Terlelap di malam hari, mengalihkan kehidupan untuk sementara. Merasakan kehidupan bagaikan sebuah dongeng, dongeng yang indah dan berakhir bahagia. Tapi matalah penentu waktu untuk itu, disaat mata terbuka, habis sudah masa-masa indah tak berliku itu. Suara itu.. akhir-akhir ini Dave merasa terbiasakan dengan suara hujan. Entah terhadap hujannya, atau kenangan disaat itu, hanya dia yang tahu. Kembali ke kehidupan nyatanya dengan iringan suara hujan. Menyentuh telinga dan pikirannya. Merasakan kedua hal itu membuatnya tersenyum, apapun itu, tetap hanya dia yang tahu penyebabnya. Belum bangkit dari tempat tidurnya, masih tersenyum dan memikirkan sesuatu, tentunya sesuatu yang telah membuatnya tersenyum. Semakin lama, ia seakan terhanyut dalam pikirannya. Dalam sedetik senyumannya menghilang, ia seperti terhentak akan suatu hal, tidak jelas, tak ada lagi senyuman dibibirnya.
Melihat adanya rak buku dihadapannya, dengan kilat ia bangkit dan mendekati rak tersebut. Rak itu berukuran lebih tinggi darinya, namun masih dapat ia capai. Tiba-tiba saja ia berkeinginan untuk membaca sebuah buku, menelusuri setiap buku yang tersusun disana, terpilihlah sebuah buku berwarna hitam nan tebal, buku itu terletak di rak paling atas. Dengan mudah ia raih buku tersebut, disaat ia menyentuh buku itu, tangannya tidak bergerak dari sana tetapi pikirannya yang kembali tergerak. Kali ini senyumannya terlihat lebih jelas dari yang sebelumnya.
“
siapa dia dave? “ seorang wanita sedang duduk di sofa yang terletak tidak jauh
darinya berada, tanpa sepengetahuannya, wanita itu sudah memperhatikannya
sedari tadi.
“
ma? “ kaget bukan main, senyumannya menghilang begitu saja.
“
kamu fallin in love? “
“
kapan kamu tiba disini? “
“
kamu ini, mama tanya kok gak dijawab dulu sih. Kemarin.. “
“
kemarin? “
“
karena wanita itu, pikiran kamu melayang kesana.. lewat didepan mama begitu
saja, apa mama terlalu kecil? “ bangkit dari sofa, mendekati Dave dan
memeluknya. Pria itu tidak menolaknya, bertahun sudah ia tidak melihat wanita
yang sebenarnya sangat ia sayangi.
“
kenapa kamu pulang? “
“
apa mama gak boleh lihat anak mama? Atau kamu gak kangen sama mama? “
“
jadi kamu bakal balik lagi? “
“
dave.. “
“
kalau seperti itu, lebih baik kamu gak usah pulang. “ raut wajahnya terus
menegang, ia memilih ke toilet dari pada harus berduaan dengan mamanya. Disana,
terlihatlah air mata dari sela kedua matanya, mengalir secara perlahan, menggenggam
kedua tangannya, menahan emosi, kekecewaan, kesedihan itu membuatnya hampir
ingin berteriak, tetapi jika dia melakukan itu, pastilah akan membuat khawatir
seisi rumah. Beberapa menit kemudian ia keluar dari toilet sudah dengan pakaian
yang rapi, siap untuk berangkat ke kampus, ia masih harus mengikuti ujiannya.
Tak terpikirkan olehnya, ternyata wanita itu masih menunggunya disana, didalam
kamarnya.
“
kamu marah sama mama? “ wajahnya terlihat menyedihkan, airmata sudah memenuhi
wajahnya, tersedu-sedu menahan kesedihan yang ia rasakan, berbicara pun sudah
tidak sanggup ia lakukan.
“
hapus air matamu. “ katanya sambil meraih tas dan kunci mobil.
“
kenapa kamu jadi sedingin ini dave? “
“
kamu kira pertanyaan ini pantas kamu katakan kepadaku? “ tatapannya sungguh
dingin, tatapan yang tidak pantas ia tujukan kepada orang yang telah
melahirkannya ke dunia ini, tetapi, kepedihan yang tidak berujunglah yang telah
merubahnya menjadi seperti itu.
“
dave.. kenapa kamu berkata seperti itu?
Mama.. “
“
kamu yang telah membuatku seperti ini! “
membanting tas yang ada digenggamannya.
“
maafkan mama dave, mama mengaku salah.. “
“
mengaku salah? Sekarang kamu baru mengaku salah? Kemana kamu 3 tahun yang lalu?
Kamu meninggalkan aku bersama mereka, apa kamu tahu, betapa sedihnya aku
disetiap pembagian rapor? Semua teman-temanku bersama orangtuanya, sedangkan
aku, aku.. aku bersama supir, bersama pengasuhku, bahkan teman-temanku mengira
bahwa aku itu anak yatim-piatu, apa kamu tahu semua itu? Semua penderitaanku
dikarenakan dirimu! Dikarenakan kalian berdua! “
“
... “ terduduk dilantai, menutup mulutnya dengan kedua tangannya, menangis
histeris, melupakan tanggung jawab yang lebih besar, ia baru menyadari itu.
Dave terang-terangan mengatakan semua itu, terlihat jelas genangan air mata di
sudut matanya, kedua tangannya tergenggam, suaranya yang berat benar-benar
menunjukkan seberapa emosianya ia pada saat itu. Tak ingin berlama-lama
dihadapan mamanya, ia langsung berlari keluar dari kamarnya dan menghampiri
mobilnya. Pagar terbuka seiring kepergiannya yang meninggal sejuta kepedihan
untuk mamanya.
Keadaan berbeda dirumah Hyull, gadis itu
sudah memaafkan kakaknya, ia menjumpai Kyunn yang sedang mengolesi selai pada
roti, Hyull menghampirinya lalu memeluknya.
“
maafin gw ya.. tadi malam gw khilaf.. “ masih memeluk kakaknya, tersenyum
menyambut pagi dan kebahagiaan yang akan datang.
“
kamu sudah gak marah lagi? “
“
enggak. “ sembari menggelengkan kepalanya.
“
beneran? Masalah rumah itu.. “
“
sudahlah, lagian niat lu kan baik, bener juga kata lu, kalau rumah itu dibiarkan
seperti itu, pasti tidak akan bertahan lama, apalagi keadaan puncak yang sering
hujan ditambah anginnya yang kencang. Makasih banget ya.. lu udah mau sisakan
waktu lu untuk itu.. “
“
itu kan rumah aku juga, rumah kita, ntar kalau kita berdua sama-sama punya
waktu, kita harus kesana, sekalian silaturahmi sama tetangga mama papa. Gimana?
“
“
okedeh. “
“
yasudah, sarapan dulu, setelah itu kita berangkat. Oh ya hyull, kamu mau sampai
kapan kakak antar-jemput? Kamu gak mau apa seperti teman-teman kamu itu, naik
motor.. atau kalau kamu mau naik mobil, kakak belikan untuk kamu.. “
“
gausah deh kak, gw gak mau terpisah seperti itu. “
“
terpisah? Maksud kamu? “
“
haha.. kita sarapan sajalah.. “ tersenyum sambil menyantap sarapannya, dibalik
senyumannya, ia mengatakan jawabannya yang sebenarnya. “ seandainya kita
melakukan semuanya sendiri, disaat salah satu dari kita ada yang terluka dan harus
meninggalkan dunia ini, gw merelakan diri ini, tapi jika itu lu, apa yang harus
gw lakukan? gw pasti lebih memilih ikut bersama lu, berjumpa dengan mama dan
papa, karena, tentunya gw gak akan bisa menjalani kehidupan yang berat ini
seorang diri. “ batinnya.
Ujian berjalan dengan lancar, mahasiswa
yang keluar dari ruangan terlihat bahagia, 4 mata kuliah hari ini begitu
melelahkan, tinggal satu hari lagi, dimana masih ada 3 mata kuliah lagi di hari
itu. Tetapi dapat melewati 4 mata kuliah pada hari ini sudah membuat pikiran
mereka tenang. Siva yang biasanya memeriksa kembali jawaban ujiannya kali ini
dapat duduk tenang disamping Hyull.
“
kenapa lu? Tumben gak heboh? Berhasil contekannya? “ sindir Hyull kepadanya.
“
ih, gitu banget lu, Ia, kali ini contekan gw berhasil gw gunakan, haha.. “
“
ketawa lagi lu. “
“
oh iya hyull, ternyata kyunn kerja di perusahaan bokap gw, haha, gw baru tahu.
“
“
beneran? Kok dia gak pernah cerita sama gw? “
“
kami juga baru tahu.. “
“
kami? “
“
ia, kemarin sewaktu gw main ke kantor bokap, eh ada dia di ruangan bokap, ih
gila banget deh, kakak lu itu kalau lagi kerja, beuh.. cakep banget! Naksir
beneran nih gw.. “
“
idih, selera lu payah. “
“
ih, kakak lu itu oke kali.. “
“
terserah lu deh, yang penting lu harus sungguh-sungguh. “
“
jadi lu ngerestuin kami nih? “
“
ngerestuin? Kalian udah pacaran? “
“
ya belum, tapi bakalan.. “
“
ah, ngaco lu! Kelapangan yuk, lihat tim putra latihan. “
“
hari ujian begini ada yang latihan? “
“
kayaknya sih ada, persiapan untuk turnamen mendatang, ayo buruan. “
Memilih mengasingkan diri, tidak jauh dari
tim putra berlatih, Arsha merenungkan sesuatu. Duduk diatas rerumputan,
melentangkan kedua kakinya kedepan dan meletakkan tangannya dibelakang
badannya. Matanya hanya fokus menatap langit yang tidak begitu terik. Senyuman
menghiasi wajahnya, terlihat juga beberapa mahasiswi yang secara diam-diam
memotretnya.
“ woy!
Kenapa lu? Bukannya gabung latihan malah nyantai disini, dicariin anak-anak
tuh.. “ Tegur Nick, ia terlihat biasa saja, posisinya masih seperti sebelumnya,
hanya tersenyum kepada Nick lalu kembali menatap langit. “ kagak ada apa-apa
dilangit, tuh didepan lu, itu yang harus lu lihat.. “ Arsha tidak menghiraukan
perkataan Nick dan masih saja asik mendongakkan kepalanya ke atas. “ idih,
beneran nih gak mau lihat? Itu lihat...! “ katanya sambil menunjukkan seorang
gadis yang sedang asik menonton tim putra berlatih. Arsha dapat melihatnya,
gadis yang selama ini ada dibenaknya, gadis yang menurutnya telah menolaknya secara
tidak langsung. Kenapa begitu?
“
... “ hanya memperhatikan Hyull dari tempatnya berada. Nick yang berada
disampingnya semakin dibingungkan olehnya.
“
sana sampirin.. tumben banget.. “
“
hahaha.. “
“
ih, ketawa. Lu kenapa? Biasanya lu semangat banget, apalagi kalau tu cewek nongol,
nah ini, mana semangat lu yang membara itu? “
“
gw udah ditolak.. “
“
ditolak? Kapan? Gimana caranya? “
“
gak secara langsung sih.. kemarin gw ajak dia makan es krim, eh dia lebih milih
makan dimobil, terus es kirmnya yang bungkusan, seleranya adik gw banget, gw bilang
ke dia kalau keadaan ini sama seperti disaat gw makan es krim bareng adik, eh
dia malah jawab, gw kan adik lu juga, heran deh gw, tampang gw apa lebih pantas
jadi kakaknya ya? “
“
hahaha.. konyol banget! Tapi, gitu doang? terus lu nyerah gitu aja? “
“
gw bukan nyerah, tapi gw mau istirahat dulu, tapi urusan hyull, gw udah stop. “
“
singkat banget perjalanan lu, gak asik, belum juga dapetin jawaban yang
sebenarnya. “
“
jawaban sebenarnya? Gak perlu gw tunggu, gw sudah tahu jawabannya. “ tersenyum
kembali, tidak lama dari itu ia bangkit dan masuk ke lapangan guna mengikuti
latihan yang sudah berlangsung.
Menonton tim putra berlatih sangat
membantu Hyull dalam menyegarkan pikirannya. Walaupun sang sahabat masih saja membahas
tentang pria yang sukai, pria itu tidak lain adalah Kyunn. Hyull tidak
menghiraukannya, ia hanya fokus memperhatikan lapangan. Disela tontonannya,
Siva membisikkan sebuah kalimat ke telinganya, kalimat itu berhasil membuatnya
menoleh ke arah yang Siva tuju.
“
ada dave tuh.. wajahnya kok muram begitu ya? “ bisiknya sambil menunjuk kearah
parkiran.
“
apa mungkin dia sakit? “ reaksinya membuat Siva geli bukan main, temannya
mengkhawatirkan pria itu.
“
kalau lu khawatir, samperin dong.. “
“
kagak ah, malu kali.. “
“
kok malu sih.. samperin sana, kalau kagak gw teriak nih.. “
“
ih jangan macam-macam! Udah ah, kita pulang aja, antarin gw. “
“
ah, payah lu. Yasudah gw antar, jam segini kyunn sudah pulang belum? “
“
kita lihat saja nanti. “ walaupun hati kecilnya sangat penasaran dengan apa
yang telah terjadi pada pria itu, tetapi akal sehatnya menolak itu,
menghampirinya bukanlah hal yang pantas, menurutnya. Ia memilih pulang
kerumahnya bersama Siva.
Mengemudi dengan sejuta pikiran yang terus
menganggunya. Tidak memiliki tujuan, pulang kerumah bukanlah pilihannya,
pastinya sang ibu masih berada disana dan ia tidak akan pernah mau bertemu
dengan wanita itu. Seperti biasa, tempat yang selalu menjadi pilihannya disaat
memiliki kepenatan yang menghujam hati. Klinik.
Keadaan klinik terlihat sepi, hari ini
Divane menutup kliniknya, terlihat papan close
di depan pintu. Tidak seharusnya Divane menutup kliniknya, karena hari ini
adalah jadwal untuknya membuka kliniknya, Dave mempercepat langkahnya untuk
mencari Divane, wanita itu tidak mengunci pintu, hal itu semakin membuat Dave
cemas terhadapnya. Apakah terjadi
sesuatu?
“
kenapa tutup? Hari ini kan jadwalnya dia membuka klinik. “ katanya sambil
mencari sosok kakaknya yang belum terlihat, hampir seluruh ruangan kosong,
ruangan terakhir yaitu perpustakaan mini milik kakaknya, sesampainya disana,
ternyata ruangan itu juga kosong. Lelah mencari kakaknya yang tidak juga ia
temukan, ia beranjak ke atap, tetapi sebelum ia melangkahkan kakinya, ia
melihat sebuah rak buku, rak itu pernah menjadi saksi dimana dulunya ia pernah
hampir melakukan sesuatu kepada Hyull, sesuatu yang sampai sekarang masih
membuatnya tidak bisa percaya dengan apa yang pernah ada dipikirannya. Mencium gadis itu? Memikirkan itu
membuatnya melonjak kaget, ada apa dengan
dirinya? Tidak ingin berlama-lama diruangan itu, ia langsung beranjak dari
sana dan memilih duduk di atap. Sosok itu, sosok yang sejak tadi ia cari,
wanita itu sedang duduk disana, duduk ditempat dimana ia sering tempati,
memegang kotak tisu, tubuhnya bergetar, sesekali terdengar isakan yang
sepertinya sedikit ditahan. “ kak, kamu kenapa? “ memegang bahu kakaknya, dapat
ia lihat seburuk apa kondisi kakaknya pada saat itu.
“
... “ tidak ada jawaban.
“
ada apa? Ceritakan padaku.. “
“
apa yang harus aku katakan padamu? “ Divane mengatakannya dengan ekspresi yang
tidak biasa. Wajahnya tidak terlihat ramah.
“
kak, kamu kenapa? “
“
aku kenapa? Seharusnya aku yang tanya kepadamu! Kamu! Tidak bisakah kamu
memaafkannya? Mama.. dia benar-benar tersiksa karenamu.. “
“
apa? Hah, kamu menangisinya? Yang benar saja. Apa? Tersiksa karenaku? Kak, aku
yang tersiksa! Bukan dia.. “ suaranya meninggi.
“
dave.. lupakan masa lalu.. dia sudah berubah.. “
“
aku tidak peduli dengan itu! “
“
apa dia tidak mengatakannya padamu? “
“
apa? “
“
kamu belum tahu berita itu? “
“
berita apa? “
“
papa.. sudah menyelesaikan permasalahan kakek dengan kontraktor itu. “
“
apa? “ Dave terlihat kaget, masalah yang selama ini mengikat kebebasan
keluarganya, kini sudah selesai.
“
tapi papa.. “
“
kenapa? Ada apa dengan papa? “
“
mereka menculiknya.. “
“
apa? “
“
tidak hanya menculik, mereka juga.. “ belum selesai ia menceritakannya, ia
kembali menangis, susah baginya mengatakan berita yang pastinya akan berat
untuk Dave terima.
“
kenapa? Apa yang mereka lakukan! “
“
mereka meracuninya.. “
“
... “ seakan dilindas mobil berukuran besar, tubuhnya benar-benar rapuh.
“
dia sudah tiada dave, dia sudah tiada.. “ menangis histeris, sosok yang selama
ini mereka tunggu, tidak akan menghampiri mereka lagi.
“ mama,
dimana dia sekarang? “
“
dia sedang sakit, karena itu dave.. maafkan dia.. tidak hanya kamu dan aku, dia
juga sangat terpukul.. dia membutuhkan kamu.. “ ingin sekali ia mengulang
waktu, menarik kembali semua perkataan yang pernah ia lontarkan kepada ibunya,
jika ia mengetahui permasalahan yang sebenarnya, ia tidak akan melakukan hal
itu. Wanita tua itu pasti sangat terpukul. Tanpa harus berpikir lama, Dave
berlari menuju mobilnya dan segera menemui ibunya.
Diatas tempat tidur yang berukuran besar,
terdapat seorang wanita yang sedang terbaring disana. Seperti yang dikatakan
Divane, wanita itu terlihat sedang sakit, terdapat jarum infus di tangannya.
Setelah melihat kondisi ibunya, Dave semakin merasa bersalah. Ia menangis
disamping ibunya, menggenggam erat tangan wanita yang sesungguhnya sangat ia
rindukan.
“
kamu kenapa? Kenapa menangis? “ ibunya menyadari kehadirannya. Karena
sesungguhnya wanita itu tidak sedang tertidur.
“
mama.. “
“
sini, mendekatlah.. “ memeluk Dave merupakan hal yang paling ia nantikan.
“
aku minta maaf ma.. “
“
sudahlah, lupakan semuanya. Sekarang yang terpenting kamu sudah mau memanggil
mama lagi, mau memeluk mama lagi.. “
“
maafkan aku ma.. “
“
sudah.. jangan menangis. Mama tidak mau anak lelaki mama terlihat lemah seperti
ini.. “
“
maaf ma.. “ tidak henti-hentinya mengucapkan kata maaf, didalam pelukan ibunya,
ia terus mengucapkan kalimat itu. Maaf..
Keadaan di rumah Dave berbanding terbalik
dengan keadaan dirumah Hyull. Gadis itu sedang gerah melihat tingkah laku sahabatnya
yang sedari tadi tertawa riang melihat koleksi fotonya Kyunn.
“
lu gak pulang? “
“
enggak! Gw mau tunggu sampai kyunn pulang. “
“
idih, maksa banget lu! “
“
gak masalah kan? Gw pengen banget lihat dia pakai pakaian rumahan.. selama ini
gw Cuma bisa lihat dia pakai pakaian kantoran, lihatnya juga curi-curian, itu
juga kalau gw lagi main ke kantor bokap. “
“
segitunya banget lu. “
“
seandainya gw ketemu kakak lu lebih awal, pasti gw sudah lebih dekat dengannya.
“
“
lu bener-bener suka dengan kyunn? “
“
memangnya gw terlihat main-main? Lu gak lihat? Ini, mata gw hampir menyerupai
mata panda karena gak bisa tidur, kyunn selalu terombang ambing dipikiran gw..
“
“
apa yang lu sukai dari dia? “
“
jujur, pertama tampangnya, tapi setelah gw perhatikan, sikap dia ke lu, dia
benar-benar menjaga lu, merawat adiknya bagaikan seorang putri, gw suka banget
sama cowok yang baik sama adiknya, terus dia itu mandiri, pintar, makanya bokap
gw mempercayai dia, salahnya selama ini gw kurang peka, gw gak menyadari kalau orang
yang dipercaya bokap gw itu kyunn. Sebel banget deh. “
“
ia, lu benar. Dia memang baik banget. Segala sesuatunya dia yang urus, gw
tinggal santai-santai aja. Makanya gw gak habis pikir, gimana kehidupan gw
kalau tanpa dia? “
“
hyull, lu beruntung punya kakak sebaik kyunn, karena itu, gw juga pengen kayak
lu, gw pengen dekat sama kyunn.. “
“
ahahha, kalau memang lu serius, gw izinkan deh lu dekatin dia.. “
“
beneran? Selama ini lu selalu marah kalau gw ngomongin kyunn. “
“
yang penting lu serius, dan ingat, dapetin hatinya kyunn gak gampang. “
“
siap bos! Saya akan berusaha. “
“
gak lama lagi kami mau berlibur ke rumah lama kami, di puncak, kalau lu mau
ikut.. “
“
mau! Mau! Mau banget! Ah.. makasih banget.. lu memang teman tersuper gw.. “
“
lu juga, lu teman terbawel.. “
“
ahaha.. “ tertawa bersama, Hyull berpikir jika Kyunn bersama Siva, hidupnya
akan lebih berwarna, pribadi Siva yang periang pasti cocok untuknya. ” hyull,
sini hp lu.. “
“
hp? Buat apa? “
“
pinjam sebentar, pelit banget sih. “
“
iya ini ambil.. “ Siva sibuk mengotak-atik handphonenya, melihat satu-persatu
nomor yang terdapat di kontak hpnya Hyull.
“
wah.. ada nomornya dave, arsha juga ada. Gila banget, kedua cowok terpopoler di
kampus, lu punya nomor mereka. Ahahha, temen gw memang hebat! “
“
apaan sih lu. “
“
oh iya, gimana lu dengan dave? Ada kemajuan gak? “
“
kemajuan apanya? “
“
sudah, jangan malu begitu, sama gw kok rahasia-rahasiaan sih, ceritain dong.. “
“
cerita apaan? Apa yang harus gw ceritain? “
“
lu suka kan sama dave? “
“
hah? “ Hyull terlihat salah tingkah.
“
tuh kan lihat, pipi lu merah begitu.. dave tahu perasaan lu gak? “
“
dave sudah punya pacar.. “
“
oh ya? Kok lu gak pernah cerita sama gw? Terus lu gimana dong? “
“
ya gw begini aja, apa yang salah.. “
“
lu cemburu ya? Lu pasti cemburu kan? “ Siva terus-terusan menggodanya, walaupun
tidak mendapatkan jawaban jujur dari Hyull, ia dapat melihat jawaban sebenarnya
dari mata sahabatnya itu, tingkah lakunya disaat bertemu Dave, semuanya sudah
menunjukkan bahwa Hyull menyukai Dave.
“
udah deh.. “
“
perasaan itu harus diungkapkan, sakit apabila dipendam, apalagi mengetahui sisi
lain darinya, akan lebih menyakitkan, tapi dibandingkan dengan itu, jika kita
sudah mengungkapkan perasaan itu, beban yang lainnya akan terasa ringan, karena
yang terpenting, dia mengetahui isi hati kita. “ kata-kata Siva membuat Hyull
memberanikan diri untuk jujur kepadanya.
“
gw belum tahu perasaan seperti apa yang gw rasakan, tapi disaat berada
didekatnya, jantung gw berdetak gak karuan, bernafas pun sulit, lihat dia sama
cewek lain, semakin sulit gw bernafas, lihat wajahnya yang muram, perasaan gw
gak tenang, gw pusing dengan semua yang gw alami. “
“
itulah cinta hyull.. “
“
gw belum yakin.. “
“ kalau
begitu, lu harus cari tahu, sejauh mana perasaan lu terhadapnya. “ tidak lama
dari itu Kyunn tiba dirumah. Siva yang tadinya terlihat akrab dengan Hyull kini
tebar pesona kepada Kyunn dan mengacuhkan sahabatnya itu.
“
hum, kyunn merusak suasana. “ curhat-cuhatan pun selesai.
Matahari dipagi hari menyambut Hyull, dari
sela kaca mobil yang terbuka ia memancarkan sinarnya dan Hyull tidak
menghindarinya, gadis itu terlihat menikmati sinar itu.
“
gak takut hitam? “ kata Kyunn sambil menyetir.
“
enggak lah, emangnya gw siva. “
“
ahaha.. “ Kyunn tertawa dengan riang.
“
kenapa lu? Gw sebut nama siva kok ketawa? “
“
teman kamu itu lucu.. “
“
jangan bilang lu suka juga sama dia.. “
“
kamu ini ada-ada saja, dia terlalu muda untukku.. sudah turun sana, aku sudah
telat nih. “ katanya setelah menghentikan mobilnya didepan gerbang kampus.
“
tapi dia suka beneran sama lu.. “
“
sudah sana turun..! “
“
ih iya-iya.. “ seturunnya dari mobil, wajah Siva sudah terlihat. Gadis itu
menunggunya di depan gerbang, Hyull sudah tahu apa maksud dari sahabatnya itu.
“
hyull! Gimana? Si kyunn ada.. “
“
enggak! “ jawabnya tanpa harus mendengar seluruh pertanyaan dari Siva.
“
hah? “
“
dia gak ada ceritain lu! Itu kan yang mau lu tanya? “
“
ih, gitu ya? Kok dia gitu sih.. hem.. gw jadi sedih, ih..! kyunn gitu banget! “
“
sudahlah, kita masuk saja, harus semangat, ini ujian terakhir kita.. “ Hyull
langsung memeluk lengan sahabatnya dan membawanya ke kelas. Tiba-tiba saja
handphonenya bergetar, dengan cepat ia melihatnya, pesan itu membuatnya
tersenyum.
“
dari siapa? Kok senyum-senyum? Gw liat dong.. “
“
ih gak boleh, ayo jalannya cepetan lagi.. “ masih terus tersenyum, Sepanjang
mereka berjalan Siva terus-terusan melihat wajah Hyull.
“
dari dave ya? “
“
ih lu kok tau? “ katanya dan langsung menutup mulutnya dengan tangannya, seakan
kelepasan disaat mengatakan itu. “
“
jadi bener dari dave? Wah.. “ Siva ikut bersenang.
“
kenapa lu yang heboh? “
“
ya.. walau cinta gw baru saja ditolak, tapi itu gak masalah, yang penting
sahabat gw tidak, kalau lu bahagia, gw juga ikut bahagia.. “
“
idih, manis banget mulut lu, ahahha.. “
“
dave bilang apa? Kok lu sampai senyum-senyum begitu? “
“
dia ngajak gw kerumahnya, katanya ada acara makan-makan gitu, menyambut
kehadiran nyokapnya.. “
“
oh ya? Lu mau dikenali dengan nyokapnya? Kalian sudah sejauh itu? “
“ ya
engga lah, Cuma makan siang doang.. “
“
masa sih? Gw gak yakin deh. Ih, hyull, itu dia, tegur dong.. “ disaat mereka
hendak masuk kedalam kelas, Dave sedang berjalan menuju mereka, tetapi tepatnya
berjalan menuju kelas. Hyull sudah siap untuk menegurnya, sayangnya Dave tidak
melihatnya dan terus melangkah masuk kedalam kelas. “ loh, kok dianya gak lihat
lu? “
“
sudahlah, kita masuk saja.. “ senyumnya menghilang, masuk ke dalam kelas pun
jadi enggan, tapi setelah mengingat bahwa hari ini merupakan ujian terakhir
mereka, ia kembali semangat.
next part 11
0 komentar:
Post a Comment