Diatas
tempat tidurnya, Hanami memperhatikan dinding kamarnya, gelap tanpa cahaya.
Walaupun rasa pusing dikepalanya belum juga hilang, tapi ia tidak kunjung
tertidur. Dapat ia lihat pintu kamarnya yang tidak tertutup rapat. Tatsuya
sengaja melakukan itu, entah kenapa, pria itu menjadi cemas setelah melihat
keadaan Hanami seperti itu. Tiba-tiba saja terlintas dipikiran Hanami tentang
wanita itu, wanita yang diyakininya sebagai Yumiko, walaupun wanita itu
membantahnya, ia tetap saja yakin bahwa wanita itu adalah adiknya.
Terdengar
suara dari luar kamarnya, seperti suara sebuah barang yang terjatuh kelantai,
namun bukan itu yang membuat Hanami bangkit dari kasurnya, ia merasa melihat
sosok itu disana, dibalik pintu yang tidak tertutup rapat, seorang wanita
sedang memperhatikannya, tetapi setelah terdengar suara tersebut, wanita itu
seakan tersentak dan mencoba kabur dari sana. Langkahnya terlihat lemah, pusing
yang ia rasakan membuatnya sulit untuk mengejar wanita itu, ditambah lorong
yang tidak memiliki penerangan dengan baik, yang terlihat hanya bayangannya
bersama wanita itu. Dapat ia rasakan tarikan tubuhnya yang semakin kuat,
tubuhnya sedang berusaha untuk menjatuhkan dirinya, tapi wanita itu tetap saja
mencoba berlari mengejar bayangan yang ada dihadapannya. Keringat yang meluncur
dikeningnya seakan memberi pertanda bahwa itulah sisa tenaganya.
“
Yumi.. “ ucapnya sebelum dirinya tersungkur kelantai dan tak sadarkan diri.
Pagi ini Hanami terlihat lemah, wajahnya
terlihat tak bersemangat, terduduk disudut tempat tidurnya, memandangi minuman
yang ada dihadapannya. Tepat diatas meja, terdapat sebuah gelas yang berisikan
air putih hangat. Melihat itu membuatnya tersenyum.
“
o genki desu ka? (apakah kau sehat?)
“ Tatsuya datang sambil membawakan semangkuk bubur. “ oh, sudah ada minuman? Aku
baru saja hendak kembali untuk mengambilnya, apa Akira yang menaruhnya? Tapi
itu tidak mungkin.. “
“
kenapa tidak mungkin? “
“
semalam dia tidak pulang.. bagaimana kepalamu? Masih pusing? “ pria itu
memberikan bubur itu kepada Hanami, tak lupa ia menyodorkan sebuah obat.
“
aku tidak butuh obat itu.. air hangat inilah obatku.. “
“
kenapa begitu? Itu kan hanya air hangat.. “
“
disaat aku jatuh sakit, aku tidak pernah minum obat, hanya dengan air hangat
aku dapat segera sembuh. “ sesuap demi sesuap bubur telah ia lakukan, sesudah
menyantap bubur, ia merasa lebih segar dan langsung berkeinginan untuk
berjalan-jalan di sekitaran gion shirakawa. Memandangi bunga sakura pasti akan sangat
membantu penyembuhannya. Namun sayang, disaat ia tiba disana, tak terlihat lagi
bunga sakura disana, yang terlihat hanya ranting pohon tak berbalutkan bunga.
Selama perjalanannya, Tatsuya terus mengikutinya. Pria itu bagaikan pengawal,
siap siaga dalam hal apapun.
“
pakailah ini, pagi ini udara sangat dingin.. “ baju hangat selalu ia bawa,
mengingat wanita yang ada disampingnya tidak pernah memperhatikan keadaan
tubuhnya. Tidak ada yang tahu dari mana Tatsuya mengetahui itu, tapi yang
pastinya, pria itu mengetahui banyak hal tentang Hanami.
“
kenapa kau selalu memberiku pakaian hangat seperti ini? “ tanya Hanami sembari
memakainya.
“
karena kau tidak pernah memakainya, perhatikanlah kesehatan tubuhmu.. “
“
jangan begitu.. “ jawab Hanami pelan.
“
kenapa? “
“
kau mengingatkanku kepada otousan.. “
“
kau merindukannya? “
“
tentu saja.. “
“
wanita itu, kau mengenalnya? Wanita yang kau panggil dengan sebutan Yumiko.. “
“
Yumiko itu adikku, saudara kembarku.. dan wanita itu, aku merasa kalau dia
adalah adikku.. “
“
tapi dia bukan Yumiko, namanya Mari.. “
“
benarkah? Kau mengenalnya? “ tanya Hanami dengan tenang.
“
dia mahasiswi baru di kampusku.. dan dia memiliki keluarga yang kaya raya di
Tokyo.. “
“
keluarga? “ sedikit terkagetkan, tapi ia mencoba untuk tetap tenang. Terdiam,
mencoba memutar kembali segala ingatannya, kejadian yang terjadi pada malam
itu, wanita yang memperhatikannya dibalik pintu, minuman hangat yang ada diatas
meja. “ kau, apa tadi malam kau yang membawaku kekamar? “
“
kalau bukan aku siapa lagi? Aku menggendongmu dari kedai sukiyaki, apa kau
tidak tahu itu? “
“
tidak, maksudku, disaat aku terjatuh didepan kamarku, apa kau yang.. “ ia
berhenti berbicara. “ astaga, air hangat, jadi, itu kau Yumi? “ batinnya. Baru
ia sadari, hanya keluarganya yang mengetahui kebiasaannya meminum air hangat
disaat sakit. Memikirkan itu membuatnya semakin yakin dengan pemikirannya. “ katakan
padaku, wanita itu, ia dikamar nomor berapa! “
Semangatnya yang luar biasa membuatnya
melupakan kesehatannya. Berlari sekuat mungkin, menghampiri kamar wanita yang
diyakininya sebagai kembarannya. Menghiraukan sapaan Akira yang baru saja pulang,
suara langkah kakinya begitu berisik, menghentak dengan keras ke lantai kayu
itu, dan kini, tepat dihadapannya. Sebuah pintu berdiri tegak, menjuntai
melebihi tubuhnya. Anehnya, Hanami merasa takut untuk mengetuknya, ia takut
akan kenyataan yang akan ia hadapi. Jika dan jika.
“
apa yang harus aku lakukan? “ tubuhnya mematung. Namun tanpa ia sadari, pintu
itu terbuka dan terlihat seorang wanita dibalik pintu. Wanita itu juga terlihat
shock dan hendak menutup kembali pintu itu. Dengan cepat Hanami memasukan kaki
kanannya untuk menyanggal pintu tersebut. “ tunggu! “ katanya dengan tegas.
“
apa yang sedang kau lakukan! Singkirkan kakimu! “ bentak wanita itu.
“ kau bahkan masih suka membentakku? Kau kira aku tidak bisa mengenalimu? “
“ kau bahkan masih suka membentakku? Kau kira aku tidak bisa mengenalimu? “
“
apa yang kau bicarakan! “
“
Yumi, kau benar-benar tidak mengenaliku? “
“
siapa yang kau bicarakan? Tolong jangan menggangguku dan singkirkan kakimu! “
“
tadi malam, apa itu kau? “
“
... “ tidak ada jawaban.
“
kenapa? Apa kau mengkhawatirkanku? “
“
pergilah. “ wajahnya terlihat kaku. Perkataan Hanami membuat nafasnya seakan
tersengal.
“
air hangat itu, apa kau yang menaruhnya? Apa kau tidak tidur semalaman karena
memikirkan keadaanku? Pagi tadi air itu masih terasa hangat, kau pasti baru
menaruhnya. “
“
hentikan omong kosongmu! “
“
aku yakin itu kau Yumi. “
“
kalau kau tidak segera menyingkirkan kakimu, aku akan membanting pintu ini! “
“
apa kau bisa melakukannya? Jika kau melakukan itu, kau juga akan merasakan
sakitnya, kau lupa? Kita itu kembar.. “
“
tidak, kita berbeda! “ ucap wanita itu dengan keras.
“
... “ Hanami hanya menatapnya. Apa yang baru saja dikatakannya begitu menusuk
hatinya, namun anehnya, ia terlihat tenang, kalimat itu sudah cukup untuk
memastikan siapa wanita yang ada dihadapannya. Perlahan ia tarik kakinya, membiarkan
wanita itu menutup pintunya. Air mata mengalir dengan bebas, matanya terus
menatap pintu itu, membayangkan apa yang sedang dilakukan wanita itu disana. “
apa kau juga sedang menangis sepertiku? Apa yang kau tangisi? Apa aku terlalu
menyusahkanmu? Apa yang salah pada diriku? Kenapa kau tidak pernah menerimaku
sebagai kembaranmu? Perbedaan pada diri kita, apa itu salahku? Kenapa harus aku
yang menanggung semua ini? Apa aku tidak pantas mendapatkan kehangatan itu,
kehangatan antara adik dan kakak. Kenapa kau setega ini terhadapku? Apa kau
tahu bagaimana cara aku hidup didesa itu? “ mencoba menahan amarah pada
dirinya, segala perasaan berkecamuk pada dirinya, air mata terus mengalir,
tanpa mengetahui keberadaan seseorang disana, disudut ruangan, Tatsuya
memperhatikan peristiwa itu. Dan kini, dilihatnya Hanami berjalan memasuki
kamarnya. Yang amat jelas, wanita itu terlihat rapuh.
Dikamarnya. Terduduk diatas lantai,
menyandarkan tubuhnya ke kasur, memperhatikan kotak yang terletak disudut
kamarnya. Perasaan itu, apa yang ia takutkan akhirnya terjadi, berhasil
menemukan Yumiko namun tidak diterima olehnya. Ia merasa dirinya bagaikan
sebuah ranting, sebuah ranting yang sedang menunggu kapan dirinya akan
terpisahkan dari pohonnya. Suara ketukan pintu menyadarkannya. Akira masuk
kekamarnya. Tersenyum kepadanya dan duduk disampingnya. Memperhatikan
keadaannya, masih terus tersenyum.
“
masih ada aku disini.. jangan pernah melupakan itu, apapun yang kau inginkan,
aku akan berusaha untuk mengabulkannya, tapi, satu hal yang ingin kuminta
darimu, bersemangatlah.. sahabatku sedang memperhatikanmu, jika kau seperti
ini, dia pasti tidak akan tenang.. “
“
kenapa kau begitu baik terhadapku? “ tanyanya pelan.
“
karena kau orang yang baik, kau pantas mendapatkannya. Perlakuan baik
menghasilkan hal yang baik, begitu juga sebaliknya, apa yang kamu pikirkan,
akan menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang kamu pikirkan, jika kamu menginginkan
sesuatu, pikirkan bagaimana cara untuk mendapatkannya, dan saudaramu, sabarlah,
dia juga membutuhkan waktu.. “
“
bagaimana kau tahu itu? Dan, membutuhkan waktu? Kenapa dia harus membutuhkan
waktu? Apa aku begitu menyusahkannya sehingga dia membutuhkan waktu yang lama
untuk menerimaku? “
“
tidak, bukan itu maksudku, kau pasti akan segera mengetahuinya, yang terpenting,
kau harus lebih sabar. Tidurlah, kurasa istirahatmu belum cukup. “ katanya dan
hendak pergi.
“
bisakah kau mengatakannya padaku? Sepertinya kau tahu segalanya. “
“
tidak.. “ pintu tertutup seiring kepergian Akira. Hanami semakin penasaran
dengan apa yang telah Akira katakan. Rasa penasaran itu juga yang membuatnya langsung naik ke kasur, menarik selimut dan
tidur.
Tepat disore hari, Hanami terbangun dari
tidurnya. Tenggelam dalam kebisuan. Hanya menatap langit kamarnya. Kejadian
pada malam itu kembali terlintas dipikirannya. Memikirkan apa yang harus ia
lakukakan terhadap wanita itu, wanita yang tidak juga mengakui bahwa dirinya
adalah Yumiko, kembarannya.
“
apa aku harus melepaskanmu? Apa aku harus melupakanmu? Membiarkanmu begitu
saja? Jika begitu, apa aku ditakdirkan untuk hidup seorang diri? Kenapa begitu?
Kenapa harus aku? Apa salahku sehingga aku harus merasakan semua ini? Apa
penyiksaan yang selama ini aku rasakan tidak cukup? “ pikirnya dalam diam. Beberapa
menit dari itu, Hanami terlihat bangkit dari tidurnya, berjalan keluar dari
kamar dan mendekati kamar wanita itu. Beberapa kali ia mencoba mengetuk
pintunya, ia tetap tidak mendapatkan jawaban. Bahkan teriakannya juga tidak
menghasilkan apapun. Tidak tinggal diam, ia berlari menuruni tangga, mencoba
mencari wanita itu ditempat lain. Dilihatnya Akira sedang mengobrol dengan
salah satu pelanggan. Ia langsung menghampirinya. “ Akira, apa kau melihat
Yumi? “
“
Yumi? Maksudmu Mari? “
“
ya, kau tahu dimana dia sekarang? “
“
kalau tidak salah dia pergi bersama teman-temannya ke kafe yang ada didaerah
Shirakawa Minami-dori, tapi aku tidak tahu tepatnya kafe mana yang mereka kunjungi.
“ ucapnya. Disaat ia hendak kembali berkata, Hanami sudah terlanjur berlari
meninggalkannya.
Langkahnya begitu cepat. Menyisiri setiap
jalan yang ada disana. Memasuki semua kafe, begitu banyak kafe yang harus ia
periksa, itu semua hanya untuk mendapatkan sosok itu, Yumiko. Entah apa yang
akan ia lakukan kepada wanita itu, yang pastinya ia terlihat begitu
bersemangat. Malam pun tiba, gelap menyeliputinya, angin semakin menusuk
tubuhnya yang tak berbalutkan pakaian tebal. Walau begitu, Hanami tak terlihat
kedinginan. Yang terlihat hanya wajah cemas dan sebuah harapan. Pakaiannya
terlihat lusuh, rambutnya berantakan. Wajahnya terlihat pucat seakan tak ada
satupun darah yang mengalir disana. Dan kini, Tibalah dia disalah satu kafe. Ia
terlihat tenang ketika melihat Tatsuya berada disana, itu tandanya Yumiko
dipastikan juga berada disana. Ia menghampiri pria itu, terlihat ekspresi kaget
dari wajah pria itu.
“
Hanami! Kau sedang apa disini? “ kata Tatsuya.
“
... “ tak ada jawaban, yang terdengar hanya helaan nafas.
“
kau baik-baik saja? Wajahmu pucat sekali.. “
“
Yumi, dimana dia? “ jawabnya pelan.
“
maksudmu Mari? Dia ada dilantai dua bersama.. “ Hanami sudah berlari menaiki
tangga. Mencari wanita itu. Begitu banyak pengunjung yang ada disana membuatnya
sulit untuk mendapatkan wanita itu. Hampir setiap tempat ia telusuri, ia tetap
tidak menemukannya. Terduduk disebuah sofa. Keringat dingin bercucuran
dikeningnya, detak jantungnya tak beraturan, nafasnya tersengal, seketika
tubuhnya melemas disaat melihat apa yang ada dihadapannya. Seorang wanita
sedang berciuman dengan seorang pria, merelakan tubuhnya disentuh pria
tersebut, dan tidak hanya satu pria, tapi dua, tiga, bahkan ada empat pria
disana. begitu menjijikkan, dan yang lebih menjijikkan, wanita itu adalah
Yumiko, wanita yang mengaku sebagai Mari. Wanita yang diyakini Hanami sebagai
kembarannya.
“
jangan sentuh dia.. jangan sentuh adikku! “ dengan suara lirih disertai deraian
air mata ia berkata. Mengepalkan tangannya, menguatkan langkahnya dan berlari
mendekati mereka, sebuah pukulan melayang kewajah pria yang sedang mendekap
wanita itu, wanita itu kontras berteriak dan membuat semua pengunjung histeris,
dan Hanami, ia terlihat siap untuk memberi pelajaran kepada semua pria itu, terlihat
dari kepalan kedua tangannya, matanya menatap tajam setiap pria yang ada
dihadapannya, dan sebuah teriakan mengawali gerakan nan tragis itu, ia melompat
dan memutarkan kakinya, lalu dengan keras kakinya mendarat tepat ditubuh pria
itu, tidak hanya itu, kini kepalan tangannya kembali melayang ketubuh pria lainnya disusul dengan sebuah tendangan keras.
Masih belum puas, ia menarik tangannya dan dengan kuat melayangkan kepalan
tangannya ke rahang pria lainnya, begitu banyak pukulan yang ia berikan,
semuanya ia lakukan dengan sangat cepat, tak ada satupun dari mereka yang bisa
menghindari pukulannya. Dan kini, ia kembali melakukan itu, ia melompat dan
melakukan tendangan ganda, kedua pria itu pun terjatuh, dengan cepat ia
bangkit, kakinya sudah siap untuk melakukan tendangan kebawah, tapi teriakan
seseorang menyadarkannya.
“
hentikan! “ Akira berteriak dengan sangat kuat. Ia berhasil menyadarkannya. “
hentikan, Hentikan Hanami! “ ia berjalan mendekati Hanami, menarik tangan Hanami
dan membawanya menjauh dari sana.
“
lepaskan aku. “ jawabnya lirih. Tangannya menepis genggaman Akira dengan kuat.
“
sudahlah, jangan lakukan lagi. “ Akira masih berusaha untuk meraih tangannya.
“
aku bilang lepaskan aku! “
“
memangnya apa yang akan kau lakukan! Apa kau tidak lihat, mereka sudah tak
sadarkan diri! Apa itu tidak cukup? Apa kau harus membunuh mereka? “
“
ya, aku harus membunuh mereka. “ menjauh dari Akira dan berjalan mendekati
keempat pria itu. Sekilas mereka terlihat seperti mayat, tak bergerak dan
terletak begitu saja. Dan Hanami, sepertinya ia akan terus memukul mereka,
dilihat dari wajahnya yang masih penuh dengan amarah. Namun, ia tidak berhasil
melakukannya, itu dikarenkan sebuah gelas melayang tepat di kepalanya. Hentaman
keras itu membuatnya tersungkur kelantai. Dapat ia lihat wanita itu, ia
terlihat panik, khawatir, mungkin dikarenakan gelas yang ia lempar mengenai
sasaran. Pandangan Hanami semakin melemah, wajah wanita itu semakin memudar,
teriakan Akira tak lagi terdengar jelas, dan pada akhirnya, matanya tertutup rapat.
Apa
yang selama ini kau alami tidaklah penting, yang terpenting adalah bagaimana
cara kau menghadapinya. Kalimat itu selalu terdengar olehnya. Didalam tidur
panjangnya, mimpi atau nyata pun itu, kalimat itu selalu menghantuinya. Dua
hari sudah berlalu. Dan Hanami belum juga membuka matanya. Akira dan Tatsuya
masih setia menunggunya. Tidak hanya mereka, secara diam-diam wanita itu juga
menunggunya. Seperti yang sedang ia lakukan saat ini, ia mengintip dari pintu
yang tidak tertutup rapat, melihat Hanami yang masih saja berbaring diatas
kasurnya.
“
apa kau mau selamanya mengintip seperti itu? Masuklah.. “ Tatsuya menyadari
keberadaannya disana. Wanita itu terlihat kaget, ia tidak menyadari keberadaan
Tatsuya disana. “ masuklah.. “ kata Tatsuya mempertegas. Sedikit takut ia
melangkahkan kakinya, mendekati Hanami. “ jangan hanya berdiri, duduklah.. “
“
kenapa kau terus memerintahku? “ kata wanita itu kepada Tatsuya.
“
aku tidak memerintahmu, tapi itu semua keinginanmu.. “ ucapnya santai dan duduk
ditepi kasur.
“
apa maksudmu? “
“
jadi kau bernama Yumiko? “ wajahnya terlihat serius, wanita itu bahkan terdiam.
“ kau saudara kembarnya? “
“
... “ wanita itu masih mematung menatapnya.
“
kenapa kau melakukan itu? Kenapa kau melakukan itu kepadanya? Jelas sekali
bahwa sebenarnya kau sangat menyayanginya. Malam itu, disaat Hanami pingsan,
kau juga melihatnya secara diam-diam, sama seperti yang kau lakukan di
akhir-akhir ini, aku juga melihat itu, Hanami mengejarmu, dan setelah ia
terjatuh dan kembali pingsan, kau juga yang mengangkatnya ke kamar, dan minuman
hangat itu, aku melihat itu, kau yang menaruhnya, lantas kenapa disaat
dihadapannya kau bertindak kasar? ”
“
kau memperhatikanku? “
“
tidak, itu semua tidak sengaja terlihat olehku. “
“
kenapa? Kenapa kau begitu peduli terhadapnya? “
“
aku tidak tahu. “
“
kau menyukainya? “
“
entahlah.. “
“
jika memang kau menyukainya, kenapa kau tidak menghalanginya disaat ia memukul
pria-pria itu, apa kau tidak takut jika ia mendapatkan pukulan balasan? Jelas
sekali bahwa kau hanya menyaksikan peristiwa itu. “
“
mereka tidak akan bisa memukulnya, karena dia sudah lebih dulu membuat mereka
tumbang, bukankah bela dirinya sangat baik? Kurasa kau tahu itu. Lagi pula,
saat itu adalah waktu yang tepat untuknya mengeluarkan segala penad yang selama
ini ia pertahankan. “ jawabnya sembari tersenyum menatap Hanami.
“
bagaimana kau tahu itu? “
“
setahun sudah aku mondar-mandir dari Tokyo ke machiya ini, dan sudah setahun
juga aku mendengarkan semua cerita tentangnya dari Akira. Bukankah Akira
bersahabat dengan ayahmu? Apa kau tidak tahu itu? “
“
apa katamu? Sahabat ayahku? “
“
jadi kau tidak tahu tentang itu? Aku juga mendengar cerita tentangmu dan juga
ibumu. kalian, kenapa kalian selalu menyiksanya? “
“
aku tidak mau membahasnya. “ wanita itu hendak pergi.
“
Yumiko.. “ Tatsuya memanggilnya dengan pelan. “ jadi benar itu namamu? “
tambahnya ketika dilihatnya langkah wanita itu berhenti.
“
jika benar itu namaku, apa yang akan kau lakukan? “ wanita itu menatapnya
lemah.
“
hentikan ke egoisanmu itu, kau akan semakin terluka. “
“
egois katamu? Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, jadi hentikan omong
kosongmu itu. “
“
sekarang dia seorang diri, apa kau akan tetap meninggalkannya? “ wanita itu
tidak memberikan jawaban. Ia masih menatap Tatsuya, kerutan pada alisnya
menunjukkan bahwa ia menginginkan penjelasan. “ ayahmu sudah tiada.. “ jelas
Tatsuya. Mendengar itu kontras membuatnya terduduk lemas dilantai. Air mata
yang sedari tadi ia tahan kini mengalir bebas dari matanya. “ hanya kau dan
ibumu yang ia punya.. “
“
ibu, ibu juga sudah tiada.. “ jawabnya lirih, lebih lirih dari bisikan.
“
apa katamu? “
“
dia tertabrak disaat kami sedang tersesat di tokyo.. “
“
dan kau belum memberitahu itu kepada Hanami? “
“
bagaimana mungkin aku memberitahu itu kepadanya? Melihat wajahnya saja aku
tidak mampu! “ jawabnya dengan keras.
“
kenapa? “
“
disaatku memandangnya, membuatku teringat kembali dengan dosa-dosa yang pernah
kuperbuat terhadapnya. Aku ingin melupakan semua itu. “
“
dan kau pun merubah namamu? Menerima keluarga baru yang hendak mengadopsimu?
Kau kira kau bisa melupakan semuanya dengan cara seperti itu? “
“
aku tahu itu, aku tahu aku salah. Itu semua dikarena otousan, dia tidak pernah bertindak adil terhadapku, dia hanya
menyayangi Hanami, sedangkan aku, tidak pernah sekalipun ia memberikanku pelukannya,
kecupannya, senyumannya, sedangkan Hanami, wanita itu selalu mendapatkan
semuanya. “
“
itu dikarenakan sikapmu dan ibumu yang tidak baik terhadap Hanami, sekarang aku
tanya, apakah ibumu pernah melakukan hal baik terhadap Hanami? “ wanita itu
tidak menjawabnya. “ bukankah itu adil? “
“
apa yang harus aku lakukan? “
“
yang harus kau lakukan hanya menerimanya. memulai hidup baru dengannya, tanpa
berpikir adanya perbedaan apapun. “ perkataan Tatsuya mengakhiri obrolan
mereka. Pria itu meninggalkan wanita itu disana, masih teruduk dilantai.
Membiarkannya meratapi segala kesalahannya.
Sebuah senyuman terkulum manis diparas
indahnya. Setelah sekian lama ia tertidur, akhirnya ia terbangun juga. Namun,
bukan itu yang membuatnya tersenyum, tetapi keberadaan Yumiko yang membuatnya
tersenyum. Wanita itu duduk disamping, menatapnya, menggenggam tangannya. Disaat
Hanami membuka matanya, dengan cepat ia mengambil segelas air hangat lalu
menyodorkan air itu kepada Hanami.
“
minumlah.. “ kata Yumiko sembari membantunya duduk.
“
kau baik-baik saja? “
“
seharusnya aku yang menanyakan itu kepadamu. “ jawabnya sembari membenarkan
letak kaki Hanami.
“
kau sudah bisa menerimaku? “
“
jangan membahas itu, kau minum ini dulu.. “ ia menyodorkan minuman itu.
“
terimakasih telah melempar gelas itu kepadaku.. “
“
apa? “
“
berkat hantaman itu, kau jadi baik terhadapku, hahaha.. “
“
iti tidak lucu. “
“
dulu kau juga sering melemparku, tapi lemparan terakhirmu adalah lemparan yang
paling menyakitkan, buktinya aku sampai pingsan. “
“
maafkan aku, aku menyesal. Tapi jika aku tidak melakukan itu, nyawa mereka
pasti akan habis ditanganmu. “
“
apa aku gila? Aku tidak mungkin membunuh mereka.. “
“
lalu, kenapa kau melakukan semua itu? “
“
sebenarnya, aku berharap mereka membalas pukulanku, lalu aku jatuh pingsan dan
kau menyelamatkanku, tapi tidak satupun dari mereka yang hendak memukulku. “
“
itu dikarenakan pukulanmu yang terlalu keras.. “
“
karena itu, jika kau tidak mau merasakan apa yang mereka rasakan, jangan
lakukan hal seperti itu lagi, karena aku tidak akan segan-segan memukulmu
bahkan lebih kuat dari pada itu. “
“
huh, kau mau mengancamku? “
“
ini bukan ancaman, tapi nasihat dari seorang kakak untuk adiknya.. “
“
kau bukan kakakku, umur kita hanya berbeda beberapa menit.. “
“
kau ini.. “
“
tapi, disaat kau menghajar mereka, kau terlihat keren, aku menyesal karena
tidak ikut berlatih denganmu.. “
“
hahaha, seperti yang sering kau katakan, kita berbeda.. “
“
oh, sekarang kau yang mengatakannya, apa kau sudah merasa hebat? “
“
ya, sekarang aku hebat, karena aku sudah berhasil mendapatkanmu. “ Hanami tidak
henti-hentinya tersenyum kepadanya.
“
sebenarnya ada yang ingin aku katakan, tapi jika kau belum merasa sehat, aku
akan menunggu sampai kau pulih dulu. “
“
katakan sekarang, aku sudah sangat sehat. “
“
benarkah? “
“
katakan.. “
“
okasan.. dia sudah tiada, sewaktu
kami tersesat di Tokyo, dia tertabrak mobil. “
“
ya, aku sudah tahu itu. “
“
kau sudah tahu? bagaimana caranya? “
“
aku mendengar semua percakapan kalian tadi malam, lalu, siapa yang
mengadopsimu, kudengar mereka kaya raya.. “
“
mereka yang telah menabrak okasan..
jadi kau sudah sadar sejak tadi malam? “
“
hem.. tapi aku belum sekuat itu, aku hanya bisa mendengar obrolan kalian. Otousan, kau pasti sudah mengetahuinya
kan? “
“
... “ Yumiko hanya mengangguk.
“
mungkin inilah takdir yang diberikan tuhan kepada kita, kita harus kuat
menjalaninya. Seperti yang pernah otousan
katakan kepadaku. Apa yang selama ini kau alami tidaklah penting, yang
terpenting adalah bagaimana cara kau menghadapinya. “
“
kalimat yang bagus, aku akan selalu mengingatnya.. “ wanita itu terlihat bersemangat,
sebuah senyuman merekah dengan indah di paras cantiknya. Begitu juga dengan
Hanami.
“
hey! Apa kalian sedang bertengkar Lagi? Kapan kalian akan baikkan.. “ Tatsuya
menghampiri mereka sambil membawakan semangkuk bubur.
“
kau tidak lihat? Kami sedang tersenyum.. “ sambar Yumiko.
“
oh, baguslah. Ku kira kalian masih bertengkar. “
“
kau hanya membawakan untuknya? “ tanya Yumiko.
“
kalau kau mau, kau bisa ambil dibawah, Akira memasak banyak.. “
“
Nami, dia menyukaimu, bagaimana dengan kau? “
“
apa yang kau katakan! Jangan bicara sembarangan! “ dengan cepat Tatsuya
meletakkan buburnya ke atas meja yang ada disamping tempat tidur. Lalu ia
mendekap mulut Yumiko dengan tangannya.
“
dia sudah mengetahui segalanya tentang dirimu, sudah setahun lamanya.. “
“
diamlah! “
“
dia bahkan lebih mengenalmu dibandingkanku.. “
“
hentikan Mari! Uh, maksudku Yumiko! “
“
dia juga yang mengomeliku dikarenakan aku bertindak kasar terhadapmu, dia
begitu peduli terhadapmu.. “
“
kau tidak mau diam juga? “
“
katakan padanya kalau kau menyukainya.. “ mereka asik dengan obrolannya. Walau
yang terdengar seperti kicauan burung yang tak memiliki arti.
“
apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian berisik sekali? “ Akira datang sambil
membawa beberapa obat-obatan. Memberikan obat tersebut kepada Hanami lalu
wanita itu langsung meminumnya. “ wah, kau menghabiskan bubur itu? Apa buburnya
enak? “
“
ya, bubur ini sungguh nikmat.. “
“
hah? Buburnya sudah habis? Kenapa cepat sekali? “ tanya Yumiko yang tidak
menyadarinya.
“
karna kalian terlalu sibuk dengan obrolan itu.. “
“
jadi kau tidak mendengarnya? “ sambar Tatsuya.
“
aku bahkan tidak tahu mau mendengar yang mana, kalian terlalu berisik. “
jawabannya kontras menimbulkan tawa. Akira yang hendak pergi malah tertawa
dengan kuat, begitu juga dengan Yumiko, tetapi wanita itu tidak tertawa karena
perkataannya, melainkan menertawakan Tatsuya. Tawa mereka mengakhiri pagi itu.
Irama hujan terdengar indah. Setiap
nadanya membelai telinga siapapun yang mendengarkannya. Airnya turun dengan
lembut membasahi setiap pohon disana, sungai shirakawa pun dan kuasa akan
sentuhan tetesan airnya. Suasana yang akan sangat memanjakan mata, dan tentunya
tidak akan dilewati begitu saja dengannya, yaitu Hanami. Dibawah payungnya, ia
menyaksikan semua itu. Senyumnya menandakan akan kepuasannya terhadap apa yang
ia lihat. Kejadian seperti ini sudah sering ia alami, tetapi kali ini jauh
lebih berbeda, dahulu, setelah ia merasakan kebahagian sesaat itu, tidak lama
setelah itu masalah pun akan datang melanda, tetapi sekarang, tidak harus
menyaksikan hal indah itu, dirinya akan terus tersenyum, baginya keberadaan
Yumiko sudah lebih dari cukup.
“
otousan, aku sudah melewatinya, kau
benar, apa yang aku alami tidaklah penting, yang terpenting adalah bagaimana
cara aku melewatinya. Otousan, apa
kau bertemu dengan okasan disana? Sampaikan
salamku padanya, dan katakan padanya, aku selalu menyayanginya, aku juga
merindukannya. Sekarang aku semakin bersemangat menjalani hidup ini, mulai
sekarang, aku akan melewati semuanya bersamanya, bersama adikku, Yumiko.. “
matanya berkaca-kaca, air mata bahagia itu mengalir dengan bebas, membasahi
pipinya yang mulai memerah, hujan membuat cuaca semakin dingin, ditambah
kebiasaannya yang tidak pernah menggunakan pakaian hangat. Wanita itu selalu
seperti itu, ia berpikir bahwa dirinya adalah wanita yang kuat. Wanita yang
tidak akan tumbang akan hal kecil seperti itu.
“
kau sedang apa? “ seseorang menyapanya. Setelah ia membenarkan posisi
payungnya, barulah ia mengetahui siap yang menyapanya.
“
aku sedang bahagia. “ jawabnya sembari tersenyum.
“
karena Yumiko? “
“
tidak, tapi karena semuanya. “
“
benarkah? Termasuk diriku? “
“
... “ Hanami hanya tersenyum. Pria itu, Tatsuya terlihat terdiam ketika melihat
senyumannya. Pria itu merasakan kehangatan dari senyumannya. “ kenapa? Kenapa
kau diam? “
“
kau cantik sekali.. “ katanya tanpa ekspresi.
“
benarkah? “
“
tidak, aku hanya bercanda. “ jawabnya dan berpaling memandang pohon yang ada
dihadapannya.
“
sejak kapan kau menyukaiku? “ tanya Hanami yang masih menatapnya. Mendengar
pertanyaannya, pria itu kembali menatapnya.
“
setahun yang lalu, aku berlibur kesini, aku memilih machiya ini sebagai
tempatku beristirahat. Akira menyambutku dengan sangat baik, dia juga sangat
memperhatikanku, dia memperlakukanku sebagaimana seorang anak, dia banyak
berbagi pengalaman kepadaku, menceritakan segala hal yang menurutnya menarik,
dan cerita yang paling menarik adalah tentang dirimu. “
“
hanya dengan mendengarkan cerita itu kau langsung menyukaiku? “
“
awalnya tidak, namun setelah aku mendengarkan cerita selanjutnya tentangmu,
semakin lama semakin menarik, aku bahkan sampai mengandai-andai seperti apa
rupamu, itu sangat lucu, ceritamu selalu menghantuiku, mungkin jika aku pintar
menulis, ceritamu telah ku sulap menjadi sebuah buku, haha.. “ menertawai
dirinya.
“
kalau begitu, mulai dari sekarang jangan mendengar ceritaku lagi.. “
“
kenapa? “
“
kau akan semakin sulit untuk melupakanku.. “
“
hahaha.. “ tertawa bersama dibawa payung yang terasa sempit, kehadiran Tatsuya
membuat Hanami harus berbagi payung dengannya. Merelakan sebagian tubuhnya
terkena tetesan hujan. Sekejap senyum itu hilang dari wajah Tatsuya, ia
menerima sebuah pesan dari telepon genggamnya. “ Yumiko? Bukannya dia sedang
tidur? “ ucapnya setelah membaca pesan tersebut.
“
kenapa? “
“
temannya mengirimku pesan, katanya Yumiko memintamu menemuinya di tea house
yang ada di daerah shirakawa minami-dori. Tea house yang berwarna merah, kurasa
aku tahu tempatnya, mau aku temani? “
“
sepertinya aku pergi sendiri saja, kami sudah lama tidak keluar bersama. “
“
benar juga, baiklah, sudah sana pergi, jangan membuatnya menunggu. Bawa baju
hangat ini, pakailah jika kau merasa kedinginan. “ katanya sembari melambaikan
tangannya kepada Hanami yang sudah berlari menjauhinya.
Perjalanannya terasa nikmat. Seorang wanita
yang sangat ia sayangi sedang menantinya. Penantian yang panjang pun berakhir
juga, tak ada lagi penantian kosong, yang ada hanya penantian-penantian
selanjutnya. Masih mengenggam payungnya, menggenggam lebih erat dikarenakan
angin yang semakin kencang, mengikat baju hangat tersebut pada tangkai payung, rambutnya
yang berantakan tak terpikirkan lagi olehnya, saat ini yang ada dipikirannya,
apa yang akan mereka lakukan, mengobrolkah, berfotokah, atau mungkin melakukan
hal lainnya asalkan mereka bisa bersenang-senang. Memikirkan itu membuatnya
semakin bersemangat. Kini dia sudah berada di tea house tersebut, begitu banyak
pengunjung disana, merasa akan sulit mencari Yumiko, ia mencoba bertanya pada
salah satu pelayan disana.
“
irasshaimase.. (selamat datang) “ sapa pelayan yang ada dihadapannya. Hanami
menjawabnya dengan sebuah senyuman.
“
saya ingin bertanya, apa pelanggan yang bernama Yumiko sudah datang? Baru saja
dia menyuruhku kesini.. “ tanyanya dengan sopan.
“
Yumiko? Tolong tunggu sebentar, biar saya periksa dulu. “ si pelayang terlihat
sedang mengotak-atik komputernya.
“
konnichiwa.. (selamat sore) “ kata seorang pria yang baru saja menghampirinya.
Hanami hanya tersenyum. “ apa kau kakaknya Yumiko? “ tambah pria itu. Hanami
hanya mengangguk dan tetap tersenyum. “ kebetulan sekali, Yumiko berpesan
kepadaku untuk menyuruhmu kelantai tiga. Dia berada di ruangan nomor empat. “
“
benarkah? Bukannya lantai tiga ruangan karaoke? Apa dia mau mengajakku bernyanyi?
“ jawabnya sambil melirik lantai yang ada diatasnya.
“
kurasa seperti itu, lebih baik kau segera menemuinya, dia sudah lama menunggu.
Kalau begitu saya permisi dulu. “ bersamaan dengan kepergian pria itu, Hanami
sudah melangkahkan kakinya menuju lantai tiga. Tak terdengar lagi olehnya
teriakan dari pelayan tersebut, dirinya sudah terlanjur berlari menaiki tangga.
Sebuah ruangan berukuran sedang. Ruangan
yang disangkanya berisikan berbagai peralatan untuk bernyanyi, tapi
kenyataannya, ruangan itu terlihat kosong. Yang ada dihadapannya hanya tiga
orang pria. Tiga orang pria yang tidak ia kenal. Matanya terus menelusuri
keberadaan Yumiko, tapi wanita itu tetap tak terlihat.
“
kau mencari Yumiko? “ kata seorang pria yang ada dihadapannya. Baru ia sadari,
ketiga pria yang ada dihadapannya memiliki bekas luka di wajah mereka. “
kenapa? Apa luka diwajah kami menakutimu? “
“
dimana Yumiko? Bukankah dia berada disini? “
“
kau tidak ingat dengan kami? “ kata pria yang lain. Hanami hanya menggelengkan
kepalanya. “ bagaimana dengan luka ini, kau juga tidak mengingatnya? “
“
siapa kalian? “ Hanami terlihat waspada.
“
siapa kami? Baiklah, aku akan membantumu mengingatnya. “ pria itu mendekatinya,
berdiri tepat dihadapannya. Menatapnya dengan sinis. “ kau lihat luka ini?
Kaulah penyebab dari luka ini, kau masih tidak mengingatnya! “ suaranya
terdengar menggema. “ kenapa kau hanya menatapku? Kau tidak berniat meminta
maaf? “
“
kenapa aku harus meminta maaf? “ jawabnya singkat, masih terus menatap mata
pria itu.
“
sialan kau, apa kau ingin mati? “
“
tidak. “ jawabnya lagi. pria yang lainnya mulai mendekatinya. Mencoba untuk
menyentuhnya. Namun dengan cepat Hanami menepisnya.
“
wah, ternyata kau benar-benar cepat. Bela diri apa yang kau pelajari? “
“
itu bukan urusanmu. “
“
haha.. jangan membuatku marah. “ mereka menertawainya, tawa mereka terlihat
sangat menakutkan.
“
katakan kepadaku dimana Yumiko. “
“
kau benar-benar ingin mengetahuinya? Baiklah. Aku menahannya. “ pria itu
tersenyum sinis kepadanya. “ jika kau mau mendapatkannya, kau harus
mendengarkan perkataanku. “
“
katakan. “ mengepalkan tangannya dengan erat. Menahan emosinya yang hampir tak
terbendungkan.
“
jika kau ingin adikmu selamat, jangan menghindari pukulanku. “ malam itu
sepertinya akan menjadi malam terakhir baginya. Seakan tak memiliki banyak waktu
lagi, merelakan tubuhnya dipukul, ditendang, dibanting kesana kesini, sebuah
kursi melayang dan membentur tubuhnya dengan kuat, tidak hanya sekali, ia
mendapatkan pukulan itu berkali-kali, mereka menyiksanya tanpa memikirkan
bagaimana keadaannya. Nafasnya semakin melemah, membuka mata pun sangat sulit,
hingga akhirnya ia tak mampu lagi menahan sakitnya, satu tusukan diperutnya
membuatnya menutup mata. Terbaring diruangan itu, tak berdaya. Tidak lama dari
itu, seorang pelayan membuka pintu.
“
maaf sudah mengganggu, saya mau mengatakan, bahwa sebenarnya seseorang yang
bernama Yumiko belum berkunjung ke kafe kami, mungkin anda salah nama atau...
astaga! Tolong...! tolong...! “ baru pelayan itu sadari, wanita yang ada
dihadapannya sudah tak sadarkan diri.
Gion selalu ramai akan pengunjung. Keberadaan
geisha telah menarik perhatian setiap pengunjung. Tea house atau yang biasanya
disebut ochaya selalu menghiasi setiap sudutnya. Begitu juga dengan machiya dan
yang lainnya. Dimalam hari gion semkain ramai dikunjungi. Seperti machiya milik
Akira, begitu banyak pengunjung yang datang membuatnya kualahan. Syukurnya
Tatsuya berkenan membantunya. Mengantarkan pengunjung kekamar yang telah mereka
pesan. Membuatkan mereka teh hijau, ada juga beberapa makanan ringan lainnya, seperti
mochi(kue dari tepung beras yang ditumbuk), ginkgo(ginkgo biloba, biji pohon
yang direbus dan dimakan seperti kacang), dan juga yakitori(sate ala jepang).
Keahlian memasak Akira merupakan salah satu penyebab banyaknya pengunjung yang
datang ke machiyanya. Sambil terus memasak, dengan dibantukan oleh Tatsuya,
akhirnya mereka bisa mengatasinya.
“
wah.. banyak sekali pengunjung yang datang, kenapa kalian tidak
membangunkanku..! “ sembari mengingat rambut panjangnya, ia membantu Tatsuya
mengantarkan makanan. “ ini untuk meja nomor berapa? “ tanyanya kepada Tatsuya.
Ia terlihat bersemangat. Berbeda dengan pria itu, mematung menatapnya.
“
Yumi, kenapa kau ada disini? “ tanya Akira yang sudah berlari mendekatinya.
“
aku? Memangnya aku harus kemana? “
“
bukankah kau menyuruh Hanami menenuimu di tea house? “ sambung Akira, wanita
itu mulai terlihat panik.
“
aku baru saja bangun tidur.. “ jawabnya dengan wajah polosnya, tidak mengerti
akan prilaku kedua manusia yang ada dihadapannya. Mereka berdua terlihat sangat
panik.
“
aku harus mencarinya. “ kata Tatsuya. Meletakkan piringnya, melepaskan kain
yang bergantung disaku celananya. Dapat ia rasakan sendi kakinya yang terasa
kaku, segala hal melayang dipikirannya. Langkahnya terlihat berat, pikirannya
seakan tidak ikut menggerakkannya. Tapi kini, tubuhnya mematung. Diatas lantai
yang dingin, seorang wanita terletak begitu saja. Tak bergerak. Pengunjung yang
melihatnya langsung berteriak histeris, begitu juga dengan Yumiko, ketika ia
mengetahui siapa yang sedang tergeletak disana, dirinya bagaikan diserang seribu
serigala, tak berdaya dan pasrah akan hidupnya. Disentuhnya wajah itu, matanya
tertutup, kulitnya yang lembut tertutupi darah, tak ada tanda kehidupan disana.
Dan yang paling menyayat hatinya, wanita itu tak lagi bernafas.
“
Nami.. Hanami.. Hanami chan.. kau bercanda? Sadarlah, kenapa kau bermain dengan
darah ini.. jangan menakutiku.. “ begitu lirih, bahkan lebih lirih dari pada bisikan.
Memeluk tubuh itu, seakan tak bertulang, begitu lemah, tak ada reaksi apapun. “
Nami.. kau tidak boleh seperti ini.. sadarlah.. “
“
tadi aku melihat wanita ini berjalan dari arah sana, kukira dia tidak waras,
makanya aku tidak menghiraukannya, tapi aku tidak menyangka, sepanjang
perjalanannya, tubuhnya terus-terusan mengeluarkan darah, sepertinya dia baru
saja dipukuli. “ teriak seorang pria dari kejauhan.
“
Nami, bukankah kau wanita yang kuat? Bagaimana mungkin kau sampai seperti ini,
jangan begini, sadarlah Hanami! “
“
Yumi.. sudahlah. “ Akira mencoba menenangkannya. Perlahan ia menarik tangan
Yumiko dari tubuh Hanami. Membiarkan tubuh itu dibawa Tatsuya. “ mungkin sudah
saatnya ia beristirahat.. “ tak bisa ia pungkiri, peristiwa itu merupakan
peristiwa yang paling memukulnya. Baru saja ia bersemangat menjalani hidupnya,
ditemani dengan wanita yang baik itu, wanita yang akan ia rawat bagaikan
anaknya sendiri, wanita yang memerlukan kasih sayang darinya. Tapi tuhan
berkata lain. Kematian mungkin adalah yang terbaik untuknya.
Tiga musim telah berlalu. Musim semi,
panas, dan juga musim gugur terlewatkan begitu saja. Dan kini. Desember
menyambutnya diikuti dengan turunnya butir-butir salju. Musim dingin atau fuyu merupakan
musim paling berat bagi orang Jepang karena mereka harus melawan suhu yang
ekstrem. Dihadapan tumpukan salju, Yumiko bermain seorang diri. Setelah ia
memutuskan untuk kembali ke desa itu, dirinya mengalami banyak perubahan. Ia
lebih ramah terhadap penduduk disana, membantu Akira yang juga memutuskan untuk
mengikutinya, mereka membuka kafe kecil-kecilan dihalaman rumahnya, tidak hanya
itu, Yumiko terlihat lebih bersemangat. Kepergian Hanami tak pernah
disesalinya, hanya satu hal yang sampai sekarang masih tersangkut dibenaknya.
“ boneka salju ini untukmu.. aku
membuatkannya dengan ukuran yang sangat besar, boneka salju pertama untukmu,
Hanami chan.. Hanami chan.. Hanami
chan.. “ ia bahkan tidak sempat memanggil wanita itu dengan sebutan kakak.
“ hey, sudahlah, kalau kau begitu
terus air matamu akan mengalir.. “ teriak Akira dari dalam rumah.
“ aku tidak akan menangis! “ selanya.
“ lebih baik kau
membantuku, tidak lama lagi Tatsuya tiba, dia pasti lapar. Desa ini akan
mengagetkannya, kenapa banyak sekali salju yang turun di desa ini! “ Desa Shirakawa adalah salah satu tempat yang
menerima paling banyak hujan salju di Jepang. Tebalnya salju bisa melebihi
setengah kaki orang dewasa. Karena itu penduduk didesa ini membuat rumah dengan bentuk atap rumah yang miring dan melambangkan
tangan orang yang sedang berdoa. Desain rumahnya sangat kuat dan memiliki bahan
atap yang unik sehingga dapat menjaga kekokohan bangunannya karena desa ini
akan diliputi salju yang sangat tebal pada musim dingin. Rumah itu juga yang
membuat desa ini dikenal dengan sebutan desa terunik di jepang. Berada dirumah
seperti itu juga merpakan salah satu alasan Yumiko untuk tetap tegar. Kenangan
buruk dimasa lalunya akan dijadikan sebuah pelajaran, siapapun itu, sambutlah mereka dengan cinta.
0 komentar:
Post a Comment