Dimalam hari disaat Anderson dan Dean sedang duduk santai disebuah kafe
yang letaknya tidak jauh dari apartemen mereka, sekumpulan pria bertubuh kekar
menculik Anderson dan membawanya pergi entah kemana, kebetulan sekali pria-pria
itu tidak menyentuh Dean, tidak ada satu orang pun yang berani membantu mereka,
semuanya hanya pura-pura tidak melihat dan menundukkan kepala. Pada saat itu
terlintas dipikiran Dean tentang lukisan, lukisan yang pernah ditawarkan dengan
kontraktor kejam itu, dengan langkah cepat ia berlari menuju apartemen melalui
jalan pintas.
“ tidak, tidak! Lukisan itu, aku harus menyelamatkan lukisan itu! “
menelusuri setiap gang, pikirannya yang sudah sangat kacau, ia bahkan tidak
bisa menyelamatkan sahabatnya sendiri, satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah
menyelamatkan lukisan itu. Syukur sekali, mereka belum tiba di apartemen, ia
langsung mencari lukisan itu dan membungkusnya dengan kain. Tidak ada jalan
lain, ia harus meninggalkan negara ini, menyelamatkan lukisan ini dan juga
dirinya.
Bali menjadi tempat pelariannya.
Ia memilih Bali agar bisa berjumpa dengan Hirana dan dapat menyerahkan lukisan
itu, namun ia tidak tahu dimana keberadaan Hirana, ia juga tidak bisa menggunakan
nama aslinya karena ia takut bisa saja kontraktor tersebut sedang mencarinya, tidak
ada satupun orang yang tahu keberadaan lukisan itu selain dirinya. Setiap
harinya ia terus berusaha mencari Hirana, tapi hasilnya tetap sama. Ia sempat
menyesal karena selama ia berteman dengan Anderson, ia sama sekali tidak tahu
seperti apa Hirana, dulunya disetiap Anderson akan mengunjungi Hirana, ia tidak
pernah mau ikut dengan alasan tidak mau mengganggu mereka berpacaran. Lagi pula
Anderson dan Dean tidak tinggal di Bali, mereka tinggal di Kota Bandung, jika
ingin ke Bali, mereka harus menempuh waktu selama 24jam lamanya. Dean tidak
ingin menghabiskan waktunya untuk itu, karena itu pasti sangat melelahkan. Dan
yang sangat disayangkan, ia juga tidak tahu alamat tempat tinggalnya Hirana,
habislah sudah harapannya. Hidup seorang diri sambil terus merahasiakan jati
dirinya. Beberapa bulan di Bali membuatnya semakin merasa bersalah kepada
Anderson, ia juga tidak tahu bagaimana keadaan sahabatnya saat itu, masih hidup
atau tidak? Tapi kemungkinan ia untuk hidup sangatlah tipis, kontraktor itu
tidak mungkin membiarkannya hidup setelah penolakan yang ia dapatkan. Dean
memilih meninggalkan Bali dan kembali ke Bandung, menjalani hidup dengan penuh
rasa takut, walaupun begitu, ia tetap melukis, ia bahkan membuka sebuah sanggar
dan memiliki beberapa murid yang berkeinginan belajar melukis dengannya, kini
karyanya mulai dikenal, ia juga memamerkan lukisannya disetiap pameran lukisan.
Dimasa hidupnya seorang diri, ia dipertemukan dengan seorang anak muda yang
pada saat itu tidak memiliki tempat tinggal, karena menurutnya pria itu orang
baik-baik, ia pun bersedia menampung pria tersebut di sanggarnya. Sampai
akhirnya ia kembali hidup sendiri karena pria itu sudah harus menjalani
hidupnya dengan mandiri. Walaupun begitu, Dean mengaku bahwa ia sudah mulai
menyayangi pria itu, ia tetap rajin mengunjunginya dan membawakan berbagai
macam makanan, pria itu adalah Kyunn.
Musim kemarau atau musim hujan?
Entahlah, saat ini cuaca di Bandung sangat berantakan, mungkin tidak hanya di
Bandung, termasuk kota-kota lainnya. Hal itu yang selalu membuat Hyull cemas
bukan main, sebenarnya ia bisa saja menggunakan mobil agar terhindar dari kedua
masalah itu, tapi walaupun begitu, ia tidak akan bisa konsentrasi membawa mobil
apabila hujan turun tanpa sapa. Seperti saat ini, Hyull ingin sekali
jalan-jalan, tapi mau naik apa? Naik motor panas, naik mobil lagi dipakai
Kyunn, naik angkot, hah?
“ kok gw sekarang bosanan ya? Baru juga dari bali, masa uda malas aja
dirumah. Lagian kalau gw keluar, pasti Kyunn marah nih. Beuh.. “ setelah
melewati pemikiran yang penuh perhitungan, Hyull memilih ke toko musik. Ia
segera berlari ke garasi untuk mengambil sepeda, setelah itu mendayung
sepedanya dengan kuat menuju toko musik.
“ mas! “ teriaknya setelah lamanya tidak bertemu dengan penjaga toko itu,
Mas Dino.
“ hey hyull.. wah, kemana saja? Mas sudah rindu.. “ jawabnya sambil
melambaikan tangannya yang masih memegang kaset.
“ lagi apa mas? Kok banyak banget kaset, baru masuk ya? “ ia sudah duduk
didepan meja kasir.
“ ia, ni lagi beres-beres, telat banget kamu nya.. “
“ telat kenapa? “
“ ya telat, kalau datangnya dari tadi kan bisa bantuin mas beres-beres..
ahahha.. “
“ huh, dasar. “
“ kemana saja lu? Biasanya teriak-teriakan disini.. “
“ teriak? Nyanyi kali mas! Ah, penghinaan ini namanya. “
“ maaf deh, becanda.. lagian mas rindu banget, lu kan biasanya rajin banget
kesini.. “
“ gw ke bali, liburan.. “
“ wah, enak dong, oleh-olehnya mana? “
“ sorry mas, lupa. Ehehhe.. karena awalnya gw gak niat kesana, karena
dipaksa teman.. “
“ oh.. “
“ sepi banget mas..? “ tanyanya sambil menelusuri pandangannya keseluruh
ruangan.
“ ini kan masi siang, belum juga siang, anak sekolah ya masih pada
sekolah.. “
“ mas, gw mau tanya nih, pernah gak sih, cowok yang bernama dave kesini?
Katanya dia tinggal di komplek ini juga.. “ walau sedikit malu-malu, namun rasa
ingin tahunya mampu menyingkirkan rasa malunya.
“ dave? “ jawabnya dan tersadar karena telah melupakan sesuatu.
“ iya, tau? Orangnya.. “
“ dave itu kan yang nyenggol lu.. ah.. gw baru ingat, sebenarnya dari dulu
gw mau bilang ke lu, sebelum hujan deras malam-malam itu, kalau gak salah itu
lu terakhir kesini. Oh iya, sehabis lu keluar dari sini, selang beberapa detik
dave datang, memangnya kalian gak ketemu didepan? “ terus berusaha memikirkan
kejadian itu agar dapat menyampaikannya dengan perfect.
“ hujan deras? Itu.. “ ya! Hyull ingat itu, malam yang dimana ia berjumpa
dengan Dave disaat ia masih berada dibawah pintu toko dan hanya mengucapkan
kalimat seadanya lalu kabur.
“ iya hujan deras, malam itu kami main catur, tapi sewaktu terdengar bunyi
petir, dianya malah kabur, gw sih gak sempat tanya, padahal gw niatnya mau
pinjamin dia payung, hujan kan lagi deras-derasnya, mobilnya pun ditinggal
begitu saja, gila banget. “
“ serius lu mas? “ sejujurnya Hyull masih tidak bisa mencerna dengan baik
kalimat yang disampaikan dengan Mas Dino, karena apa yang ia ucapkan terlalu
dramatis, seorang Dave berlari dibawah derasnya hujan disaat setelah suara
petir terdengar, dan Hyull tau benar, malam itu yang menyelamatkan dirinya
adalah Dave dan itu artinya, Dave seperti itu karena mencemaskan Hyull?
Bagaimana bisa?
Seharian ia menemani Mas Dino di
toko, membantu menyusun kaset dan juga melayani pembeli. Disela itu ia juga
menyempatkan diri untuk menyanyikan beberapa lagu diruang karaoke, disaat
perutnya merasakan sesuatu yang disebut lapar, mereka berdua kompak memesan
makanan delivery dan menyantap makanan itu disaat makanannya tiba. Sadar bahwa
hari mulai gelap dan jarum jam sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB, ia pun segera
pamit dengan Mas Dino dan mendorong sepedanya menuju rumahnya. Malam ini langit
berpihak kepadanya, maka itu ia tidak mendayung sepedanya dengan maksud agar
lebih lama berada diluar, karena jarang-jarang ia bisa berjalan santai seperti
ini. Bagaikan hantu yang tidak bosan-bosannya menghantui manusia, perkataan Mas
Dino kembali melayang dipikirannya.
“ kenapa dia segitunya ya? Hujan deras di terobos, Cuma buat gw? “ kalimat
itulah yang mengiringi perjalanannya kerumah. Tidak lama dari itu, ia tiba
dirumah dan menjumpai Kyunn yang ternyata sudah pulang tidak tahu kapan, mereka
mengobrol sejenak dan setelah itu masuk kedalam kamar masing-masing.
Pagi ini Dave berada di kampus,
ia masih harus meminjam beberapa buku di perpustakaan sebagai panduannya dalam
mengikuti UAS lusa nanti, walaupun ia terkenal cuek, tapi untuk pelajaran Dave
sangat serius. Dave merupakan mahasiswa yang pintar di kelas mereka setelah
Peter, bedanya, Peter tidak hanya pintar dalam pelajaran, Peter juga pintar
dalam mengambil hati dosen sedangkan Dave tidak, tepatnya sih cuek sekali.
Wajah seriusnya disaat memilih buku
membuat beberapa mahasiswi didekatnya terpana.
“ wah.. tampan banget.. kok gw gak pernah lihat ya? “
“ gila, badannya.. “
“ itu kan dave.. mahasiswa baru... “
“ oh ya? Pantas saja gw gak pernah lihat.. kok lu bisa tahu? “
“ sekarang lagi heboh ngebahas dia kali.. “
“ uh.. sudah punya pacar gak ya? “
“ entah deh. Tapi dia cuek banget, kalau jalan tuh pandangannya lurus..
kedepan. “
“ arsha bakalan tersingkirkan dong.. “
“ pastinya.. “
Mereka terus membicarakan Dave, membandingkan Dave dan Arsha. Membahas ini
dan itu. Tanpa sepengetahuan mereka Dave sudah beranjak dari perpustakaan. Kini
Dave sedang berjalan menuju parkiran, melewati lapangan basket yang sepertinya
sedang dipakai tim basket putri berlatih. Disaat memperhatikan satu-persatu
pemain yang sedang berlatih, ia melihat Hyull juga berada disana. Hyull sedang
berlari mengelilingi lapangan. Tidak tahu kenapa, Dave malah mencari tempat
duduk untuk menonton proses latihan itu. Menonton
tim basket latihan atau memperhatikan Hyull?
Setengah jam sudah Dave duduk disana, luar biasa. Ini pertama kalinya Dave
duduk di keramaian. Biasanya setelah perkuliahan selesai ia pasti langsung
beranjak pulang. Keadaan kampus yang tidak pernah sepi tentunya sangat
menggangu. Tapi kali ini, sekitaran lapangan lumayan ramai, ada banyak
mahasiswa yang menyaksikan proses berlatih mereka. Dave bisa berada disana dan
duduk santai sambil memperhatikan.. siapa?
“ hey hyull! “ tanpa disadari ternyata sedari tadi Arsha juga berada
didekatnya, mereka bahkan duduk dengan jarak yang tidak begitu jauh. Sepertinya
Hyull mendengar Arsha memanggil namanya, terlihat karena saat ini Hyull sedang
berjalan mendekati Arsha. Tapi tiba-tiba saja langkahnya berhenti, ia menyadari
bahwa tidak jauh dari Arsha terlihat Dave yang sedang memperhatikannya.
“ dave? “ katanya pelan sambil melihat Dave dengan yakin.
“ hyull, kenapa? “ Arsha memperhatikan sorotan Hyull, ia mencari kemana
arah sorotan mata itu. Dave.
“ dave! “ Dave malah pergi tanpa sapa sekalipun. Hyull pun terdiam.
“ loh, dia kenapa? Kok malah pergi? “ tanya Arsha yang juga ikut
terherankan.
“ entah, gw juga gak tahu. Lu, ada apa panggil gw? “
“ wah.. sama senior harus sopan.. “
“ sama junior juga harus tepati janji.. “
“ oh, hyull. Gw minta maaf, kemarin itu gw.. “
“ ok, jangan dibahas. Gw mau sambung latihan nih, da.. “ Hyull kembali ke
lapangan dan bergabung dengan tim basketnya.
Sore menjelang disaat yang
tepat, cuaca yang begitu panas kini disingkirkan oleh angin disore hari. Hyull
yang sudah bersabar diri melawan hawa panasnya musim kemarau kini bisa
tersenyum setelah merasakan belaian angin. Duduk santai di bawah pohon yang
masih didalam area perkampusan sambil mendengarkan beberapa lagu.
“ sepertinya gw jarang lihat lu senyum begitu. “ Arsha sudah duduk
disampingnya tanpa ia sadari.
“ huh! Senior itu memang suka mengganggu ya? “
“ mengganggu? Gw mengganggu? Lu terganggu? “
“ yes! “
“ sorry, gw kira lu duduk disini karena tidak ada yang menemani.. ya karena
itu gw.. “ sepertinya Arsha terlalu berbasa-basi dan Hyull tidak suka itu.
“ mau ngomong apa? “
“ gw? Gw Cuma.. “
“ buruan bilang.. “
“ gw minta maaf hyull, kemarin gw bener-bener harus ninggalin bali, karena
itu gw gak bisa nepati janji gw sama lu.. nenek gw.. dia sakit parah. “
ekspresi muka Arsha yang mendukung membuat Hyull tidak tega terhadapnya.
“ terus gimana keadaan nenek lu sekarang? “
“ masih di opname, hyull.. maafin gw ya.. “ memelas kata maaf sepertinya
keahliannya.
“ iya gw maafin.. lagian kalau lu bilang alasannya dari kemarin kan gw gak
perlu nunggu lu! Telepon gw gitu.. “
“ sorry deh.. sorry.. gimana kalau sekarang kita makan ice cream aja?
Gimana? “
“ oke. “
“ mari kita berangkat... “
Hyull sedang menunggu Arsha
dibawah pohon tidak jauh dari halte, sebenarnya ia tidak harus menjauh begitu,
tetapi jika mereka kedapetan berduaan bakalan jadi gosip yang berkepanjangan.
Sebuah mobil berhenti tepat didepan Hyull, perlahan kaca mobil terbuka,
terlihat seorang wanita yang pastinya sangat dikenal Hyull.
“ k,kak...kakak? kak divane? “ Hyull terlihat kaget.
“ masuklah.. “ perintah Divane.
“ hah? Tapi aku.. “ Tidak sempat menolak, Divane sudah turun dari mobil dan
mendorongnya masuk kedalam mobil. Seperti itulah Divane.
Sepanjang perjalanan Hyull
terus-terusan mencoba menghubungi Arsha, tapi Arsha tidak juga menjawab
teleponnya. Bagaimanapun juga ia tetap harus meminta maaf karena sudah
membatali janji begitu saja.
“ sudah biarkan saja, siapa sih? Kok kamu sampai segitunya.. “ kata Divane
sambil menyetir.
“ ya? Ah.. temanku kak.. seniorku yang waktu itu menolongku di bali.. “
“ oh.. dia. Trus kenapa dong? Kalau dianya gak angkat telepon kamu ya
biarkan saja, yang penting kamu sudah usaha untuk kabari ke dia.. “
“ iya sih. Kak, kita mau kemana sih? “ ia baru menyadari bahwa sedari tadi
ia sendiri tidak tahu mau dibawa kemana.
“ kita mau ke toko bunga. Kamu suka bunga? “
“ enggak, aku tuh sukanya makanan.. “ jawaban yang sangat jujur.
“ ahahha... kamu itu lucu banget. Hyull, kamu itu kenapa sih kalau ngomong
sama aku pakai kamu, kenapa gak lu gw? “
“ kata kyunn aku harus sopan sama orang yang lebih tua.. “
“ kyunn? Siapa? “ Divane sepertinya belum mengenal Kyunn.
“ masa sih gak tahu? Kyunn itu abangku, satu-satunya keluargaku.. memangnya
aku belum pernah cerita sama kakak? “
“ ahahha, gak ingat. Sepertinya belum deh.. akhirnya sampai juga.. jauh
banget. “ Divane memarkirkan mobilnya disamping pohon besar. Terlihat sebuah
toko dengan sebagian dindingnya yang terbuat dari kaca, toko ini terlihat indah
dikarenakan bunga-bunga yang tersusun didalamnya, letaknya juga jauh dari
keramaian karena itu terlihat lebih
nyaman. Disekitarnya terlihat banyak tanaman para petani yang tumbuh dengan
subur. Daerah ini benar-benar sangat nyaman. Hyull mengikuti Divane masuk ke
dalam toko itu. Disaat mereka sedang memilih bunga, seorang wanita datang
menghampiri mereka.
“ selamat sore.. ada yang bisa saya bantu? “ wanita ini sangat cantik,
rambut panjangnya terurai bebas, gaun cantiknya yang sedikit kotor tetap
terlihat indah, senyumnya yang lebar pastinya sangat membuat pelanggan nyaman
disaat memilih bunga yang ingin mereka beli.
“ ah, saya ingin membeli bunga yang indah.. sangat indah.. “ ucap Divane
sambil melentangkan kedua tangannya.
“ ahahha, kalau begitu anda harus
membeli semua bunga yang ada disini, karena semuanya indah.. “ Jawabnya sambil
tertawa ramah.
“ benar juga, ahaha.. hyull, pilihlah bunga yang kamu suka, kakak akan
belikan untukmu. “ Divane baru menyadari ternyata Hyull tidak ada disampingnya,
Hyull sedang bermain dengan seekor kucing disudut ruangan. Sepertinya kucing
itu dirawat dengat baik.
“ wah, kucingku menyukainya.. “ kata wanita itu.
“ itu kucingmu? Ah, kucingmu juga memakai kalung, cantiknya.. “ Tanya
Divane diiringi tawa ringannya.
“ ah ia, itu.. “ wanita itu terdiam disaat melihat kalung yang dipakai
kucingnya.
“ anda kenapa? Ada yang salah? “
“ ah tidak.. “ ia sedikit memaksakan senyuman.
“ kucingmu manis sekali, hyull, kamu suka kucing? “ tanya Divane yang kini
sedang mengelus kepala kucing itu dengan lembut. Tetapi jika diperhatikan
dengan baik, pandangan Divane hanya kepada kalung yang dipakai kucing itu.
“ terimakasih.. “
“ siapa namanya? “ tanya Hyull yang baru membuka suara.
“ nama? a, saya tidak menamainya.. ehehhe.. “ wanita itu kembali tersenyum.
“ kamu ini, bagaimana mungkin kucing semanis ini tidak memiliki nama.. “
rayu Divane.
“ ahahha.. i,ia.. “
“ baiklah, hari sudah mulai gelap, sepertinya kami harus pergi dulu, lain
kali saya datang lagi, saya masih bingung mau beli bunga apa. Ehehehhe.. “
Divane terlihat berbohong, sepertinya dari awal dia tidak berniat untuk membeli
bunga.
“ oh iya.. saya tunggu kedatangan anda selanjutnya.. sampai jumpa.. “
terlihat lambaian wanita itu dari kejauhan.
Tertawa dan tersenyum. Divane
terlihat seperti orang gila yang tak henti-hentinya tertawa. Apa yang ia tertawakan?
“ kak, kamu kenapa? “ Ekspresi Hyull terlihat seperti anak kecil yang takut
melihat badut.
“ ahahha.. “
“ kamu seram kak! Berhenti tertawa begitu. “ suara Hyull meninggi.
“ ah, sorry hyull, kakak lagi senang. Senang sekali.. tapi, kakak juga
takut.. takut kalau kamu.. “ Divane berhenti berkata dan kembali tertawa.
“ kak, kenapa sih? Takut apa? Aku kenapa? Takut kok ketawa sih? Aneh banget
deh. “
“ hyull, kapan-kapan belikan kakak bunga disana ya.. “
“ loh, tadi kenapa gak langsung beli? “
“ tadi kakak memang gak niat beli bunga. Hyull, rumah kamu dimana? “
Setelah mengetahui alamat rumah Hyull, Divane menambah kecepatan mobilnya dan
meluncur dengan indah menuju Setra Duta.
Malam ini Dave asik mengobrol
dengan para pekerja dirumahnya. Mereka mengobrol sambil menonton film bersama.
“ wah, bohong banget zombie bisa hidup lagi. ahahha.. “ Tawa Narti.
“ kok ketawa sih kamu, ini seram kali. “ sambung Pak Sucipto sambil memeluk
bantal guna menutupi matanya.
“ ye.. seram apanya toh pak? Ini sih lucu ditambah romantis. Pilem ini
mengingatkan saya kepada pacar saya dikampung.. “ tambah Narti.
“ hus ngawur kamu! Bukannya kalian sudah putus. “
“ sudah dong bicaranya, kalau begini tivi yang nonton kita.. “ Buk Efi
menenangkan mereka. Diantara Narti dan Pak Sucipto memang selalu panas,
pendapat mereka selalu berbeda.
“ oh ia, tuan dave kok sendiri mulu sih.. ehehhe.. “ tanya Narti kepada
Dave.
“ saya? “ Dave terlihat kaget, sebenarnya ia juga baru menyadari itu.
“ ia dong, tadi saya tanyanya untuk tuan toh? “
“ itu.. “ Dave tidak tahu mau menjawab apa.
“ sudah.. sudah, kamu itu narti, jangan tanya yang aneh-aneh sama tuanmu. “
sambung Buk efi.
“ memangnya pertanyaanku aneh toh buk? “
“ hem, saya masuk kekamar dulu, kalian lanjutkan saja menontonnya. “ Dengan
langkah cepat Dave masuk kedalam kamarnya. Baru ia sadari, selama ini ia tidak
pernah menggandeng seorang wanita.
“ kamu baru sadar? “
“ astaga! Kakak! Kapan kamu datang? “ tanpa ia sadari ternyata Divane sudah
berada dikamarnya.
“ tuan dave kok sendiri mulu sih.. kenapa kamu gak bisa jawab pertanyaan si
narti? “
“ hah? “
“ bahkan aku klakson mobil pun kalian tidak bisa dengar.. “
“ kenapa tidak tekan bel! “
“ besok datanglah ke klinik.. sekalian bawa hyull.. kurasa dia suka anak
kecil. “
“ hyull? Kenapa harus bawa dia? “
“ bawa saja, besok akan banyak anak kecil yang datang.. “
“ memangnya ada acara apa diklinikmu? “ tanya Dave yang terlihat enggan.
“ arisan. “
Pagi yang indah dengan rintikan
hujan yang ikut turut mempersembahkan berbagai macam daya tarik mereka, salah
satunya iramanya. Hyull sedang duduk santai di teras rumahnya sambil
mendengarkan musik, tentunya dengan volum yang sangat besar agar tidak mendengar
irama hujan, sebenarnya duduk di teras yang sedikit becek akibat percikan air
hujan sudah sangat membuat dirinya tegang, tapi dirinya sekarang sedang
berusaha untuk kembali mencintai hujan, seperti yang dikatakan Divane dan Dave.
Dave?
“ tadi.. pertama kalinya gw lihat dave didepan umum, dan duduk dengan
santai. Apa yang sedang dia lakukan? Apa ada masalah dengan, otaknya? Ahahha...
“ Pikirnya dalam hati. Hujan masih saja turun dengan lembut, setelah
mengumpulkan keberanian diri, Hyull memberanikan diri untuk mematikan musiknya
dan mencoba mendengar irama hujan yang dulunya sangat ia sukai. Irama itu mulai
masuk kedalam rongga telinganya, ia mengakui irama ini memang indah, tapi..
hatinya tidak tenang, ia kembali menguatkan diri. Kali ini ia mencoba berdiri
dan melentangkan tangan kanannya kedepan untuk dapat merasakan tetesan air
hujan. Satu.. dua.. tiga.. bahkan sampai tetesan selanjutnya, kali ini ia mampu
bertahan. Namun, sesuatu melintas begitu saja dipikirannya, tanpa sadar ingatan
itu kembali, kecelakaan orang tuanya, disaat hujan. Terlihat genangan air mata
diujung matanya, dengan cepat air mata itu mengalir bebas dipipinya. Sekejap
tetesan hujan dan iramanya seakan lenyap dikarenakan ingatan pahit tersebut.
Sakit sekali.
“ hyull.. lu kenapa? “
“ .... “ Hyull tidak menghiraukan teguran itu, tepatnya ia tidak
mendengarnya. Kini pikirannya sedang kacau. Bahkan ia tidak menyadari kehadiran
Dave disampingnya.
“ hyull.. “ Dave menyentuh tangan kanannya yang sedari tadi masih terlentang
kedepan, ia menarik tangan itu dan membawa Hyull ke tempat duduk. “ sesulit apapun itu, lu memang harus
melawannya, tapi jika itu menyakiti lu, jangan lakukan lagi hyull.. “ Dave
melihat air mata itu, air mata kepedihan yang mengalir dipipi wanita yang saat
ini tangannya sedang ia genggam, sangat erat, dan semakin erat.
“ sorry.. “ Hyull menundukkan kepalanya.
“ untuk apa? “ tanya Dave sambil terus memperhatikannya dengan lekat.
“ gw sudah memperlihatkan air mata ini. “
“ sudahlah.. tidak ada yang harus disesali, air mata tetap harus mengalir,
masalah tetap harus ada, karena itu kita bisa menyadari, bahwasanya kita masih
hidup. “ kalimat terakhir yang dilontarkan Dave membuat Hyull mengangkat
kembali kepalanya dan menatapnya.
Dug..dug..dug..dug..
“ ehem! “ Kyunn pun merusak suasana.
“ ah, kak.. se,selamat pagi.. “ sapa Dave yang terlihat seperti baru ketahuan mencuri. Mencuri hati.
“ ya.. pagi juga. Kalian, sedang apa? “ bertanya sambil melototkan matanya,
melihat tangan yang belum juga terpisahkan, disaat Hyull menyadari itu, dengan
kilat ia melepaskan tangannya dari genggaman Dave.
“ s,sorry hyull, gw.. tadi gw.. “ Dave takut akan terjadinya
kesalahpahaman, ia mencoba menjelaskan maksud dari dirinya, walaupun sebenarnya
dia juga tidak sadar telah menggenggam tangan Hyull.
“ kami sedang bercanda kak, lu mau kemana? Sudah rapi aja? “ tanya Hyull
yang terlihat kikuk.
“ kamu hilang ingatan hyull? “ jawab Kyunn sedikit menjebak. Sebenarnya ia
tidak bermaksud mengganggu, tetapi jika ia biarkan mereka begitu terus, ia
tidak akan berangkat kerja.
“ ah iya, lu harus kerja.. ahahha.. kalau begitu, pergi sana.. ahahha.. “
“ ok, kakak pergi dulu. Hem.. kamu dave, saya suka gaya kamu. “ mengedipkan
sebelah matanya untuk Dave lalu masuk kedalam mobilnya dan pergi.
Keadaan menjadi sepi tanpa
suara. Diantara Dave dan Hyull tidak ada yang membuka percakapan. Mereka malah
asik dengan pikiran mereka sendiri. Hujan sudah reda, tapi langit belum juga
memperlihatkan warna birunya yang cerah. Sama halnya seperti keadaan Hyull,
sesungguhnya ia sangatlah tersiksa dengan phobia yang ia derita, ingin sekali
ia kembali ke masa lalunya dimana ia bermain bersama hujan sambil menunggu orang
tuanya tiba di warung dimana tempat biasanya ia menunggu orangtuanya. Namun,
pantaskah ia mencintai hujan setelah peristiwa perih itu terjadi? Haruskah ia
mencoba melupakan semua itu? Apa alasan yang tepat untuk itu? Jika ia bisa
kembali mencintai hujan, apakah orangtuanya akan kembali, kembali hidup
bersamanya? Kenapa harus Hyull yang merasakan semua ini?
“ kenapa? “ terlihat lagi air mata di dudut matanya. “ ini terlalu berat
untukku, kenapa harus aku yang mengalami semua ini? Kenapa bukan gadis-gadis
yang lain? Apa aku dilahirkan untuk ini? Merasakan kepedihan yang bahkan aku
sendiri tidak bisa membendungnya. Berkali-kali aku mencoba untuk terlihat tegar
didepan orang, tapi jika saat itu tiba, dimana aku sudah tidak sanggup menahan
rasa sedih ini, kenangan itu kembali dan merusak pikiranku, mengganggu
ketenanganku. Haruskah aku menyusul mereka? Akankan kepedihan ini menghilang
setelah aku menyusul mereka? Inikah jalan yang harusku pilih? “ terus
mengatakan kalimat demi kalimat, tanpa menyadari bahwa sedari tadi Dave
mendengarkan semua perkataannya. Air matanya mengalir seakan tidak akan ada
habisnya.
Setiap pagi Kyunn menyiapkan
sarapan pagi untuk adiknya dan juga dirinya. Setelah itu membersihkan semua
piring yang ada dimeja makan. Jika urusan dapur sudah selesai, baru ia
bersiap-siap untuk berangkat kerja.
“ dimana anak itu? Hyull.. “ disaat ia mau berangkat kerja, ia tidak
melihat Hyull didalam rumah, dan jika Hyull diluar rumah itu sangat tidak
mungkin. Hujan sedang turun, tapi.. itu dia, ia melihat adik kesayangannya
sedang duduk di teras rumah mereka sambil menggunakan headset.
“ apa yang sedang dia lakukan? Mendengarkan musik? Kamu pintar hyull, musik
itu untuk menghalangi pendengaranmu terhadap suara hujan bukan? “ kini ia
melihat Hyull melepaskan headsetnya lalu berjalan mendekati hujan, lalu Hyull
melentangkan tangan kanannya kedepan untuk dapat merasakan setiap tetesan air
hujan. Pastinya Kyunn tahu betul sebesar apa pengorbanan Hyull untuk dapat
melakukan hal itu. “ hyull, kamu sudah sangat tersiksa.. karena itu, tolong,
jika itu menyiksamu, jangan lakukan.. “ Kyunn merasa harus menghampiri Hyull,
ia takut Hyull akan pingsan jika terus memaksakan dirinya seperti itu. Dave.. terlihat Dave dari balik pagar,
ia berjalan dibawah rintikan hujan dan menghampiri Hyull. Bahasa tubuhnya, raut
wajahnya, tatapannya, pria itu terlihat cemas, setiap urat wajahnya seakan
menjelaskan seberapa cemas dirinya terhadap Hyull. Pria itu juga menggenggam
tangan kanan Hyull dan membawanya kembali ke tempat duduk. Kyunn dapat melihat
dengan jelas, tatapan pria itu, Dave, tanpa sadar Kyunn menghempaskan nafasnya
semana dari tadi ia menahannya. Ia merasa lega, akhirnya sang adik mendapatkan
seseorang yang sepertinya sangat menyayanginya. “ sepertinya aku harus pergi
kerja sekarang, lagian sudah ada dave disini, aku yakin dia bisa menjaga hyull.
“ ia pun bergegas keluar dari rumah, menyapa Hyull dan juga Dave yang pada saat
itu masih berada disana, setelah itu ia masuk kedalam mobil dan meluncurkan
mobilnya keluar dari rumah. Perasaan ini..
ia merasa belum bisa meninggalkan
Hyull begitu saja, karena itu ia menghentikan mobilnya tepat disamping
rumahnya. Ia berjalan menuju rumahnya, mengintip dibalik pagar, suara itu.. ia mendengar Hyull
mengatakan sesuatu, kata demi kata terdengar perih untuknya. “ hyull, apa yang
harus aku lakukan agar kamu tidak terluka lagi.. hyull, apapun yang terjadi,
jangan pergi.. tetaplah bersamaku.. dan jika itu harus, biarkan aku saja yang
pergi. Kamu harus tetap menjalani kehidupan ini sampai kamu bisa melupakan
semua kepedihan itu. Kamu harus tahu seindah apa kehidupan ini, kamu harus
merasakannya hyull.. karena itu, jangan pergi, tetaplah disini. “ kalimat itu
dengan halus ia ucapkan, berharap tidak ada yang mendengarnya, Kyunn kembali ke
mobilnya dan menangis tersedu-sedu. Ingat
Hyull, kamu harus tetap hidup..
Perjalanan kali
ini membuat Hyull sedikit merasa lega. Ia membuka kaca mobil agar angin dapat
dengan bebas menghempaskan kesejukan kepadanya. Dave yang tadinya ikut terdiam
disaat mendengar perkataan Hyull, ia pun langsung mengatakan
tujuannya menemui Hyull dipagi hari ini. Tanpa menolak Hyull pun mengiyakan,
ditambah telepon dari Divane yang terdengar memaksa.
“ hyull, ikutlah dengannya, aku menunggu kalian disini.. “ ucap Divane.
“ tapi kak.. “ menoba menolak.
“ dan jangan lupa, belikan kakak bunga ditempat yang kita singgahi kemarin
ya.. see u.. “ putus.
Tidak sempat menolak. Tetapi walaupun begitu Hyull merasa senang karena ia
akan kembali ke toko bunga dimana disana terdapat seekor kucing, Hyull menyukai
kucing, namun dikarenakan Kyunn alergi terhadap bulu kucing, jadinya ia tidak
bisa memelihara kucing dirumahnya. Duduk diam sambil memperhatikan jalan dapat
membuat Hyull tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka sudah sampai.
“ lu mau sampai kapan duduk disitu? Cepetan beli bunganya.. “ heran melihat
Hyull yang masih saja duduk diam seakan tak bernyawa.
“ sudah sampai? Cepet banget. Lagian, lu tahu dari mana alamat toko ini? “
“ divane kasih tahu, sebelum gw kerumah lu, dia sudah telepon gw duluan.
Lagian, beli bunga doang kenapa harus disini sih? Di sepanjang jalan ke klinik
kan ada juga. “ keluhnya sambil keluar dari mobil.
“ gw juga gak tahu, tapi pemilik toko ini cantik loh.. kucing juga. Ah..
kangen banget! Gw masuk dulu ya.. “ Hyull berlari menuju pintu toko lalu masuk
kedalamnya. Tidak lama kemudian ia keluar dari toko tersebut dengan membawa
beberapa tangkai mawar putih.
“ son.. jangan keluar son.. son! “ tanpa sadar kucing itu mengikuti Hyull
keluar dari toko dan berlari mendekati Dave. Hyull ikut mengejarnya begitu juga
dengan pemilik kuing tersebut. Terdiam.. kedua
wanita itu terdiam disaat melihat Dave menggendong kucing itu dan memeluknya. Kucing itu juga terlihat seperti menyukai pelukan yang diberikan
Dave kepadanya.
“ son.. “ pemiliknya mencoba mengambil son dari pelukan Dave. Seakan
mengetahui maksud dari wanita itu, Dave pun memberikan kucing itu kepadanya.
Setelah itu wanita itu permisi dan berjalan menuju pintu toko.
“ lu suka kucing juga? Ahahha.. “ tawa Hyull.
“ yasudah masuk, divane sedang menunggu. “ ia membalikkan badan dan
melangkahkan kakinya. Apa ini? Sesuatu
terinjak oleh kakinya. ia malah terdiam, kalung itu membuat
tubuhnya tegang dan bergetar. Menggenggam kalung itu dengan erat, bahkan
bernafas pun susah ia lakukan.
“ mona.. “ Dave membalikkan badannya dan mengucakpan nama itu
dengan pelan. Terlihat wanita pemilik toko bunga itu menghentikan langkahnya
dan juga membalikkan badannya, menatap Dave dan kalung yang berada digenggaman
Dave.
“ kamu.. “ kata wanita itu.
“ mona? “ matanya, tatapannya, cara Dave menatap wanita itu,sangat dalam.
“ kamu.. “ wanita itu terlihat kaget, ia juga tidak menyadari telah
melepaskan kucingnya dari pelukannya. Ada
apa sebenarnya?
0 komentar:
Post a Comment