Syukurnya Tatsuya berkenan membantunya. Mengantarkan pengunjung kekamar yang telah mereka pesan. Membuatkan mereka teh hijau, ada juga beberapa makanan ringan lainnya, seperti mochi(kue dari tepung beras yang ditumbuk), ginkgo(ginkgo biloba, biji pohon yang direbus dan dimakan seperti kacang), dan juga yakitori(sate ala jepang). Keahlian memasak Akira merupakan salah satu penyebab banyaknya pengunjung yang datang ke machiyanya. Sambil terus memasak, dengan dibantukan oleh Tatsuya, akhirnya mereka bisa mengatasinya.
“ wah.. banyak sekali pengunjung yang datang, kenapa kalian tidak membangunkanku..! “ sembari mengingat rambut panjangnya, ia membantu Tatsuya mengantarkan makanan. “ ini untuk meja nomor berapa? “ tanyanya kepada Tatsuya. Ia terlihat bersemangat. Berbeda dengan pria itu, mematung menatapnya.
“ Yumi, kenapa kau ada disini? “ tanya Akira yang sudah berlari mendekatinya.
“ aku? Memangnya aku harus kemana? “
“ bukankah kau menyuruh Hanami menenuimu di tea house? “ sambung Akira, wanita itu mulai terlihat panik.
“ aku baru saja bangun tidur.. “ jawabnya dengan wajah polosnya, tidak mengerti akan prilaku kedua manusia yang ada dihadapannya. Mereka berdua terlihat sangat panik.
“ aku harus mencarinya. “ kata Tatsuya. Meletakkan piringnya, melepaskan kain yang bergantung disaku celananya. Dapat ia rasakan sendi kakinya yang terasa kaku, segala hal melayang dipikirannya. Langkahnya terlihat berat, pikirannya seakan tidak ikut menggerakkannya. Tapi kini, tubuhnya mematung. Diatas lantai yang dingin, seorang wanita terletak begitu saja. Tak bergerak. Pengunjung yang melihatnya langsung berteriak histeris, begitu juga dengan Yumiko, ketika ia mengetahui siapa yang sedang tergeletak disana, dirinya bagaikan diserang seribu serigala, tak berdaya dan pasrah akan hidupnya. Disentuhnya wajah itu, matanya tertutup, kulitnya yang lembut tertutupi darah, tak ada tanda kehidupan disana. Dan yang paling menyayat hatinya, wanita itu tak lagi bernafas.
“ Nami.. Hanami.. Hanami chan.. kau bercanda? Sadarlah, kenapa kau bermain dengan darah ini.. jangan menakutiku.. “ begitu lirih, bahkan lebih lirih dari pada bisikan. Memeluk tubuh itu, seakan tak bertulang, begitu lemah, tak ada reaksi apapun. “ Nami.. kau tidak boleh seperti ini.. sadarlah.. “
“ tadi aku melihat wanita ini berjalan dari arah sana, kukira dia tidak waras, makanya aku tidak menghiraukannya, tapi aku tidak menyangka, sepanjang perjalanannya, tubuhnya terus-terusan mengeluarkan darah, sepertinya dia baru saja dipukuli. “ teriak seorang pria dari kejauhan.
“ Nami, bukankah kau wanita yang kuat? Bagaimana mungkin kau sampai seperti ini, jangan begini, sadarlah Hanami! “
“ Yumi.. sudahlah. “ Akira mencoba menenangkannya. Perlahan ia menarik tangan Yumiko dari tubuh Hanami. Membiarkan tubuh itu dibawa Tatsuya. “ mungkin sudah saatnya ia beristirahat.. “ tak bisa ia pungkiri, peristiwa itu merupakan peristiwa yang paling memukulnya. Baru saja ia bersemangat menjalani hidupnya, ditemani dengan wanita yang baik itu, wanita yang akan ia rawat bagaikan anaknya sendiri, wanita yang memerlukan kasih sayang darinya. Tapi tuhan berkata lain. Kematian mungkin adalah yang terbaik untuknya.

     Tiga musim telah berlalu. Musim semi, panas, dan juga musim gugur terlewatkan begitu saja. Dan kini. Desember menyambutnya diikuti dengan turunnya butir-butir salju. Musim dingin atau fuyu merupakan musim paling berat bagi orang Jepang karena mereka harus melawan suhu yang ekstrem. Dihadapan tumpukan salju, Yumiko bermain seorang diri. Setelah ia memutuskan untuk kembali ke desa itu, dirinya mengalami banyak perubahan. Ia lebih ramah terhadap penduduk disana, membantu Akira yang juga memutuskan untuk mengikutinya, mereka membuka kafe kecil-kecilan dihalaman rumahnya, tidak hanya itu, Yumiko terlihat lebih bersemangat. Kepergian Hanami tak pernah disesalinya, hanya satu hal yang sampai sekarang masih tersangkut dibenaknya.
“ boneka salju ini untukmu.. aku membuatkannya dengan ukuran yang sangat besar, boneka salju pertama untukmu, Hanami chan..  Hanami chan.. Hanami chan.. “ ia bahkan tidak sempat memanggil wanita itu dengan sebutan kakak.
“ hey, sudahlah, kalau kau begitu terus air matamu akan mengalir.. “ teriak Akira dari dalam rumah.
“ aku tidak akan menangis! “ selanya.
“ lebih baik kau membantuku, tidak lama lagi Tatsuya tiba, dia pasti lapar. Desa ini akan mengagetkannya, kenapa banyak sekali salju yang turun di desa ini! “ Desa Shirakawa adalah salah satu tempat yang menerima paling banyak hujan salju di Jepang. Tebalnya salju bisa melebihi setengah kaki orang dewasa. Karena itu penduduk didesa ini membuat rumah dengan bentuk atap rumah yang miring dan melambangkan tangan orang yang sedang berdoa. Desain rumahnya sangat kuat dan memiliki bahan atap yang unik sehingga dapat menjaga kekokohan bangunannya karena desa ini akan diliputi salju yang sangat tebal pada musim dingin. Rumah itu juga yang membuat desa ini dikenal dengan sebutan desa terunik di jepang. Berada dirumah seperti itu juga merpakan salah satu alasan Yumiko untuk tetap tegar. Kenangan buruk dimasa lalunya akan dijadikan sebuah pelajaran, siapapun itu, sambutlah mereka dengan cinta.

0 komentar: